Hari Keduapuluh Lima 'Projeknya Taya'

2K 305 14
                                    

Ada yang pernah bilang kalau sunyi dan anak kecil itu bahaya. Orangtua harus siaga satu kalau menghadapi situasi seperti itu. Biasanya kalau anak kecil dan sunyi berarti ada projek maha besar yang sedang dilakukan.

" Mama lihat Taya?"

Baheera menanyakan putranya yang tak terlihat dari tadi, bahkan suaranya saja tidak terdengar. Baheera sudah mencarinya, namun belum ketemu.

" Suaranya nggak kedengaran itu." neneknya Taya ikutan panik. Ummm tidak mungkin kabur sih, soalnya pintu gerbang depan sudah ditutup, dan Taya tidak bisa menjangkaunya karena tinggi.

" Abang, Taya...." panggil Baheera heran.

Bukan takut, jujur saja Baheera lebih takut putranya membuat drama lagi. Baheera yakin sih, nenek kakeknya tidak akan memarahi Taya. Tapi merapikan, membujuk, merayu, menasehati, dan menahan emosi kan butuh energi.

" Abang...." neneknya ikut memanggil.

Heran sih dengan suasana sunyi itu. Pokoknya itu bukan kombinasi baik antara Taya dan sunyi.

" Tadi terakhir Taya main di mana?"

" Itu, ruang tamu terakhir Ma. Trus aku tinggal ke kamar sebentar." Baheera tak yakin. Pasalnya Taya kan suka lari-larian.

" Teras samping? Pintu kebuka tadi?" neneknya Taya bergegas ke teras samping.

Tempatnya memang nyaman, ada sofa panjang untuk santai, lalu ada kolam ikan yang sengaja dibuat kakeknya Taya. Belum lagi banyak tanaman buah yang besar sehingga terkesan rindang.

" Astagfirullah..."

Baheera hanya bisa beristigfar pasrah. Daripada marah Baheera rasanya lebih ingin menangis saja melihat apa yang Taya lakukan.

" Taya makan apa?" tanya neneknya gemas, tidak ada raut marah atau emosi sama sekali.

Segala kelakuan Taya mendapatkan pemakluman yang luar biasa dari neneknya itu. Ughh sayangnya melebihi anak kandung.

" Ini Necan, maam kue. Taya buka semua...." ujarnya berbinar senang, bocah gembul itu telah berhasil mensabotase kue lebaran.

Ada banyak toples yang berserakan, sebagian besar sudah dibuka dan ada beberapa yang masih tertutup. Masih aman dari jangkauan tangan mungil itu.

" Kenapa Abang buka semua?" tanya Baheera frustasi melihat kekacauan yang dibuat putranya. Pokoknya Baheera ingin menangis saja.

" Taya coba semua Mama. Ini Taya buka sendili, ndak minta tolong loh."

Taya malah merasa bangga dengan capaian dirinya. Belum tahu apa yang ia lakukan itu bisa membuat emosi mamanya.

" Necan puasa?" Taya ingin menawari neneknya kue, tapi Taya ingat tadi pagi katanya masih puasa.

Lama sekali puasanya. Taya saja sudah tidak puasa kok.

" Abang saja yah, Necan puasa. Kuenya yummi?"

Neneknya malah ikut duduk samping Taya, memperhatikan bagaimana tangan mungil itu mulai membuka lagi toples baru.

Taya pintar sih, ia bisa menemukan ujung selotip kue lebaran.

" Tidy up yuk, kuenya buat lebaran lagi nanti. Jangan buka yang baru, makan yang sudah Abang buka."

Taya tidak mendengarkan ajakan mamanya, bahkan larangan untuk membuka kue yang baru.

Taya mau makan semua.
Kan bentuknya beda-beda. Umm mana ada yang Taya suka lagi. Nanti makan itu lagi, tapi mau buka semua dulu.

" Abang...." panggil Baheera dengan nada manis.

" Iya Mama.."

Oke, Taya paham dengan nada mamanya, kalau sudah begini Taya harus mendengarkan kata mama.

" Tidy up Necan, ndak maam kue."

Astaga, Taya luar biasa sekali. Malah mengajak neneknya untuk merapikan ulahnya.

Baheera juga sebenarnya, berapa kali Taya bolak-balik ruang tamu dan keluarga untuk mengkut kue ke teras samping. Butuh usaha dan juga niat, dan Taya melakukannya.

Pada akhirnya Taya merapikan ulahnya dibantu neneknya.

Hello NatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang