Noda Lipstik

23 0 0
                                    

Madu Pernikahan

Bagian 01

"Pulang jam berapa hari ini, Ar?" tanya Dharma, seraya memakaikan dasi pada suaminya.

"Seperti biasa, Sayang. Jam delapan malam, ada apa? Kenapa terlihat cemas begitu?" Kini, Arjun yang bertanya. Ketika terlihat ada kecemasan di wajah cantik istrinya.

Dharma menggeleng, enggan menjawab suaminya. Entah kenapa hatinya seakan gelisah ketika kemarin mendapati ada bekas lipstik di kemeja Arjun, suaminya. Ia tak sanggup bertanya, takut jika nanti akan menyinggung perasaan sang suami. Berpikir positif adalah salah satu jalan menghindari asumsi macam-macam mengenai Arjun.

Ia begitu percaya jika suaminya sangat setia. Tidak mungkin sampai hati mengkhianati cinta suci dan pernikahan mereka.

"Dia sedang apa di dalam?" tanya Arjun. Menyentuh perut istrinya yang mulai membuncit.

"Sedang tidur mungkin, tadi malam dia tidak bisa diam. Terus saja menendang perutku, aku jadi tidak sabar ingin segera melihatnya," kekeh Dharma, mengusap perut yang berisi buah hatinya bersama Arjun.

"Udah mulai nakal rupanya anak ayah ini," imbuh Arjun, mencium perut buncit milik istrinya.

"Iya, nakal seperti dirimu," ujar Dharma spontan.

Ucapannya itu membuat Arjun menghentikan aksinya mencium perut Dharma. Lelaki yang menikahi Dharma empat tahun lalu itu terlihat salah tingkah. Bagaimana tidak? Kata-kata Dharma seakan menyindirnya.

Tahu gelagat Arjun yang sedikit berubah, Dharma mengalihkan pembahasan. Ia mengajak sang suami untuk menikmati sarapan pagi yang telah disiapkan. Di meja makan, banyak hidangan yang telah tersaji. Meski tengah hamil, Dharma selalu antusias menyiapkan keperluan sang suami. Arjun, menikahi Dharma atas keinginan kedua orang tuanya. Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta hadir hingga menjadikan rahim Dharma akhirnya berpenghuni.

Usai sarapan, Arjun akhirnya pergi untuk bekerja di perusahan ayahnya. Sementara Dharma, berdoa pada Dewa agar rumah tangganya baik-baik saja. Meski akhir-akhir ini dia dilanda kegelisahan akan kesetiaan Arjun.
_______

"Pagi," sapa Arjun. Pada semua pegawainya.

"Ada tamu untukmu, Tuan," ujar Uttari, sekretaris Arjun. Parasnya cukup cantik nan memesona.

"Aku tahu," balas Arjun tersenyum.

"Bagaimana dengan meetingnya, Tuan?" tanya gadis cantik itu.

"Kau saja yang urus, Uttari. Tahu 'kan apa yang harus dilakukan jika aku tengah menerima tamu," kata Arjun serius.

"Oke, Tuan. Akan kuurus segalanya, nikmatilah pertemuan ini," ujar Uttari sembari berlalu.

Arjun terlihat menarik napas, lantas masuk ke ruangannya. Di mana di sana sudah ada tamu yang sejak tadi menunggunya.

"Abhi sakit," kata seorang wanita.

"Sejak kapan?" tanya Arjun.

"Sejak semalam, aku tak berani mengirim pesan malam-malam. Itu sebabnya aku mengirim pesan tadi pagi padamu, Ar," balas wanita itu.

"Sudah dibawa ke dokter?"

"Sudah, tapi dia terus saja mencarimu," kata Pooja. Menatap lekat wajah suaminya itu.

"Maaf, seminggu ini aku tidak menemani kalian berdua," ujar Arjun. Merengkuh tubuh istrinya ke dalam pelukkan.

"Tidak apa-apa. Jika bisa malam ini menginaplah di rumah," pinta Pooja mengiba.

"Pasti," balas Arjun, melepas pelukannya.

"Aku merindukanmu, Ar."

"Aku juga, Pooja," balas Arjun, sembari mendaratkan kecupan kecil di bibir Pooja yang akhir-akhir ini jarang bertemu. Sekalinya bertemu hanya satu dua jam saja. Seperti kemarin, mereka bertemu namun sebentar.

Kedua insan manusia itu begitu senang menikmati pertemuan ini. Keduanya mengobrol ringan, membahas seputar rumah tangga yang tengah mereka jalani.

Bersambung.

Lanjut jangan nih?

Madu Pernikahan,  17+ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang