Adzan subuh baru saja berkumandang. Entah ada angin apa, Naka yang biasa nya susah di bangunkan, kini malah sudah mandi, dan melaksanakan kewajiban nya sebagai muslim.
Naka keluar dari kamar dengan bersenandung, entah lagu apa. Pemuda yang sudah berganti pakaian dengan setelan basket itu menenteng bola orange dengan garis hitam di ketiak.
Ia masuk ke dalam kamar Davin dan Radella dengan mengendap-endap. Naka menaruh bola nya di karpet, lalu mendekat ke arah ranjang besar orang tua nya. Anak itu menghitung mundur dalam hati.
Tiga ... dua ... satu,
Tubuh bongsor Naka melompat ketengah ranjang yang terdapat dua manusia sedang tertidur pulas.
Saking kaget nya Davin terjungkal ke pinggir, sedangkan Radella terperanjat dengan memegangi dada nya.
Siapa lagi yang berani berbuat seperti ini, kalau bukan Kanaka.
Davin ingin sekali marah, karena anak nya itu sudah menggangu keharmonisan tidur nya dengan sang istri. Karena memang Davin baru saja diberi maaf oleh Radella perihal luka yang Naka dapatkan.
Tapi, tentu saja dirinya yang akan terkena counter attack sang istri jika nekat memarahi Naka. Akhirnya, berpasrah, bersabar serta tawakal adalah jalan ninja Davin.
Radella juga sebenarnya kesal, tapi mendengar tawa sang anak membuat nya tak tega mengomeli Naka.
Tangan Radella memeluk Naka dari samping, dan bergerak ke perut pemuda itu lalu mulai menggelitikinya.
"Hahaha, mommy geli, udah ... haha,"
"Ampun ... mommy,"
Tangan Radella berhenti menggelitik perut Naka, berganti menciumi seluruh wajah putera nya dengan gemas. "Kenapa nakal sekali, hmm? Ini masih pagi, sayang,"
"Aku baik, bangunin mommy sama daddy biar nggak lupa sholat, sholehah 'kan aku?" Jawab nya,
Radella tertawa mendengar ocehan sang anak. "Sholeh sayang, bukan sholehah,"
"Sholimi," sahut Davin yang masih terduduk di pinggir ranjang dengan wajah tertekuk.
Naka langsung menoleh cepat mendengar suara Davin. "Daddy diem, kita masih musuhan," ia mengingatkan Davin seperti kemarin malam.
"Ya udah, keluar kalo gitu. Ini kamar daddy ya," ucap Davin santai, tak melihat jika ekspresi sang istri sudah berubah.
Tuan Davin ini, tidak berlajar dari pengalaman memang.
"Davin, tutup mulut mu! Kau saja yang keluar," balas Radella, membuat Naka bersorak hore dalam hati.
Helaan napas lelah, Davin hembuskan. Gini banget jadi suami, batin pria itu.
"Daddy harus apa boy, biar kita baikan?" Tanya nya dengan wajah memelas. Ini masih subuh, dan ia sudah ternistakan saja.
"Kasih Naka sekolah lah, sip nggak?" Tawar Naka sebagai jaminan berbaikan mereka.
"Tanya mommy mu, boleh tidak sekolah umum?"
"Mommy, boleh?" Radella yang sudah akan terpejam lagi, harus membuka mata nya.