°•• Happy reading ••°
"Jimin...ini sepatumu." Andresa berjalan dan berjongkok di depan Jimin untuk meletakkan sepatunya di dekat kaki Jimin. Jimin yang semula sedang fokus pada handphonenya menjadi tercekat.
"Andresa, kau membersihkan sepatuku, ya? Kenapa? Itu tidak perlu sayang. Aku bisa mengelapnya sendiri." Jimin memegang bahu Andresa dan mengajak gadis itu untuk duduk di sebelahnya bukan di bawah lantai.
"Aku hanya belajar, mulai sekarang aku harus benar-benar telaten mengurusmu."
"Iya, aku tahu. Tapi, jangan terlalu capek ya, kau harus memerhatikan kandungnmu." Jimin mengusap puncak perut Andresa.
"Baiklah, aku hanya akan bekerja ringan kalau begitu."
"Aku nanti tidak akan pulang saat jam makan siang. Aku akan memesankan makanan untukmu."
Andresa memegang lengan Jimin. "Apa aku juga tidak boleh memasak?"
Jimin menggelengkan kepalanya. "Tidak boleh jika kau sendirian tanpaku. Jangan, ya...kau sebut saja nanti ingin apa, aku yang akan memesan.
"Ya, sudah..."
"Jangan pergi sendirian tanpaku, jika ada yang datang jangan kau bukakan pintunya. Jika tukang laundry mengantar baju, katakan untuk menaruhnya di dekat pintu saja, biar aku yang membawanya nanti."
"Jimin...eommamu..."
"Dia tidak akan bisa masuk...aku hari ini akan menemuinya."
"Kau benar-benar akan menikahiku, kan? Tapi, aku merasa bersalah pada eommamu." Gigi Andresa menggiti dinding bibirnya sendiri.
"Tidak usah kau khawatirkan. Aku sudah memilihmu menjadi bagian hidupku, Eomma tidak bisa menentang begitu saja." Jimin merapikan anakan rambut Andresa yang sedikit berantakan. "Aku akan pulang sedikit sore dari biasanya, jika ingin sesuatu katakan padaku, ya."
Andresa hanya mengangguk.
***
"Apa kau lupa, siapa yang merawatmu dari kecil?" tanya Thalita dengan nada dingin pada putranya itu.
"Eomma...aku tidak lupa, aku bersyukur telah dirawat olehmu. Justru, aku ingin meminta izin pada Eomma dan Appa. Aku ingin menikahi Andresa," jawab Jimin tanpa ada keraguan sedikitpun.
Jisub, ayah Jimin hanya memandang ke arah pemandangan sejuk yang ada di hadapannya. Mereka tinggal di area puncak yang jauh dari hiruk pikuk kepadatan pusat kota.
"Kau sudah gila? Dia bahkan hamil bukan anakmu!" bentak Thalita.
"Apa kau siap menjadi seorang ayah? Apa kau tidak ragu untuk menikahi seorang gadis yang memiliki anak bukan darimu?" kini Jisub yang mulai masuk dalam obrolan rumit mereka hari ini.
"Appa...aku menyayangi Andresa. Aku mohon izinkan aku Appa...tidak ada lagi yang aku inginkan...aku hanya ingin hidup bahagia bersama Andresa."
"Apa kau siap melepas semua apa yang sudah kau miliki sekarang?" tanya Jisub. Thalita yang ada disamping suaminya memandang tak percaya pada suaminya.
"Yeobo..." lirih Thalita.
Jisub mengisyaratkan Thalita untuk tidak tersulut emosi.
"Aku siap." Dua kata yang mampu membuat sudut bibir Jisub sedikit terangkat.
"Apa kau yakin? Semua kemewahan yang kau dapat akan hilang begitu saja. Andresa atau karirmu?" tawar Jisub.
"Andresaku," jawab Jimin ligat dan konsisten.
Jisub tersenyun simpul. "Ternyata kau lebih berani dariku. Andai aku dulu sepertimu berani melepaskan semuanya."
"Appa..."
"Tidak! Tidak boleh! Kau tidak boleh menikahi gadis itu! Pikirkan baik-baik anakku, aku yang telah membesarkanmu selama ini."
"Eomma...aku sudah memikirkannya dan itu keputusanku," jawab Jimin mencoba mengambil lengan ibunya.
"Jangan harap! Kau pikirkan perasaanku jimin! Kau tega membiarkan ibumu seperti ini!"
"Eomma...aku mencintai Andresa."
Jisub memandang Thalita. "Apa yang sedang kau lakukan? Jika kau menyayangi Jimin kau harus menuruti kebahagiaannya."
Thalita menutup kedua telinganya. "Tidak akan kuiizinkan, camkan itu!"
***
Sudah hampir pukul 10 malam, Jimin tidak kembali ke apartementnya. Laki-laki itu sedang berada di bar bersama Kai dan Seungwoon.
"Kau mau wanita yang mana, Jim?" tanya Kai pada Jimin yang sudah menghabiskan dua botol minuman berakohol.
"Jim, yang berambut keriting, apa kau tidak tertarik. Gadis itu dari tadi melirikmu."
Jimin mengikuti arah pandang Seungwoon. "Ah, dia. Aku menabraknya tadi di dekat pintu toilet. Memang cantik..." puji Jimin, gadis berambut keriting itu memandang Jimin juga dan tersenyum kecil.
"Waw, dia. Dia dulu dari bar kirin. Laki-laki disana selalu terpikat dengannya. Dia sangat pandai dalam bermain, dia juga punya level yang tinggi dan bayaran yang mahal," ucap Kai santai. Dirinya paham betul akan gelapnya dunia bar di sini.
"Mau mencobanya?" tawar Seungwoon.
Jimin tampak memainkan gelasnya di atas meja, belum menjawab, dirinya masih memperhatikan gerak-gerik gadis berambut keriting itu.
Gadis itu tentu saja berpakaian sexy untuk memikat laki-laki yang akan rela mengeluarkan uang banyak agar dapat bercinta dengan gadis itu. Jimin masih ragu untuk menerima tawaran Seungwoon.
"Oh, ayolah Jim, sudah berapa bulan juniormu itu tidak tersentuh dengan mahkota?" Kai membujuk Jimin, karena dia merasa Jimin akhir-akhir ini berbeda. Apalagi, semenjak Andresa meninggalkannya. Jimin hampir tidak pernah pergi ke bar karena galau. Oh, ternyata Kai belum tahu Jimin sudah menemukan Andresa.
Jimin terkekeh kecil. "Hahhh, juniorku sudah tersentuh dengan mahkota beberapa hari yang lalu."
"Wah, parah! Kau semakin terlihat menyeramkan Jim!" protes Seungwoon.
"Jadi?" tanya Kai memastikan Jimin.
"Aku terima. Bawa dia kehadapanku. Tidak perlu menambahkan make up pada wajahnya karena aku tidak suka. Dan jangan membawa pengaman karena aku punya sendiri."
"Wokehh! Jimin kita sudah kembali bro!" Kai berdiri dan adu tos dengan Seungwoon. Lalu, dia berlalu meninggalkan temannya dan bertemu dengan gadis berambut keriting itu.
Ya, begitulah Jimin. Aslinya seperti itu dari dulu, dan Andresa tahu. Tapi, Andresa tidak tahu kalau sekarang Jimin masih nakal. Dia pikir, Jimin akan berhenti.
***
Andresa mengecek ponselnya. Dia tidak bisa tidur, perasaannya kalut karena Jimin tidak ada kabar.
"Jimin, sudah pukul 10 malam...kau tidak mengabariku sejak sore tadi..." gumam Andresa.
Drtt!
Ponselnya bergetar menujukan nama Jimin pada layar ponselnya. Dengan cepat Andresa menerima panggilan dari Jimin."Jimin, Hallo? Kau kemana saja? Kenapa tidak mengabariku?"
Jimin belum menjawab pertanyaan Andresa.
"Lepaskan saja bramu jika ingin bermain dengan juniorku," ucap Jimin pada gadis berambut keriting di bawah sana. Gadis itu mengangguk dan melepaskan branya dengan enteng...
Andresa terdiam mendengarnya...
Jimin sedang mabuk, tapi dia masih memikirkan Andresa."Andresa, kau belum tidur?"
"Jimin...pulang sekarang juga," titah Andresa marah.
🍈🍈🍈
JANGAN LUPA BAHAGIA 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
The Paradise - JHS [✔]
FanficSUDAH END [COMPLETE] Jika cinta hanya menggenggam dua pilihan, hidup dan mati. Maka aku akan memilih mati. Mati membawa cinta karna cinta yang hidup hanya akan membuatku sengsara - Kim Andresa. Mungkin, saat ini aku bodoh. Memilih meninggalkan dari...