GELISAH

941 69 11
                                    

•••


Malam itu, masih di waktu yang sama. Hanya lewat beberapa menit, Hari dan Leon keluar. Sebenarnya Hari tidak mau, tapi Leon memaksa.

"Apa kau masih suka strawberry? Kau mau makan es krim itu? Ayo cari penjual!" Leon membuka pembicaraan.

Hari tak menjawab, dia berjalan dengan tatapan kosong.

Leon berhenti sebentar.

Hari masih tetap berjalan, untungnya tidak ada kendaraan lewat di jalanan saat tengah malam.

Leon masih berhenti, melihat Hari yang terus berjalan lurus. Dia berjalan seperti tanpa arah.

"Hari, berhenti."

Hari masih tetap berjalan seakan tak mendengar ucapan Leon.

"Koo Hari!" Leon berteriak.

Akhirnya Hari sadar, kemudian ia menoleh melihat Leon yang berada cukup jauh di belakang. Hari berlari menghampirinya.

"Maafkan aku," katanya setelah sampai.

Leon menggeleng. "Duduk di sini" Leon menunjuk bangku yang ada di tepi jalan itu.

Hari pun duduk, diikuti Leon. Mereka menjaga jarak.

"Lihat, ada bintang di sana," tunjuk Leon dengan alisnya ke arah langit yang memang cerah malam itu.

Hari malah memandang ke bawah, menggerak-gerakan bola matanya ke kiri dan ke kanan.

Leon yang melihat itu lantas bertanya. "Hari, kau ini kenapa?"

"Leon, aku takut." Hari menutup matanya dan meneteskan air mata.

"Hei, Hari yang kukenal tidak pernah menangis. Sekarang mengapa air matamu keluar?" Leon jongkok di hadapan Hari.

Hari mendongak, mengusap air matanya lantas menggeleng. "Leon kau tahu Kanglim sudah seperti bagian dari diriku sendiri. Jika dia terluka, tentu aku terluka." Hari kembali meneteskan air mata, tapi mengusapnya kembali.

Ya ... Leon tertusuk mendengar pernyataan itu, tetapi dia berusaha menutupinya.

"Sudahlah," ujarnya singkat.

"Sudah katamu? Aku sangat khawatir, aku takut di—" Omongan Hari terpotong oleh telunjuk Leon yang menempel di bibirnya.

"Lepaskan tanganmu, aku tak mau kau menyentuh diriku." Hari menurunkan jari Leon.

"Eoh, maaf." Leon menggaruk tengkuknya.

Hari mengalihkan pandangan ke arah langit, benar banyak bintang bersinar indah malam ini. Apa lagi cahaya bulan purnama yang menambah terang malam ini.

Leon kembali duduk di sebelah Hari, kali ini ... lebih dekat.

Hanya sedikit, sedikit dekat ....

"Hari, malam ini saja sangat indah. Bulan menyinari langit malam dan bintang juga memperindahnya." Leon melihat arah yang sama seperti yang Hari pandang.

"Hatiku juga seperti langit malam, yang tanpa bulan dan bintang. Hatiku adalah sisi gelap dari langit itu." Hari berkaca-kaca.

Leon menatap wajah Hari. "Jangan pikirkan itu terus, Kanglim akan baik-baik saja!"

"Terima kasih atas hiburanmu." Hari berdiri.

"Kau mau ke mana?" Leon ikut berdiri.

"Aku ingin menunggu ibu." Hari berjalan kembali menuju rumah Hyunwoo.

Childhood Love [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang