CHAPTER [45] : Akhir dari masalah (2)

115 17 2
                                    

Kevin fokus mengemudi dengan kecepatan tinggi, pikirannya tengah bercabang-cabang begitu pula dengan Joanne dan Arthur yang sibuk memikirkan keadaan Winter.

Sedangkan Rian sibuk komat-kamit membacakan doa. Doa keselamatan nyawa mereka lebih tepatnya, karena Kevin membawa mobil dengan begitu cepat sehingga sedari tadi menyalip kendaraan-kendaraan lain, bahkan mobilnya tidak berhenti saat lampu merah.

"Cepetan dikit, Vin." Pinta Joanne.

Rian melotot kaget. "Ini udah cepat mau secepat apa, Jo?!"

"Diem! Gue ngerasa ada hal yang benar-benar gak beres!" Balas Joanne.

Hubungan batin antara sahabat itu sangat kuat, hampir sama seperti ikatan batin dengan keluarga sendiri. Buktikan saja jika kalian mempunyai sahabat yang sangat amat dekat, walaupun hanya saling bertatapan dengan sahabat, lewat tatapan tersebut kita bisa mengerti dan paham dengan apa yang tengah di bicarakan.

"Gue ngebut." Ujar Kevin, dengan kondisi jalan yang sudah cukup sepi  ia semakin menginjak pedal gasnya.

Mobil pun semakin melaju dengan kencang, hingga tiba lah mereka pada sebuah daerah perumahan. Kevin pun berhenti pada sebuah rumah berwarna putih dengan pagar yang tertutup rapat.

Keadaan rumah benar-benar sangat sepi, seperti tidak ada penghuninya. Kevin dan yang lainnya pun turun, bergegas mengecek keadaan rumah.

"Gak ada apa-apa?" Tanya Rian bingung.

"Gak mungkin Winter bohong. Dari isi chatnya aneh banget, coba panggil deh!" Usul Joanne.

"WINTER!"

"WINTER!!"

"WIN!!"

"WINTER KELUAR LO!!"

"WINTER!!!"

"Woi! Panggilnya santai aja keles, kayak mau nagih utang aja lo!" Ujar Joanne pada ketiga orang cowok yang berada bersamanya sekarang.

Joanne cukup segan dengan tetangga yang lain, pagi-pagi mereka sudah membuat kebisingan saja. Ketiga cowok itu tidak merasa segan memanggil Winter dengan suara keras sambil mengetuk-ngetuk pagar, memang benar kata Joanne, mereka seperti penagih utang.

"KEVIN!"

Panggilan itu terdengar dari seseorang yang berada di rumah yang berbeda, urutan kelima dari pintu gerbang. Sedangkan rumah yang mereka datangi ini berada di urutan ketiga.



"LOH?! WINTER! NGAPAIN LO DI SANA?!" Tanya Rian dengan lantang.

"KALIAN YANG NGAPAIN DI SANA, RUMAH GUE DI SINI!" Jawab Winter dengan kesal.

Rian, Joanne dan Arthur menatap Kevin dengan datar, ketiganya serentak menjitak cowok itu.

"Lo bilang rumahnya di sini anjir!" Ujar Joanne.

"Malu gue udah teriak-teriak, taunya salah rumah!" Sambung Rian.

"Harga diri gue harus lo ganti rugi pokoknya!" Ucap Arthur.

Kevin sendiri meringis malu, sangat amat merasa malu saat ini. "Hehe.. Maklum gue panik tadi buru-buru, terus juga udah agak lupa rumahnya yang mana.."

"Udah ayok buruan ke rumah yang sebenarnya!"

⚛⚛⚛

Rian dan yang lain melihat beberapa koper yang telah tersusun rapi, membuat mereka kebingungan, siapa yang akan bepergian?

"Win, banyak banget kopernya? Mau di jual?" Tanya Rian dengan polos.

"Di mall? Atau tanah abang?" Tanya Arthur.

GENG BRANDAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang