5 - Eza

707 85 0
                                    

"Dah Bu Komandan! Makasih hari ini!" Teriak seorang siswa sekelas Vee yang melambaikan tangannya di parkiran sambil berlalu membawa motornya.

Vee yang sudah ganti baju, menaiki motornya lalu menyusuri jalanan yang ramai oleh pengendara. Sampai dimana Vee terjebak macet. Dia berdecak tajam lalu membalikkan motornya lalu menyusuri sebuah jalan pintas.

Ditengah perjalanan Vee dikejutkan oleh beberapa orang berjaket yang sama beradu jotos dengan seorang pemuda yang tampaknya sudah babak belur. Vee membuka helmnya dan melepas maskernya yang enggap. Lalu turun dari motornya dan berjalan ke arah mereka.

"Excuse me? Bisa tolong beri jalan? Dan anda ngapain ngemis sampe muka anda bonyok gitu?" Tanya Vee pada beberapa orang disitu dan terakhir kepada seorang yang sudah terduduk lemah menatap Vee tajam.

"Ga bisa dong! Lo cari jalan lain sana!" Jawab salah satu orang disitu.

"Macet." Jawab Vee ketus.

"Nunggulah!" Jawab orang disebelahnya.

"Queen menunggu? It's funny lol." Jawab Vee lalu mereka menatap tajam Vee.

"Cantik, kamu cari tempat lain ya? Atau mau nunggu in Abang ya?" Vee berdelik geli lalu membogem keras pipi orang tersebut sampai tersungkur.

"Sialan! Balas!" Titah pria itu.

Mereka pun saling beradu jotos dengan Vee yang membuat lawannya kewalahan dengan kelincahannya. Lalu ia menyerang titik lemah lawannya seperti leher belakang, kemaluan, kepala, kaki yang di buat split ke atas, dan tangan yang ia patahkan. Pria yang menjadi korban hanya menatapnya kagum.

Mereka bersepuluh pun kalah dengan seorang Vee yang dengan mudahnya melawan mereka. Ia menyeringai, "Kalau di bilang minggir, ya anda harus patuh." Vee berucap datar dan dingin tak lupa dengan nada rendahnya.

Vee naik ke atas motornya lalu memakai helm dan menghampiri korban cowok itu.

"Naik." Titah Vee tanpa melihat lawan bicaranya.

"Gimana mau naik! Kaki gue sakit! Aneh lo!"

Vee pun turun lalu menggendong pria itu yang tampak malu karena malah ia yang digendong. Setelah itu Vee naik, sebelum jalan ia menanyakan alamat sang pria.

Brum! Brum!

Vee masuk ke sebuah rumah mewah yang notabenenya rumah si pria lalu memanggil orang disitu.

"Permisi! Putra anda kecelakaan!"

Brak!

Tampak sepasang suami istri datang dengan panik. Lalu berjalan ke arah pria itu dengan cepat sang ayah memapahnya masuk.

"Nak makasi ya udah anterin anak saya. Mau mampir?"

"Iya Bu sama-sama. Tidak. Duluan."

Lalu Vee menyalakan motornya menuju rumahnya. Sesampainya di depan gerbang, satpam bingung dengan siapa orang yang ada di depannya.

"Vee, Victoria." Setelah mengatakan itu Vee dibukakan gerbang dan langsung memarkirkan motornya. Lalu masuk ke mansionnya yang tampak sepi.

"Tidak ada orangkah? Bagus!"

Saat Vee ingin melangkahkan kakinya ke arah lift. Seseorang mencekal tangan siapa lagi kalau bukan Owen. Vee menatap Owen malas sambil menaikkan sebelah alisnya.

Plak!

Owen menampar Vee yang dibalas tatapan tajam dari gadis itu.

"Cih Lo makan tuh uang setelah lo bunuh Adek gue!" Sarkas Owen.

"Tiri. Orang yang memakan uang adalah orang yang tidak normal dan saya tak memakan uang. Lagi pula mending saya makan uang, daripada anda? Memakan hati adik sendiri sampai menumbuhkan segumpal dendam di hatinya. Dan... berhati-hatilah dia mungkin akan membalas anda." Jawab Vee sambil menyeringai dan berbisik di akhir kalimat.

Plak!
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Krak!

Vee membalas Owen lima kali lipat sampai Owen terjatuh dan terakhir ia menginjak kaki Owen.

"Kau tau? Adik kandungmu yang sudah ibumu titipkan ke kau! Sudah memiliki dendam lebih besar daripada rasa bencimu ke dia! Kau mau ngadu? Silahkan! Saya tak melarang tetapi ingatlah satu, kalau saya tergores seinci pun, saya akan balas dengan sekantung darah. Btw bibir dan hidung anda berdarah, permisi." Vee mendesis tajam tanpa mau melihat Owen yang sudah seperti orang sekarat di bawahnya. Jika Vee sudah mengucapkan kata 'kau' mungkin dia sudah tidak tahan ingin membogem anda.

Vee sampai ke kamarnya dan segera membersihkan badan dari tatto-tatto nya yang menempel sementara.

Lalu ia merebahkan diri dan menelpon seseorang yang dibalas cepat dari seberang sana.

"Siapa?"
"Your leader! A wound will be repaid with a bag of blood. Hai Eza! Tidak bisa dipercaya bukan?"
"Eh anj*ng lo gausah cosplay jadi ketua gue! Ga mungkin itu Lo!"
"Apakah lebih baik memberi tau ibu ayah mu kalau anaknya masih suka mengoleksi boneka-boneka padahal dia adalah seorang pri-" omongan Vee dipotong.
"Gila?! Lo mati suri atau bagaimana? Kita disini semua frustasi ga ada elo. Ayo kembali Ci! " Tanya suara dari seberang sana.
"Saya tidak bodoh. Saya sudah membaca semua berita yang masuk. Nanti saya chat anda. Selamat siang saya mau tidur."
Tutt.

Vee lalu menaruh ponselnya di atas nakas lalu menutup matanya lelah.

***

Toktoktok!

"Victoria anak sialan! Buka pintunya! Buka! Victoria!" Teriak seorang wanita paruh baya dari luar pintu kamarnya.

Vee lalu beranjak membuka pintu kamarnya lalu melihat sepasang suami istri paruh baya menatapnya menahan marah dengan Owen yang dibalut perban di belakang mereka. Vee menaikkan sebelah alisnya.

"Ap-"

Krek!

Sebelum sempat menyentuh pipi Vee, Vee sudah terlebih dahulu menahan tangan ibu tirinya dan memelintirnya pelan dengan wajah datarnya sukses membuat ayah dan abangnya melotot tak percaya.

"Ups... sengaja..."

Brak!

Vee lalu menutup pintu kamarnya kuat dan keluar rumah melalui balkon kamarnya dan melilit tali tambang yang ia dapat dan turun setelahnya.

"Halo Za! Saya tunggu di cafe racer!"
Tut.

Lalu Vee menuju motornya dan membawanya dengan kecepatan diatas rata-rata dan berhenti di sebuah cafe bernama 'Racer'. Dan segera masuk ke dalam kafe tersebut menunggu seorang yang dia telfon.

"Eza!" Vee memanggil seorang pria yang masih memakai setelan formal nya yang sedikit terlihat berantakan.

"Lo... Verucci?" Tanya Pria tersebut menatap Vee bingung dan tak percaya.

"Hm. Gue ada di tubuh gadis ini nama saya sekarang Victoria, kamu panggil Vee saja. Silahkan duduk."

Pria tersebut tak lain adalah Eza duduk di depan Victoria menatap Victoria dan memanggil pelayan dan memesan pesanannya dan pesanan Verucci biasa.

"Jadi kenapa bisa lo jadi gini?" Tanya Eza.

"Transmigrasi ke tubuh gadis ini." Bales Vee singkat.

"Serius?"

Vee menatap malas Eza lalu kini ia yang memberi sebuah pertanyaan. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

*****

Transfer of Souls VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang