21. Pohon Flamboyan

48 5 0
                                    

Jam sudah menunjukkan angka satu, tetapi cowok itu masih belum bisa tidur. Bukan karena kepikiran dengan jalan-jalannya, tetapi karena tugas poster yang masih belum diselesaikannya. Sialnya, deadline tugas itu adalah besok. Namun, di sisi lain dia merasa beruntung karena besok kelasnya akan dimulai pada siang hari, sehingga dia bisa puas melembur tugasnya hingga pagi.

"Iel," panggil suara lembut itu tak membuatnya mengalihkan perhatian dari layar laptop.

Sementara itu, Magdalena hanya bisa bersedekap dada sembari menghela napas kesal.

"Iel!" serunya tetap tak membuat Gamaliel beralih, membuatnya sedikit kesal.

"Iya, Ma?"

Kekesalannya sedikit mencair ketika anak lelakinya itu menanggapi panggilannya. Yah, walaupun dia masih sambil mengerjakan tugasnya.

"Tidur, udah malam."

Gamaliel berhenti menatap layar laptopnya, menghela napas, lalu menoleh pada ibunya yang rambutnya terlihat berantakan. "Nggak bisa, Ma ... dl-nya besok nih."

"Mal, besok kamu masuk siang kan?"

Cowok itu kembali menghela napas. Setelah itu, dia mengangguk dengan wajah yang tertekuk.

"Kalau gitu lanjutin besok pagi," nasihatnya memandang cowok itu dengan tatapan khawatir.

"Nggak bisa, Ma, nang—"

Magdalena berdehem kencang, membuat Gamaliel menghela napas. Dia langsung menutup aplikasi pembuat posternya, mematikan laptop, dan menutupnya. Lalu, beranjak ke tempat tidur. Menarik selimutnya dan menutup mata. Melihat anaknya menurut, Magdalena langsung tersenyum kecil. Setelah itu, meninggalkan Gamaliel yang dipikirnya telah tertidur.

Suara pintu pertanda ibunya telah pergi membuat Gamaliel membuka matanya. Dia menghela napas lega karena ibunya tak sadar jika dia hanya berpura-pura tidur. Sekarang, dia berencana kembali mengerjakan tugasnya. Namun, entah mengapa saat dia ingin bangun, rasa kantuknya semakin menjadi hingga akhirnya dia pun mulai menutup mata dan benar-benar tertidur hingga mencapai alam mimpi.

Setelah tertidur nyenyak, tiba-tiba saja Gamaliel terbangun. Namun, saat dia terbangun, dia tak berada dalam kamarnya, melainkan tempat lain. Seluruh tempat itu berwarna merah jambu, ada pula pohon flamboyan yang berdiri kokoh di sana.

Dia mengerti. Mimpi itu kembali lagi. Mimpi dengan latar tempat yang dikunjunginya tadi siang.

Karena dia sudah menghafal skenario dari lucied dream yang tak bisa dikendalikannya, dia mencoba menguatkan hati jika sampai sosok gadis berambut panjang itu datang kembali dalam mimpinya. Namun, tak ada. Gadis itu sama sekali tak muncul dalam mimpinya.

Dia kembali menunggu. Yang mengherankan, sosok itu masih belum muncul.

Aneh, batinnya seraya mendongakkan kepalanya, menatap bunga-bunga flamboyan yang tertiup angin sembari menikmati dinginnya. Dia nggak muncul.

Gamaliel menurunkan kepalanya. Sejujurnya, dia merasa lega karena tak dihantui Veera. Namun, di sisi lain, dia merasa aneh.

Mengapa dia mendapat mimpi dengan latar tempat ini jika Veera tidak muncul?

Aneh.

Gamaliel memandang sekitarny. Dan benar, tak ada tanda-tanda kemunculan Veera. Lalu, untuk apa dia dibawa ke tempat ini? Apakah ini efek karena dia pergi ke tempat itu tadi siang?

Gamaliel menghela napas.

Entahlah.

Tiba-tiba angin kencang menerpa. Bunga-bunga kemerahan itu pun turun deras. Membuat sorot mata cowok itu menyipit. Seulas senyuman kecut terbentuk. Jelas sekali dia tahu jika itu adalah pertanda jika gadis itu akan datang.

A Lovely Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang