CHAPTER [43] : Mendadak?!

81 16 0
                                    

Beberapa kali ia menghela nafas gusar, sudah berkali-kali berpindah posisi di atas kasur, tetap saja ia merasakan bosan.

Hari ini adalah hari kedua Winter tidak masuk sekolah, entahlah, padahal dirinya sudah merasa cukup sehat namun Evan melarangnya untuk sekolah.

Winter juga merasa bingung, tiba-tiba Handphone dan laptopnya di sita oleh Evan, itu sebabnya ia merasa bosan sedari tadi. Hanya menonton di TV kamar, bukanlah kebiasaan Winter. Lebih baik ia bermain gadget seharian dari pada hanya menonton televisi.

Dirinya juga tidak diperbolehkan keluar kamar, pintu kamarnya dikunci. Beberapa kebutuhannya tersediakan di dalam kamar, untuk makanan ia hanya perlu meminta kepada Irene.

Winter berfirasat cukup aneh, ada apa yang terjadi, kenapa Evan tidak memperbolehkan nya untuk keluar dari kamar. Ayahnya tidak marah, hanya terlihat sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Sudah hampir jam satu siang, keadaan rumah sudah sepi, sepertinya sang ayah telah pergi bekerja ke kantor.

Winter berjalan ke pintu kamarnya, berusaha untuk membuka pintu namun tidak bisa alias masih dikunci. Ia berjalan menuju meja rias, mencari jepitan rambut yang biasanya digunakan untuk membuka pintu dalam keadaan darurat.

"Duh! Pakai gak ada segala!" Kesal Winter.

Kembali berjalan mendekati pintu, Winter pun mengetuk-ngetuknya dengan lelah. Sudah pasrah seperti seorang tahanan yang ingin keluar dari penjaranya.

Terdengar langkah kaki dari luar, sedikit demi sedikit mulai mendekati ke arah kamarnya.

"Mah? Pa?" Tanya Winter.

Bukan Irene maupun Evan yang menjawab melainkan Juna, adik tirinya.

"Kak Winter didalam?" Tanya Juna penasaran, ia berdiri di depan pintu lalu menempelkan telinganya dipintu kamar tersebut.

Winter sangat membutuhkan bantuan Juna agar ia bisa keluar dari kamar, kunci kamarnya pasti berada di meja ruang tamu.

"Dek, tolongin kakak.." Pinta Winter.

"Kakak minta tolong sama Juna?" Tanya Juna.

"Iya.." Jawab Winter.

"Gak mau.. Nanti kalau Juna salah kak Winter marah-marah.." Ucap Juna.

Winter menghela nafasnya, memang biasanya ia akan menyuruh Juna untuk mengambil barang, tetapi jika anak itu salah ia akan memarahinya hingga Irene memisahkan mereka.

Namun di kondisi seperti ini tentu ia harus memanfaatkan adanya Juna kan? Hanya anak itu yang bisa membantunya untuk mengambil kunci kamarnya.

"E-enggak.. Juna, plis, tolongin kakak.." Mohon Winter.

"Bantuin apa kak?" Tanya Juna.

"Kakak mau keluar dari kamar.. Kakak bosan dikurung begini, tolong ambilin kunci kamar kakak yang ada di ruang tamu.." Jelas Winter.

"Jangan sampai ketahuan papa atau mama.." Sambungnya.

"Kak Winter tunggu sebentar ya.." Balas Juna.

Memang dasarnya anak kecil yang baik dan polos, tentu saja Juna tidak tahu jika dirinya sedang di manfaatkan oleh Winter.

Juna segera pergi dari depan pintu kamar Winter, berlari menuju ruang keluarga yang tidak ada satupun orang di sana. Irene sedang beristirahat di kamarnya, otomatis hanya Juna yang berada di ruang keluarga.

Ia langsung mendapati sebuah kunci yang berada di atas meja, mengambil kunci tersebut lalu bergegas menuju kamar Winter.

"Kak.. Ini kuncinya.." Ujar Juna dari luar.

GENG BRANDAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang