Maaf!

680 86 2
                                    

Prilly tak dapat membendung air matanya semenjak sang Papa tiba-tiba berlutut di kakinya untuk meminta maaf.

"Maafkan Papa"
Prilly kaget dengan apa yang dilakukan oleh Papanya. Ia turun dari kursi mensejajarkan tubuhnya dengan posisi Papanya.

"Pah..." Prilly terisak meminta sang Papa untuk bangun dari sikap sujudnya.

"Ngga, Papa ngga akan berhenti sujud dan minta maaf sama kamu, sebelum kamu mau memaafkan Papa, i"

Prilly terdiam, namun bukan berarti ia tak mau memaafkan Papanya. Karena memang ia tak pernah bisa marah terhadap apa yang diperbuat oleh sang Papa.

Tapi rasa sesak didada tiba-tiba menyeruak ketika ia teringat bahwa sang Papa sudah menyerahkannya pada orang lain tanpa persetujuan darinya.

Ully dan Resi duduk berdampingan dengan tangan yang saling menggenggam untuk menguatkan satu sama lainnya.

"Ngga, i. Papa ngga akan bangun sampe kamu mau maafin Papa dan mau dengerin penjelasan dari Papa"

"Pah.. Aku ngga pernah bisa marah sama Papa, sama bunda, ngga bisa. Tapi aku masih kecewa sama kalian"

"Maaf sayang, maaf"

"Pah, bangun. ii mohon"
Rizal akhirnya menegakkan badannya, ia merengkuh tubuh sang Putri. Ia menangis di bahunya, sembari terus mengucapkan kata maaf.

"Beri ii waktu Pah"
Rizal melepas pelukannya dari sang putri.

Prilly hendak bangun, namun Papanya kembali bersujud menahan langkahnya.

Abuya kini tergerak untuk menahan Prilly.
"Pril, jangan pernah pergi dari masalah. Hadapi dengan tenang, dengarkan dulu penjelasan dari Papa mu. Ingat, berkat keringatnya kamu bisa berada disini. Beri kesempatan pada Papa mu untuk menjelaskan"

Prilly luluh ia kembali duduk dikursi setelah Abuya menuntunnya untuk duduk disamping Ummi.

Sedang Rizal dibantu Ali untuk kembali duduk dikursi.

Ummi mendekap tubuh Prilly dari samping, mencoba menenangkannya.

"i, maafkan Papa. Papa tau, Papa salah. Papa minta maaf, tapi Papa lakuin ini semua karena ada alasannya"

"Alasan apa, Pah? Apa karena Papa dan Papa nya Ali bersahabat? Apa karena itu, Papa menyerahkan Aku gitu aja, tanpa meminta persetujuan dulu dari Aku? Papa nganggep aku apa sih, Aku anak Papa, dan Aku juga punya perasaan"

"Maaf sayang"

Prilly tambah terisak, akhirnya kata-kata tersebut keluar dari bibirnya. Namun sesak dadanya masih belum juga terlepas.

"Maaf semuanya, boleh Ali bicara berdua dengan Prilly?"

Semua mengangguk, lalu satu persatu dari mereka meninggalkan 2 insan berstatus suami istri tersebut untuk bicara 4 mata dari hati ke hati.

Setelah semuanya pergi, Ali mulai menarik nafas.

"Sebelumnya, Aku mohon jangan potong ucapanku dulu"

"Dan sebelum kamu bicara, Aku juga ingin peringatkan sama Kamu. Jangan jadikan sebuah pernikahan sebagai mainan. Aku tau ayah kita bersahabat, namun jangan hanya karena itu kamu dengan mudahnya mengorbankan hati dan masa depan kamu, Li" Sela Prilly dengan nada bercampur emosi dan tangis. Badannya bergetar senada dengan pecah tangis yang tertahan.

"Kamu salah.. Kamu salah besar, jika kamu berfikir Aku terpaksa menikah dengan kamu. Aku ngga pernah mau main-main sama pernikahan kita"

"Kamu ngga usah bohong Li. Ngga usah kamu bohongi hati dan perasaan kamu hanya untuk menenangkan Aku. Ngga perlu..."

Until JannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang