Seorang perempuan berambut panjang berjalan sendirian dengan sangat anggun. Cardigan dan pita rambut berwarna pink yang ia kenakan menambah keanggunannya. Senyumnya tidak pernah pudar dari wajah cantiknya. Setiap orang yang ia lewati pasti disapanya. Perempuan itu berjalan melewati taman dan kemudian duduk di bawah pohon besar. Ia menatap sekeliling dan kemudian mengeluarkan ponselnya dan mengangkat telpon seseorang.
"Aku sudah sampai, aku tunggu, ya," ucapnya sambil tersenyum.
----
Seorang lelaki tampan berlari menghampiri perempuan tersebut dengan raut wajah panik.
"Sayang!! Aku disini, maaf kamu jadi nunggu aku," ia berkata terengah-engah.
"Nggak apa-apa, aku senang kok nunggu kamu," perempuan tersebut menjawab sambil tersenyum manis.
"Terima kasih, Mil. Kamu emang perempuan paling manis yang aku kenal!" Lelaki tersebut tersenyum bahagia seraya memeluk kekasihnya.
"Apa sih, Vin. Kamu berlebihan ah, ini tempat umum aku maluuuu!" Perlakuan kekasihnya membuat ia tersipu.
Perempuan anggun nan manis itu bernama Carmilla Aritha, biasa dipanggil Mila. Ia dikenal sebagai orang yang sangat ramah dan tidak segan untuk membantu orang lain. Sedangkan sang lelaki, bernama Asvy Gavindra, orang-orang memanggilnya Gavin. Ia berparas sangat tampan, bertubuh tegap, dan pintar yang merupakan idaman semua wanita. Mila adalah satu-satunya wanita beruntung yang mendapatkan hati Gavin. Mereka bertemu di suatu event konser amal satu tahun yang lalu. Pertemuan mereka berujung menjadi persatuan ketika sudah menemukan kecocokan satu sama lain. Gavin sangat menghormati Mila sebagai wanitanya, ia selalu bersikap sopan kepada Mila dan tidak pernah memaksakan kehendak. Tidak hanya Mila, ia juga menghormati semua wanita tanpa pernah sekalipun merendahkan martabat wanita. Ia mengetahui bahwa Mila memiliki pengalaman buruk dengan masa lalunya, ia menjadi sangat berhati-hati dalam memperlakukan Mila, ia tidak ingin Mila mengalami kejadian yang sama.
---
"Eh, Mila! Udah berapa lama sih kamu pacaran sama Gavin?" tanya Erin, sahabat Mila.
"10 tahun, Rin!! Hahahaha," sahut Anya, sahabat Mila yang lainnya.
"Hush, jangan teriak kenceng-kenceng. Ini di tempat belajar, nanti orang lain terganggu," jawab Mila seraya meletakkan jari telunjuknya di depan bibir.
"Ya ampun Mila, iya maaf. Jawab pertanyaan Erin dulu dong, baru ngomel," ucap Anya.
"Kenapa kalian pengen tau tentang hubungan aku?" Mila bertanya penuh curiga.
"Ya, kan, kamu sahabat kita. Aku tau Gavin baik sama kamu, tapi biasanya cowok baik di awal doang, makin lama makin kelihatan sifat aslinya," Erin menjawab dengan penuh keyakinan.
"Bener banget! Kemarin Raina cerita kalau pacarnya mulai berubah di bulan ketujuh, awalnya baik banget, tiba-tiba berubah jadi kasar," Anya merespon dengan antusias.
"Iya, mantanku juga dulu begitu. Aku sama Gavin udah jalan enam bulan, tapi aku yakin dia beda kok dari yang lain. Kalian tau sendiri kan, gimana Gavin memperlakukan aku?" jawab Mila.
"Iya, deh, percaya sama hubungan kalian. Tapi kalau ada sesuatu yang mengganjal, cerita sama kita ya, Mil!" ucap Anya.
"Kamu ngga pernah kelihatan galau atau sedih, sih, selama pacaran sama Gavin. Apa hubungan kalian ngga terlalu tenang? Kamu ga merasa aneh, Mil?" Erin bertanya.
"Pikiranmu negatif terus, Rin. Jangan berpikir yang nggak-nggak, nanti malah merusak keadaan. Pernah kok, aku berantem sama Gavin," omel Mila.
"Baik nyonya Mila yang baik hati dan selalu berpikir positif, kami percaya kepada Anda," sindir Anya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Might Be True - 1: OBSESI
Teen FictionSebuah series cerita fiksi mengenai sesuatu yang mungkin menjadi nyata.