19. Mengikhlaskan

71 8 0
                                    

°•• Happy reading ••°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°•• Happy reading ••°

Sudah lima hari Andresa datang ke toko bunganya yang baru diresmikan satu minggu yang lalu. Jimin memberinya kejutan dengan membeli sebuah bangunan hanya untuk Andresa. Laki-laki itu benar-benar sangat mencintai gadisnya, dia bahkan berencana akan terus menambah cabang toko bunga untuk Andresa.

Apa Andresa senang? Tentu saja. Bahkan dia terus mengucapkan terima kasih pada Jimin dan melebarkan senyuman setiap Jimin melihat ke arahnya. Tidak sampai disitu, dia membuntuti Jimin bekerja ke kantor dan berakhir dengan peluk-pelukan di dalam ruang Jimin, hampir melakukan hubungan itu, untung saja seorang sekretaris datang menemuinya. Tidak enaknya, sekretaris itu menjadi kena semprot karena mengganggu hal kesukaan Jimin.

"Tidak perlu membawa banyak, eomma di sana pasti juga menyiapkan di sana," ucap Jimin saat melihat Andresa memasukkan banyak bunga ke dalam box.

"Aku ingin banyak bunga di hari pernikahanku, Jimin," jawab Andresa yang sama sekali tidak memandang Jimin saat berbicara.

"Iya aku tahu, tapi kau ini hampir membawa semua bunga yang ada di toko."

Andresa mendongak menatap Jimin yang berdiri di depannya, matanya menatap kecewa dan penuh permohonan.

Jimin yang tidak tega mengelus dagu gadis itu. "Iya-iya, lakukan sesukamu, aku tidak melarang."

"Muah..." Andresa melayangkan kiss bay dari 2 telapak jarinya.

Belum Jimin membalasnya, Minho datang dan berbisik pada Jimin.

"Mau, apa?"

"Ingin bertemu Andresa Noona."

Andresa sedikit tercekat. "A-aku? Siapa memangnya?"

"Hoseok," jawab Jimin.

Andresa langsung mebgubah ekspresinya datar, tidak ingin mengubris karena tidak mau melukai hati Jimin.

"Dia sangat pucat Hyung..." ujar Minho.

Andresa yang semula menata rangkaian bunga menjadi terhenti dari aktivitasnya. "D-dia...s-sakit?"

Jimin menatap Andresa. "Andresa, kau akan menikah denganku."

"Tentu saja, Jim. A-a.."

"Temuilah, aku tidak marah. Katakan padanya untuk tidak berharap padamu lagi. Katakan kau akan menjadi istriku, agar aku juga tenang. Aku percaya padamu Andresa, aku percaya bahwa kau mulai mencintaiku." Jimin pergi meninggalkan Andresa. Dirinya membiarkan Andresa bertemu Hoseok untuk meluruskan semuanya. Apa Jimin marah? Tidak, Jimin hanya ingin smeuanya menjadi jelas, ingin semuanya selesai dan tidak ada lagi hubungan aneh antara Hoseok dan Andresa.

Hoseok masuk menemui Andresa yang masih termenung dengan ucapan Jimin. Jimin begitu mempercayainya, harusnya Andresa harus tegas pada hatinya, yaitu memilih Jimin dengan mantap.

"Andresa..."

Andresa menoleh, mendapati Hoseok yang berdiri di ambang pintu, laki-laki itu tampak kurus dan pucat pasi. Mata sayunya menghipnotis Andresa, gadis itu kini prihatin terhadap ayah dari bayi yang di kandungnya.

"Hoseok..."

Pelan dan gemetar, Hoseok mendekati Andresa. Andresa mendekat dan menuntun Hoseok untuk duduk di kursi. "Ada apa? Kau sakit?"

Hoseok hanya mengangguk. "Aku mencintaimu, hanya kau yang ada di hatiku."

"Jangan begitu...aku tidak bisa Hoseok." Andresa menggelengkan kepalanya.

Hoseok mengelus pipi Andresa. "Kau bilang dulu, ingin menikah denganku. Kenapa kau memilih laki-laki lain."

Andresa memegang lengan Hoseok yang menggantung. "Dulu hanya omongan lampau, itu tidak mungkin....aku hanya akan menikah dengan Jimin."

"Lalu, bayi kita?"

"Kau tetap Ayahnya Hoseok. Aku tidak akan melarangmu bertemu dengannya." Andresa menuntun tangan Hoseok untuk mengelus perutnya.

Hoseok memandang ke bawah, laki-laki itu mengelus perut Andresa dengan lembut. Dia seorang ayah, bayangkan saja melihat anaknya sendiri akan menjadi anak laki-laki lain. Hati ayah mana yang tidak hancur jika mengalaminya.

Hoseok hancur, sangat hancur. Tuhan membuat rasa tidak pantas pada dirinya untuk bertanggung jawab. Tuhan memberi celah pada Jimin untuk menjadi lelaki hebat yang mampu bertanggung jawab untuk orang lain.

"Princess...Appa mencintaimu, sangat. Maaf tidak bisa menjaga ibumu dengan benar. Bahkan menjagamu saja aku kalah. Ada Appa lain yang lebih hebat dariku, mungkin setelah ini Appa bodohmu ini hanya akan iri saat Appa hebatmu mampu membuatmu bahagia."

"Hoseok...bukan seperti itu." Andresa menghapus jejak air mata Hoseok. "Kau juga Appa yang hebat untuk princess."

Hoseok tersenyum tipis. "Berbahagialah, biarkan aku yang menderita kehilanganmu..."

"Hoseok...."

"Ini memang takdirku, biarkan aku terus mencintaimu tanpa kau membalasnya."

"Hoseok, tidak..."

"Pergilah, jika itu jalan yang kau pilih..." Hoseok melepaskan tangannya dari perut Andresa.

"Hoseok...aku juga terluka, bukan kau saja..."

Hoseok memandang Andresa miris. "Tuhan tidak adil padaku dan padamu..."

Andresa menunduk. "Bahkan tuhan tidak ingin aku mencintaimu lebih jauh Hoseok. Tidak apa-apa, mungkin jalan kita hanya sampai di sini. Berbahagialah Hoseok, aku juga ingin kau bahagia...hiduplah dengan tenang, temuilah princess sebanyak yang kau mau, dia anakmu...sampai kapanpun tetap akan menjadi anakmu."

"Terima kasih..." lirih Hoseok.

Andresa menyentuh kedua punggung tangan Hoseok dengan gemetar, hatinya teriris dan pedih. "Hopiyaaaa, pelangi kita berhenti...." bahu Andresa bergetar dan matanya menumpahkan cairan bening. Dia mencintai Hoseok, tapi tak sanggup untuk bertahan lebih.

"Ecaaaaa, pelanginya hilang tapi masih ada Senja yang terhubung dengan ikatan ini, Senja itu princess kita." Hoseok mengusap kepala Andresa dan mengecupnya lamat-lamat. Dia juga menitikkan air mata sama seperti Andresa. Hoseok juga sangat menyayanginya, tetapi dibandingkan cinta, keselamatan Andresa juga lebih penting, dia tidak ingin Eommanya bertindak lebih jauh melukai Andresa.

"Selamat tinggal, pelangi," lirih Andresa.

Hoseok menarik dagu Andresa pelan. "Jangan hilangkan pelanginya, cukup tinggalkan saja. Biarkan saja karena Hoseok tidak mau meninggalkannya, biarkan aku terus berdiri di dalam pelangi itu sendirian untuk terus mengenang, bahwa ada seseorang yang begitu ku cintai telah menempuh lingkar pelangi yang baru."

Andresa memejamkan matanya, reflek Hoseok memberikan ciumannya yang terakhir pada gadis di depannya.

Tidak apa, biarkan saja. Ikhlaskan, karena cinta tidak perlu bertahan karena itu saling menyakiti.

Cinta, lima huruf yang mampu membuat kau berpikir pada dua hal yang berbanding terbalik, menyenangkan dan menyakitkan.

Menyenangkan karena kau berbagi kasih, menyakitkan karena saling melukai.

Pergilah, cinta tidak butuh penderitaan.
Pergilah karena kesetiaan juga butuh pengorbanan.
Pergilah karena cinta juga membuat luka.
Pergilah karena kesetiaan bukan sekedar berada disisinya, tetapi kesetiaan pada sebuah ketulusan.

🍈🍈🍈

JANGAN LUPA BAHAGIA 💜

The Paradise - JHS [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang