11. Ada rasa(?)

355 59 18
                                    

Nggak semua orang yang bersikap baik itu artinya punya perasaan lebih. Bisa aja hanya karena simpati atau dipaksa oleh keadaan

Keenan Bharata
.
.
.

Yang tidak pernah Keenan inginkan adalah melihat seseorang terluka karena dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang tidak pernah Keenan inginkan adalah melihat seseorang terluka karena dirinya. Baginya hal itu jauh lebih menyakitkan daripada ia merasakan lukanya sendiri.

Keenan menatap Fiola yang kini mendudukkan badannya sembari bersandar pada bangsal rumah sakit. Saat Fiola pingsan, Keenan dengan segera mencari bantuan untuk mengantarkan mereka ke rumah sakit. Beruntung salah satu teman kosan Fiola yang memiliki mobil tengah berada di kos dan bersedia untuk mengantar mereka.

Butuh waktu yang cukup lama untuk menyadarkan Fiola. Tapi beruntung, tidak terjadi hal buruk dan fatal pada Fiola. Dokter hanya mengatakan bahwa perempuan itu mengalami cidera ringan yang menyebabkan kepalanya mungkin akan terasa sangat pusing untuk beberapa saat.

Namun, selain itu, Keenan tidak bisa mengabaikan lebam di wajah bagian kiri Fiola. Berapa kali pun Keenan melihatnya, ia seperti dapat merasakan sakitnya.

"Masih pusing?." Tanya Keenan sembari membantu Fiola membenarkan posisi duduknya.

Fiola mengangguk lemah, kepalanya benar-benar pusing dan wajah bagian kirinya juga terasa sangat sakit.

"Buat rebahan aja kalau masih pusing, kamu perlu istirahat."

"Aku nggak apa-apa kok. Makasih ya." Lirih Fiola.

Mata Fiola menatap Keenan, entah ia harus sedih atau bersyukur saat ini. Saat matanya menatap wajah Keenan, ia bisa melihat beberapa bagian wajah Keenan mengalami luka lebam, dan hal itu membuat hati Fiola terasa nyeri. Seketika ia diserang dengan rasa bersalah yang begitu besar. Tidak seharusnya ia menyeret Keenan ke dalam masalahnya. Tidak seharusnya tadi ia bersama Keenan dan menyebabkan pria itu terluka karenanya.

Tangan Fiola terangkat, membuat Keenan secara reflek mendekat. Fiola menyentuh wajah Keenan yang terluka, dan tanpa aba-aba air matanya runtuh begitu saja. Ia benar-benar merasa bersalah kepada Keenan. Rasanya benar-benar sesak saat melihat luka Keenan.

"Maaf." Lirihnya dengan air mata yang terus saja mengalir. Hal itu tentu saja membuat Keenan panik, ia paling tidak tega melihat perempuan yang menangis.

Keenan meraih tangan Fiola yang ada di wajahnya lalu menggenggamnya dengan erat. 

"Heii, Fi.. kenapa nangis, hmm?? Aku nggak apa-apa. I'm okay. Kamu pusing banget ya?" Tanya Keenan sembari mengusap air mata Fiola yang berjatuhan.

Fiola menggelengkan kepala. "Maaf, gara-gara aku.. kamu.."

"No..  ini bukan salah kamu. Aku nggak apa-apa kok. Jangan nangis lagi hm?." Ucap Keenan sembari mengusap air mata Fiola.

Dear Keenan (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang