"Masa kecil ku? Mengapa kau tiba-tiba ingin tau, Lobelia? Random sekali"
Aku terkekeh canggung. Kalau dipikir memang sedikit aneh karena aku secara tiba-tiba menanyakan hal seperti itu. Tapi kan, siapa tahu dia masih ingat dengan cerita masa kecilnya.
"Ahaha— Aku bingung sebenarnya. Kau berkata, aku sangat pendiam. Padahal faktanya tidak begitu," sahutku.
Dia tertawa kecil, "Ada-ada saja. Baiklah, aku akan menceritakan kisah masa kecil ku sedikit,"
Mataku melebar setelah mendengar kalimatnya. Jadi.. Dia masih ingat?
"Aku lahir dan tumbuh di dekat Ottery St. Catchpole, jika kau tau di mana itu, pada tahun 1977. Aku hidup bersama ayahku, Amos Diggory, kita sangat dekat. Banyak yang dia ajarkan kepadaku selama 9 tahun, sebelum aku masuk Hogwarts—
"Aku pikir itu sudah cukup, bukan?"
Aku tertegun. Ed— Bukan. Ini Cedric? Tapi bukannya..
"Lobelia!" aku tersadar dari lamunan.
"Ah- Iya, maafkan aku. Terima kasih telah menceritakan masa kecil mu."
Dia mengerutkan alis, "Aku bahkan tidak yakin apa kau serius mendengarkan ku?"
"Hey, aku mendengarnya.. Hanya saja, ada sesuatu yang terlintas di pikiranku"
Cedric mengangguk paham. Setelah itu tidak ada lagi percakapan karena kami sama-sama memilih untuk menikmati heningnya malam.
❙❘❙❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❙❘❙❚❙❘
Not The End
Hari ini pelajaran Prof Rolanda. Kelas ku bersamaan dengan Ravenclaw. Kudengar tadi Harry Potter bersama Draco Malfoy kembali membuat masalah. Namun yang ketahuan hanya Harry.
Sepertinya Malfoy menyebalkan. Wajah tengil nan sombong nya sudah dapat menggambarkan sikapnya.
"Sekarang ucapkan, 'Up!' "
"Up!"
"Up~!"
Berbagai macam "Up" mulai terdengar. Kami sudah masuk ke tahap membuat sapu berada dalam genggaman. Aku kesulitan. Ku lihat yang lain sudah mulai berhasil, sedangkan aku? Lihat lah, sapu ku hanya terdiam di bawah sana. Apa salahku padanya, huh?
"Ucapkan dengan perasaan," ucap Prof Roland lantang.
Aku menggerutu. Perasaan apa.. Dia saja tidak mau bekerja sama denganku.
"Up!!" ucapku lebih keras. Dan, wow, aku berhasil kawan-kawan.
Kini sapu terbang ku sudah berada dalam genggaman. Aku menyunggingkan senyum. Ternyata benar, harus memakai perasaan, hehehe.
Di tengah-tengah kebahagiaanku, seseorang menginterupsi.
"Lihat lah si vampire itu, bukan kah seharus nya dia terbakar karena tidak bisa berada di bawah sinar matahari? Hahahaha"
Kemudian tawa dari teman-teman nya menyusul dengan cepat.
Aku menoleh ke arah anak menyebalkan itu. Siapa lagi kalau bukan Draco Malfoy? Dia ini benar-benar sibuk mengomentari sekeliling nya. Entah apa tujuan dia sebenarnya.
Kemudian aku memilih untuk mengabaikan kalimatnya dan fokus pada pembelajaran.
Aku menoleh ke arah Jacob yang terlihat lihai berada di atas sapu nya. Dapat ditebak, dia akan menjadi tim Quidditch Hufflepuff. Bahkan orang awam sekali pun tahu kalau dia memiliki potensi dalam menggunakan sapu terbang.
"Apa kau kesulithan, Lobelia?"
Aku mengangguk kecil, "Yah, kau bisa lihat, aku tidak berbakat dalam hal ini, Jacob," timpalku.
"Kau punya bakat, Lobelia. Hanya saja kau perlu memupuk minat mu pada pelajaran ini. Semua harus didasari dengan niat," sahutnya.
Aku hanya bisa menghela nafas pelan. Dari awal aku tidak memiliki minat, apalagi niat, pada pelajaran berbahaya ini. Karena.. ah sudah lah, kalian tak akan mengerti. Aku ini benar-benar takut berada di ketinggian.
Aku mungkin hanya tersugesti.
❙❘❙❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❙❘❙❚❙❘
Not The End
Waktu berjalan cepat. Rutinitas ku selama menjadi siswa Hogwarts berjalan lancar. Aku tidak pulang ke Portland selama masa liburan. Sengaja, karena aku belum mendapatkan "jawaban" pasti atas Edward.
Semakin hari, aku malah makin tidak yakin kalau Cedric dan Edward adalah orang yang sama. Mereka.. seperti orang yang berbeda.
Aula Besar sepertinya menjadi tempat favourite ku. Di sana aku bisa bertemu siswa dari asrama lain dan melakukan banyak hal, seperti belajar, melakukan riset, membuat rangkuman, dan yang lainnya.
Benar dugaanku, Jacob terpilih menjadi tim Quidditch. Sebelum pergantian tahun aka kenaikan kelas, Hogwarts akan mengadakan perlombaan Quidditch, seperti lazimnya.
Dia sibuk berlatih belakangan ini. Maka dari itu aku menjadikan Aula Besar sebagai spot utama ku jika ada waktu luang.
Maria? Ah, dia juga tentunya lebih sering berkumpul dengan teman satu asrama nya, Pansy. Sepertinya dia masuk dalam circle nya Draco, tapi entah lah. Peduli amat.
"Hey, vampire"
Panjang umur. Yang baru saja dibicarakan kini telah duduk di sampingku. Ya, Draco Malfoy.
Aku berusaha untuk tidak mengalihkan pandanganku dari buku. Jujur saja, lebih baik aku menulikan telinga pada saat seperti ini, daripada harus meladeni Draco.
"Sombong sekali vampire ini," gerutunya.
Kali ini aku menoleh, "Shut up, Malfoy. Aku punya nama," tukasku dingin.
Draco terkekeh, "Aku lebih suka memanggilmu dengan sebutan vampire"
"Lagipula memang benar adanya, kan? Kau vampire. Aku ini darah asli—"
"Dan aku tidak peduli akan hal itu," potongku.
"Malfoy, aku tidak ingin musuhan denganmu. Tapi sangat disayangkan, sifat alamiah mu benar-benar membuatku jengkel,"
"Lebih baik kau diam, daripada aku dendam, lalu menggigit lehermu dan menghisap darah asli mu itu," lanjut ku.
Aku bisa melihat matanya yang sedikit melebar. Mungkin dia terkejut dan khawatir dengan kalimatku. Sebetulnya, aku pun kaget kenapa aku bisa mengeluarkan kalimat semacam itu secara spontan.
Toh, aku tidak minat menghisap darahnya. Aku tidak memiliki selera karena wajah tengilnya.
❙❘❙❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❘❙❚❙❘❙❙❚❙❘❙❙❘❙❚❙❘
Not The End
Halo! Aku kembali lagi. Apa kalian masih bertahan dengan cerita ini?
Maaf sekali, aku slow update. Kemarin aku sedang sibuk-sibuk nya (sebenarnya jika tidak sibuk pun aku tetap slow up). Butuh banyak pertimbangan untuk alur cerita ini.
Baru kali ini aku membuat cerita yang bukan bergenre romance. Rasanya hampir gila karena terus menerus terkena writers block.
Ya sudah, jangan lupa vote dan komen nya! Kalau perlu rekomendasi kan cerita ini ke teman-teman kalian, hehe. Sampai jumpa di chapter selanjutnya, Eljimaginator.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not The End [slow update]
FantasíaKisah ikonik Harry Potter dengan 'You-Know-Who' alias Voldemort memang sangat melegenda. Saentro dunia sihir pasti tahu kisahnya. Namun pernah kah engkau berfikir bahwa ada tragedi lain yang kisahnya sengaja tidak diceritakan, karena sangat menggemp...