〢ᴾᴿᴼᴸᴼᴳᵁᴱ〢

652 115 23
                                    

Terlihat seorang pria bersurai perak mengenakan kimono putih berpola biru pusaran dibagian bawah dan ujung lengan, serta topeng oni yang menutupi bagian wajah dilengkapi dengan sebuah bokutou dan nichirin yang melekat disekitar pinggangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terlihat seorang pria bersurai perak mengenakan kimono putih berpola biru pusaran dibagian bawah dan ujung lengan, serta topeng oni yang menutupi bagian wajah dilengkapi dengan sebuah bokutou dan nichirin yang melekat disekitar pinggangnya.

Kaki yang hanya beralaskan sandal kayu itu berjalan melewati jalanan yang tertutupi oleh lebatnya salju.

Menjelajah disekitar pegunungan dengan pohon-pohon disekitaran untuk memburu sesuatu yang bernama 'Oni' atau bisa disebut juga 'iblis.'

Oni atau iblis biasanya muncul pada malam hari, atau dimana matahari tidak bersinar. Jelas, makhluk kegelapan ini ditakuti oleh manusia. Bukan tanpa sebab para manusia takut kepada iblis, dikarenakan mereka adalah penikmat daging manusia atau bisa juga dibilang sebagai makhluk pemakan manusia.

Mereka selalu memburu manusia saat matahari tidak memunculkan sinarnya untuk dijadikan sebagai pemuas rasa lapar mereka.

Dan itu membawa teror bagi umat manusia, sebab itu ada 'pemburu iblis' yang ditugaskan untuk membasmi para iblis tersebut agar korban jiwa tidak bertambah lebih banyak lagi. Dengan bermodalkan sebuah pedang bernama 'nichirin' dengan teknik 'pernapasan' untuk melumpuhkan iblis-iblis tersebut.

Salju-salju mulai berjatuhan, cuaca semakin dingin dan langit yang dipenuhi oleh awan-awan tebal nan gelap menghalangi cahaya matahari agar tidak bersinar.

Langkah kaki yang awalnya lambat tiba-tiba berubah cepat saat merasakan aura dari iblis tertentu yang bisa diakui cukup kuat.

Menambahkan kecepatan dia pun berlari mengikuti datangnya sumber aura tersebut berasal.

Sesampainya ditempat aura iblis itu perlahan menghilang dan semuanya sudah terlambat. Mata merah tua miliknya menatap horor dari balik topengnya saat disuguhi dengan pemandangan korban-korban yang telah terbantai secara tragis.

Darah terciprat dimana-mana dan mungkin juga beberapa organ tubuh yang berserakan tidak pada tempatnya.

Merasa tidak berguna dan menyalahkan dirinya dengan wajah menyesal tertutup oleh topeng diapun berlutut, menyatukan kedua tangannya kemudian mulai merapalkan doa untuk para korban yang terbantai.

"Aku benar-benar menyesal. Semoga kalian beristirahat dalam damai."

Setelah itu, dia mulai masuk ke dalam gubuk tersebut untuk memastikan jumlah korban yang telah terbantai.

Langkah demi langkah diambil, perasaan bersalah mulai tumbuh menyelimuti dirinya saat melihat tubuh-tubuh bergelimpangan tergenangi oleh darah. Kemudian dia pun mulai memeriksa para korban satu persatu.

Tindakannya terhenti saat memeriksa seorang gadis yang mengenakan kimono merah muda tengah memeluk seorang anak yang lebih kecil darinya.

'Dia masih hidup!' pikirnya saat memeriksa denyut nadi dari sang gadis.

Tanpa basa-basi lagi, dia segera membawa gadis muda tersebut ke dalam gendongannya dan bergegas keluar dari dalam gubuk.

Saat keluar dari gubuk, dia melihat seorang anak laki-laki bersurai burgundy berdiri tak jauh darinya dengan ekspresi yang tak bisa dideskripsikan.

Anak laki-laki tersebut melihat kearah gadis yang sudah berada dalam dekapan pria bersurai surai perak tersebut.

Tanpa berpikir panjang dia pun menghampiri pria itu dan merebut sang gadis dari tangan si pria dan membawanya kedalam dekapannya.

"A-APA YANG TERJADI?! DAN APA YANG INGIN KAU LAKUKAN PADA NEZUKO?!" Anak laki-laki itu berteriak pada sang pria, dengan air yang berjatuhan dari pelupuk matanya saat memeluk gadis dipelukannya erat-erat.

"Tenanglah, aku tidak bermaksud jahat." Dia berkata dengan nada pelan dan lembut saat mencoba menenangkan anak laki-laki burgundy didepannya saat memeluk gadis yang diakui sebagai 'Nezuko' dengan erat dan menatapnya dengan marah.

"Jangan salah paham. Aku disini mencoba untuk membantu, ada iblis yang menyerang rumahmu dan aku terlambat untuk itu. Dan hanya tersisa gadis itu saja. Maafkan aku, aku benar-benar menyesal." Saat dia menjelaskan anak laki-laki didepannya sedikit tenang saat mendengar penjelasannya.

Anak laki-laki tersebut mulai membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, namun terpotong saat pria bersurai perak itu kembali berbicara. "Apa gadis itu adalah adikmu?" Dia bertanya sambil menunjuk kearah gadis yang berada dalam pelukan sang anak laki-laki.

Anak laki-laki berhaori kotak-kotak hitam dan hijau tersebut menganggukkan kepalanya pelan, dia mulai mempercayai pria yang ada di hadapannya karena tidak merasakan tanda-tanda mencurigakan yang datang darinya. "Apa lagi yang kau tunggu, cepat bawa dia ke dokter. Pernapasannya akan semakin melambat jika kau tidak cepat-cepat."

Mendengar itu, anak laki-laki bersurai burgundy tersebut langsung menatap sang adik yang berada dipelukannya.

Memperhatikan pernapasan adiknya yang mulai memberat dan melambat, dalam panik, dia pun segera berdiri. "Be-bertahanlah Nezuko!"

"Pergilah lebih dulu, aku akan mengurus penguburan sisa anggota keluargamu yang lain. Dan kau bisa kembali nanti." Katanya saat melihat anak laki-laki di hadapannya dalam keadaan panik.

Dengan canggung anak laki-laki itu berkata, "A-ano arigatou dan maaf untuk yang sebelumnya."

"Tidak apa-apa sekarang pergilah."

"Sekali lagi, terima kasih e-etto—" Anak laki-laki itu tergagap melihat pria asing bertopeng didepannya.

"[Name]. Kau bisa memanggilku begitu."

Hwhw:v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hwhw:v

Ff baru nieh:"

Mohon maaf jika masih banyak kesalahannya, maklum saya bukan penulis profesional aka penulis amatir pemula:')

Moga suka ̄ω ̄

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐒𝐇𝐈𝐑𝐎𝐘𝐀𝐒𝐇𝐀;𝙠𝙞𝙢𝙚𝙩𝙨𝙪 𝙣𝙤 𝙮𝙖𝙞𝙗𝙖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang