Halaman Awal Mula

23 1 2
                                    

Karin mengayuh sepedanya menuju rumah Hana. Mulai hari ini, Karin tidak berangkat ke sekolah sendirian lagi. Saat tiba di rumah Hana, Karin melihat Hana yang sudah siap untuk berangkat ke sekolah.

"Punya sepeda baru nih ceritanya," goda Hana. Karin hanya tersipu malu ketika mendengarnya.

"Ayo cepat, jangan sampai telat," ucap Karin pada Hana. Mereka berdua pun berangkat ke sekolah bersama.

Karin dibelikan sepeda oleh ayahnya sebagai pelipur lara atas kematian ibunya. Saat itu, Karin dibebaskan oleh ayahnya untuk meminta apa pun yang dia mau. Namun , Karin hanya ingin sepeda agar dia bisa berangkat sekolah bersama Hana.

"Rara!" teriak Hana, kemudian ia memarkirkan sepedanya bersama Karin.

"Kenapa Han?" tanya Rara.

"Saya hanya ingin memastikan lagi, ekskul kami benar-benar tidak bisa tampil saat demos?" mata biru Hana dipenuhi oleh harapan, seakan memohon pada Rara. Hal ini membuat Rara menjadi tidak tega terhadap Hana.

"Ga bisa Han, tapi nanti gua tanya lagi ya," ucap Rara.

"Maaf sih kalo kesannya maksa, tapi lu ga bisa usahain biar kita bisa tampil?" tambah Karin.

"Gua udah usahain Kar, tapi ga bisa. Karena OSIS ga mengganggap ekskul kalian ada," sebuah kenyataan yang sungguh menyakitkan. Tidak hanya OSIS, tapi sebagian besar guru-guru di sekolah juga tidak ada yang menganggap ekstrakulikuler Japanese Club ada.

"Nanti gua coba usahain lagi. Tapi kalian harus benar-benar siap. Karena katanya, angkatan sebelumnya pernah ada yang memohon untuk bisa tampil. Saat dikasih kesempatan, ternyata belum siap," ucap Rara.

"Siap Ra, gua ga bakal bikin lu kecewa," Karin menepuk pundak Rara, kemudian meninggalkannya sendirian.

Ketika di kelas, Karin dan Hana melihat Sarah yang sudah datang lebih dulu. Hal ini membuat mereka berdua kaget, karena Sarah hampir tidak pernah datang tepat waktu ke sekolah.

"Anjay, lu mimpi apa semalam?" tanya Karin. Dia hanya melempar ranselnya ke kursi, lalu menghampiri Sarah.

"Kali ini gua denger suara alarm, haha," ucap Sarah dengan wajah menyebalkannya.

"Pas sekali, saya ingin membahas masalah demos dengan kalian," Hana langsung duduk di depan Sarah setelah meletakkan ranselnya.

"Jadi, kita mau nampilin apa? Kata Rara, tahun sebelumnya pernah ada yang dikasih kesempatan buat demos, malah belum siap," Karin memulai diskusi terlebih dahulu. Ia menopang dagunya dengan kedua tangannya. Seperti biasa, Sarah mengikuti gerakan Karin dan menatap matanya sambil tersenyum.

"Sar, jangan bikin gua geli," seketika Karin mengacak-acak rambut Sarah, namun Sarah hanya tertawa kecil. Hana hanya tersenyum ketika melihat kelakuan kedua temannya.

"Kalau menurut saya, mungkin kita akan nge-dance? Atau nge-band?" Hana mencoba untuk mengembalikan suasana. Tanpa sadar, Hana juga menopang dagunya dengan kedua tangannya.

"Emang kalian bisa nge-dance, nyanyi, atau main alat musik? Gua sih kagak," ucap Sarah.

"Gua juga ga bisa," tambah Karin, kemudian dia menyandarkan tubuhnya.

"Kalau latihan pasti bisa," Hana benar-benar yakin kalau teman-temannya pasti bisa.

"Lu enak Han, serba bisa. Apa yang ga bisa lu lakuin?" timpal Sarah.

"Karena saya bisa, makanya saya yakin kalian juga bisa. Jadwal demos masih lama, kita punya banyak waktu untuk latihan," jelas Hana.

"Cih, kalau aja ketua lama kita ga kabur," Karin tampaknya masih kesal dengan kelakukan ketua lama dan teman-temannya.

"Stttt, jangan dibahas lagi," ucap Hana dan Sarah bersamaan.

~•~


~Jangan lupa saran dan kritiknya ya^^~

Caltha X Hyanomi [Hiatus, Lagi Males Nulis]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang