Pilar setinggi empat meter itu terpanjat dengan gampang, seolah terdapat lem di jari pemuda itu. Aksi ini ia lakukan atas demo tunggal kepada pemilik rumah yang tak lain Daddy dan Mommy nya."Naka, turun!"
Kanaka Haidan Allaric nama nya. Pemuda lima belas tahun yang sedang merajuk karena keinginan nya yang yidak pernah terpenuhi.
Sekarang Naka sudah ada di ujung pilar, persis seperti cicak.
Davin Januarta Allaric, kepala keluarga yang saat ini sedang menyaksikan aksi berbahaya anak nya dari bawah, hanya bisa mengelus dada sabar. Jika sang ratu rumah tau bahwa anak semata wayang nya memanjat lagi, bisa di penggal dia.
"Naka, daddy bisa melebur jadi debu jika mommy mu tau kamu memanjat lagi. Turun, nak? Naka mau apa?" Pertanyaan dengan nada frustasi itu membuat Naka bahagia, selangkah lagi daddy nya pasti menuruti kemauan nya.
"Sekolah," teriak Naka dari atas sana.
"Tidak dengan itu, yang lain," Davin menolak tegas keinginan sang anak, mungkin istri nya pun juga tidak akan mengijinkan permata nya ini untuk keluar dari mansion keluarga Allaric.
"Ya udah, aku nggak mau turun. Biar aja daddy hancur lebur, memuai, menyublim, dihajar mommy. Aku nggak peduli," ucap anak itu dengan lantang.
"Kamu tega sama daddy?" Tanya nya dengan wajah sendu, meminta belas kasihan dari sang anak.
Naka yang di atas sana mengangguk mantap. Membuat mata Davin membola tak percaya.
"Astaga, daddy sakit hati. Anak daddy sudah tidak peduli lagi. Ya sudah, biar daddy mati aja ketimbang tidak di pedulikan oleh anak sendiri." Davin memulai drama nya.
Pria 45 tahun itu, berjalan menjauh dari salah satu pilar di dalam rumah yang Naka panjat menuju dapur.
Naka memperhatikan semua pergerakan Davin, area dapur bersih sangat terjangkau dari atas sana. Mata Naka membelalak melihat daddy nya mengambil pisau daging yang besar.
"DADDY!" Teriak Naka lalu disusul tubuh nya yang merosot cepat tanpa takut. Alex yang di bawah sudah siap menangkap tubuh bongsor tuan muda nya.
"Hati-hati tuan muda," tegur Alex dengan memegangi badan Naka.
"Paman kenapa diem aja, itu cegah daddy, majikan paman mau bunuh diri!" Naka mengomel pada bodyguard daddy nya itu. Alex mengulum bibir, menahan tawa.
Tuan muda nya ini terlalu polos, tidak pernah sadar jika daddy nya bermain drama supaya dirinya turun. Pantas tuan besar dan nyonya nya tidak mengijinkan Naka sekolah umum, anak itu terlalu mudah di bohongi dan di pengaruhi.
Melihat Alex yang bergeming, Naka menghiraukan nya dan berlari ke arah dapur.
"Daddy, buang pisau nya!" Bentak Naka, lalu dengan cepat Naka menyingkirkan pisau yang di pegang Davin dengan kasar, dan tidak berhati-hati. Hingga cairan merah menetes di lantai dapur berasal dari telapak tangan sang anak.
Davin panik, perbuatan bodoh nya dengan berakting di depan sang anak membuat Naka terluka.
"Daddy ... da-rah," seketika Naka pingsan akibat melihat darah ditangan nya sendiri. Respon Naka akan darah selalu berlebihan.