Happy Reading!!!
***
"Maaf ya aku gak bisa mampir, aku ada acara malam nanti," ucap Sadewa begitu mobilnya sudah berhenti di depan rumah Devina.
"Siapa juga yang mau nawarin mampir," Devina memutar bola matanya. "Jangan kepedean deh si Bapak-nya."
"Ck, emang ratu tega kamu itu," Sadewa menjawil gemas hidung mancung sang kekasih. "Gak bisa gitu pura-pura basa-basi?" tambahnya dengan tangan beralih mengelus puncak kepala Devina, kebiasaan Sadewa yang Devina sukai.
"Malas!" ujarnya dengan nada jutek, dan itu mendapatkan delikan tak suka dari laki-laki di sampingnya.
Devina hanya memberikan cengiran dengan acungan jari tengah dan telunjuknya, ia lupa bahwa kekasihnya itu tidak menyukai nada yang barusan Devina lontarkan.
'Tidak masalah kalau nada itu di berikan untuk pria lain, asal jangan sama aku. Berasa aku sama tidak berharganya kayak mantan-mantan kamu.'
Itu yang Sadewa katakan beberapa waktu lalu. Mungkin jika laki-laki lain yang memberikan protesannya Devina akan abaikan, tapi ini Sadewa, laki-laki yang dirinya cintai, sudah pasti akan Devina turuti walau kadang itu ia gunakan untuk menggoda kekasihnya.
"Bapak dosen hati-hati di jalannya, ya, saya turun dulu, terima kasih untuk tumpangannya," ucap Devina dengan nada sopan dan lembut, lalu segera membuka pintu mobil dan turun sebelum ceramahan pria itu terlontar dengan panjang lebar.
Sadewa hanya menggelengkan kepala melihat kepergian kekasihnya, lalu melajukan mobilnya begitu sudah memastikan sang kekasih masuk ke dalam rumah.
Sebenarnya Sadewa masih ingin berlama-lama dengan Devina, menghabiskan waktu dengan jalan-jalan atau makan, tapi sayangnya ia sudah terlanjur janji menemani Sandra ke acara resepsi pernikahan temannya malam ini.
Meskipun malas, Sadewa tetap akan menemani perempuan itu karena jika tidak, Sandra akan terus merecokinya, menerornya dengan puluhan bahkan ratusan pesan juga telepon. Sadewa sudah amat hapal bagaimana Sandra, dan mengenai ancamannya waktu itu Sadewa tidak tahu kelanjutannya, tapi yang jelas ia harus hati-hati dan melindungi kekasihnya.
֎
"Hallo Sayang," Sandra menyapa dengan ceria dan langsung bergelayut manja di tangan Sadewa yang tampil formal dengan kemeja navy dan jas hitam menempel sempurna di tubuh atletisnya, celana bahan juga sepatu pantofel hitam mengkilap, serasi dengan penampilan Sandra yang tidak kalah memukau. Gaun malam berwarna merah menyala dengan kerah sabrina yang menampilkan bahu mulusnya dan belahan pinggir sepanjang kaki hingga paha memperlihatkan kaki jenjang perempuan itu setiap kali melangkah.
Sadewa sebenarnya risi dengan penampilan Sandra malam ini, ah bahkan bukan malam ini saja, karena hampir setiap hari Sandra berpenampilan seseksi ini. Sadewa sudah lelah memperingatkan, tapi Sandra yang keras kepala selalu mengabaikannya. Tapi ya sudahlah, asal jangan Devina-nya saja yang tampil seperti ini, karena Sadewa tidak yakin untuk tidak menarik gadis itu langsung ke KUA.
Ngomong-ngomong soal Devina, mengapa ia jadi semakin merindukan gadis kecilnya itu? Devina, Devina, apa sih yang sebenarnya ada di diri kamu yang membuat saya jatuh cinta? Sadewa menggelengkan kepalanya pelan sebelum kembali fokus pada kemudinya, menatap lurus ke depan sambil mendengarkan celotehan Sandra yang tidak sepenuhnya ia hiraukan.
Hanya butuh waktu empat puluh lima menit untuk tiba di hotel tempat acara pernikahan sahabat Sandra di selenggarakan, Sadewa turun lebih dulu lalu membukakan pintu mobil untuk Sandra, sebelum kemudian melangkah bersamaan, masuk ke dalam hotel dan menaiki lift menuju ballroom yang ada di lantai enam hotel bintang lima yang sedang dipijaknya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Terakhir
JugendliteraturDevina yang sejak awal di nobatkan sebagai playgirl di Universitas Kebaperan, siapa sangka akan terjerat pada pesona sang dosen muda yang baru saja masuk dan langsung menjadi idola seluruh kaum hawa di Kebaperan termasuk dirinya. Hanya saja Davina t...