Warning ‼️‼️ Episode kali ini mungkin mengganggu bagi sebagian orang. Harap bijak, ya? 😘
Setidaknya, dua tahun lamanya aku baru bisa mengobrol dengan benar bersama Atashia. Setelah sekian lama dia memasang wajah canggung dan juga terus menerus menghindar dari kedua mataku.Berkali-kali, aku memikirkan apakah memang aku semenakutkan itu?
Aku menyeramkan?!
"Ada apa, yang mulia?" Dia bertanya setelah sekian detik aku hanya diam.
Menggeleng. Kembali aku memotong tangkai bunga mawar di hadapanku.
Hari ini, jadwal untuk bunga yang akan dipasang di istana adalah mawar. Dan aku mebantu Atashia mempersiapkannya. Sejujurnya, sejak lama aku tertarik dengan bunga-bunga di taman istana. Tapi selalu saja tak ada waktu untuk mendekatinya dengan benar. Setiap aku menginjakkan kaki di atas rumput saja, pandangan waspada penjaga kebun langsung menatapku seolah-olah aku hewan buas yang harus ditinggalkan sebelum mengamuk.
Tapi Atashia... Dia memang ketakutan saat aku mendekatinya pertama kali. Sedangkan reaksi tubuhnya yang lamban saat menyadariku tiba, seolah-olah memberiku kesempatan untuk mendekati taman.
Gadis bodoh yang hanya mengerti tentang bunga-bungaan dengan pupuk dan tanah itu benar-benar tak bisa kabur dariku setelah aku tiba tepat di sampingnya.
"Kau ada darah emperian?"
Pertanyaan yang ingin aku ucapkan setelah sekian tahun lamanya, akhirnya terlontar keluar dari mulutku.
"Ya?" Dia memandangku dengan wajah bingung.
Apa pertanyaanku kurang jelas?
"Aku tanya... Kau punya darah emperian?" Kali ini aku menekan kata-kataku. Mencoba memperjelas perkataan ku.
Tapi sepertinya, lagi-lagi aku salah.
Wajahnya langsung pucat pasi saat kalimatku aku ucapkan.
"Ma—maaf. Tapi keluarga saya tidak sekaya itu, yang mulia." Ia menjawabnya dengan nada yang terpotong-potong.
Keningku berkerut.
Apa hubungannya dengan harta?
"Maksudmu orang emperian hanya mau dengan orang kaya?" Aku menaikkan alisku. Sama sekali tak mengerti dengan pertanyaan yang dia ucapkan.
Menggeleng. Gadis itu kemudian menunduk. Melanjutkan pekerjaannya.
"Apa itu? Jawab!"
"Ma—maaf!" Atashia menunduk semakin dalam. Menghela nafas panjang. Menghindari pandanganku.
"Hey!"
"Ke—kenapa... Anda tidak pergi ke pasar saja, yang mulia?" Tangannya bergetar saat menggenggam gunting tanaman. Memotong tangkai bunga dengan ketakutan.
Apa aku lagi-lagi membuatnya ketakutan? Aku salah bertindak lagi?
Pasar, ya?
***
Tanganku menarik turun tudung yang aku pakai.
Nafasku sudah mulai terputus-putus setelah melompati pagar istana susah payah. Seluruh bagian luar dan dalam istana dijaga begitu ketat hingga aku hanya bisa melompati tembok yang menghubungkan langsung ke sungai.
Pakaianku setengah basah saat aku kembali berjalan di daratan. Orang-orang mungkin tak akan mengenali wajahku. Tapi jika mereka melihat rambutku, penduduk pasti bisa langsung menyadari siapa aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Empress | CIX
FanfictionCover image : @all_need_is (twt) Ada satu suku di negeri Ecestarias dimana tak ada satu orangpun yang buruk rupa di antara mereka. Terkenal dengan kulit putih pucat kemerahan dan juga rambut pirangnya. Semakin terang warna rambut dan semakin cerah k...