15. 🥞

22.1K 3.2K 173
                                    

"Bar, kemejanya udah kusiapkan di kamar," kataku, ketika mendengar suara pintu kamar mandi luar yang ada di dekat dapur, terbuka. Aku menoleh dan menahan napas, lalu dengan cepat mengalihkan pandanganku ke depan kompor.

"Sengaja cuma pakai lilitan handuk doang gitu Bar?" protesku, karena dia keluar hanya dengan melilitkan handuk di pinggang, membiarkan bagian atas tubuhnya yang kayak roti sobek itu terbuka. PAMER!! Palingan bentar lagi berubah jadi odading. Dasar.

"Iya, sengaja." enteng banget jawabannya, dia melenggang masuk kamarnya, tapi keluar lagi, "kemejanya di mana?" tanyanya heran.

"Kamarku, kan baju kamu sebagian besar di sana."

"Kenapa nggak di taruh kamarku saja Kay?"

Aku hanya melirik tanpa menjawab. Mana sempet, aku tadi menyiapkan tapi gak sempat membawa ke kamarnya, karena aroma masakanku memanggil. Alarm tanda gosong mulai tercium.

Ya meskipun beda kamar, tapi demi mengantisipasi sidak dadakan baik dari keluargaku ataupun keluarga dia, sebagian besar bajunya tetap ada di lemari kamar utama. Hanya beberapa saja yang ada di kamarnya.

"Masak apa?" tak lama dia sudah muncul di dapur, duduk di kursi depan kitchen island.

"Masak sebisaku sih Bar, yang penting kamu sarapan ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Masak sebisaku sih Bar, yang penting kamu sarapan ya." aku meletakkan piring yang sudah ada nasi agak dingin, karena Bara dari dulu nggak bisa makan nasi panas, harus didiamkan dulu beberapa saat.

Dia hanya tersenyum, mengancingkan ujung lengan kemejanya, dasinya sendiri masih longgar, pendek kata, masih berantakan.

"Kesiangan kah kita?" aku sedikit panik, jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat.

"Nggak kok."

Ini hari pertamaku meladeninya sebelum berangkat ke kantor. Anak kos, yang tiba-tiba menjadi Istri, untung beberapa kali sempat belajar masak sama Izzah, tadi juga udah download aplikasi masak di ponsel, untuk tambahan referensi.

"aku masak cah kangkung, lauknya udang goreng, kesukaan kamu kan?"

Wajahnya berbinar, syukur deh semoga doyan. Rasanya juga semoga pas. Nggak rewel dan bawel. Aku duduk di sebelahnya, melihatnya yang melahap masakanku seperti orang kelaparan.

"Enak?" tanyaku penasaran,

"Bisa di makan."

Aku memukul pelan lengannya, dia menahan tawanya.

"Nggak makan?" tanyanya balik, sambil mencomot satu udang goreng.

"Iya makan." aku mengambil nasi, kalau Bara lebih suka nasi yang sudah agak dingin, aku lebih suka nasi panas. Radanya nampol aja kalau nasinya panas.

"Mulai makan nasi agak dingin yuk Sayang, biar sehat."

"Merinding Bar." aku bergidik.

Dia mengernyitkan dahi, "Maksudnya?"

serendipity (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang