"Arthurrr, mandi duluu!" Panggilku saat Arthur berlarian dengan Angkasa ke luar rumah.
"Ndak auuuuu!" (Nggak, mau!)
Aku mendengus kesal. Pasti ulah Angkasa, pria itu bukannya kesel sama Arthur malah aku yang kena dampak dikerjain pagi-pagi begini. Udah tahu bakalan ada acara siang nanti.
Aku memutuskan untuk membuat sarapan terlebih dahulu. Mungkin telur ceplok gapapa kali ya, di campur beberapa potong sosis yang digoreng. Karena waktu sudah cukup mepet jika memasak makanan yang terlalu ribet.
"Dek!" Panggil Angkasa dari belakang.
Aku yang tengah menggoreng sosis berbalik, dan...
"Astagfirullah!"
Aku menahan tawa melihat tubuh Arthur dan Angkasa yang kotor. "Kalian habis ngapain sih?"
"Arthur jatuh ke got."
Tawaku pecah saat itu juga. Ya Allah, ada-ada aja. Sampai nyungsep gitu ke got lagi, pantesan baunya aneh-aneh gimana gitu. Hadeuh. Mana Arthur mukanya udah melas banget kayak habis nangis.
"Malah ketawa."
"Lagian, pagi-pagi udah buat ulah aja."
"Olahraga namanya. Semalem kan saya gak jadi olahraga sama kamu."
Mataku membulat.
Angkasa malah terkekeh.
Aku berdehem dengan wajah yang memerah menahan malu. "Ya udah, ajak mandi sana Arthur nya. Aku mau selesain ini dulu."
"Saya gak bisa mandiin anak." Angkasa menggaruk tengkuknya.
Aku melengos. Berbalik dan mematikan kompor, selanjutnya kembali menatap Angkasa. "Kalau gitu Arthur mandi sama aku aja."
"Kok sama kamu?" Kedua alisnya terlihat menyatu tak terima.
"Ya terus mau gimana?"
"Mandi bertiga aja."
Mataku membulat mendengarnya. "Nggak ya! Udah deh, Arthur sama aku aja sini!" Aku mengambil alih Arthur. "Arthur, mandinya sama Tante aja ya?"
Arthur mengangguk-angguk lucu, aku menatap Angkasa yang terlihat menggemaskan. "Nanti tolong di rapihin ya makananya, aku mau mandiin Arthur dulu!"
"Dek, saya juga kotor."
"Derita, wlek."
Aku langsung melenggang dan membawa Arthur ke kamar mandi, sementara Angkasa bisa membersihkan kotoran di tubuhnya pada selang air yang ada di teras luar. Lagipula, dia cuma bajunya aja yang kotor gara-gara gendong Arthur.
"Arthur kenapa sih mau-mau aja diajak lari sama Om, kan jadi nyemplung nih ke got." Aku menyabuni tubuhnya dari atas hingga bawah, sementara anak itu malah asik bermain air.
"Ata Om, Ateu ndak oleh mandiin Atul." (Kata Om, Tante nggak boleh Mandiin Arthur)
"Lho.., kok gitu?"
Arthur menggeleng. "Ndak au." (Nggak tahu)
Aku hanya menghela napas seraya tertawa kecil. "Nanti-nanti kalau diajak yang gak bener sama Om, jangan mau ya."
"No, no, no, ata Om, Atul halus nulut ndak oleh lawan." (Kata Om, Arthur harus nurut nggak boleh ngelawan)
"Kalau nurut sama Om, Arthur kecemplung got lagi lho, emangnya mau?"
Arthur mengangguk-anggukan kepalanya. "Au! Ata Om, cowo halus lani, ndak leh lemah." (Mau! Kata Om, cowok harus berani, nggak boleh lemah)
Buset, Angkasa bener-bener udah racunin otak Arthur kayaknya, masa ini bocah mau-mau aja diajak kecemplung got.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lapor, Komandan! [END]
General FictionBagi orang-orang, dijodohkan dengan sosok tentara yang tampan, macho, mungkin suatu keberuntungan. Tapi tidak bagi Lia, menurutnya ini sangat membosankan, kehidupannya yang ceria berubah menjadi kaku saat ia harus tinggal seatap dengan pria berwajah...