🥀part 3🥀 ✔

126 82 32
                                    

0o0


"Jika aku mampu berteriak, mungkin aku tak
akan pernah diperlakukan seperti ini."

0o0

🥀🥀🥀🥀🥀

Gemuruh riuh terdengar dari ruangan tengah. Dimana ada sebuah keluarga kecil tengah bercengkrama. Lita yang baru pulang dari sekolah acuh tak acuh menyaksikan kejadian itu. Lita tancap gas masuk ke kamarnya yang masih dalam keadaan gelap.

Lita segera mengganti pakaiannya. Lita lelah karena tadi Lita cukup lama menunggu dipenungguan angkutan umum. Pasalnya tadi angkutan umum yang nonggok sedikit jumlahnya. Sedangkan di tempat penungguan tadi sudah banyak yang menunggu angkutan umum tersebut.

Alhasil karena kurang cepat Lita sudah dipotong dengan orang-orang yang sudah menunggu lebih dulu dipenungguan angkutan umum itu. Mau tak mau Lita pun harus menunggu angkutan umum yang selanjutnya.

Setelah selesai mengganti pakaiannya Lita kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas ranjangnya. Lita menenggelamkan tubuh dan kepalanya di balik selimut. Sungguh, Lita sangat lelah saat ini.

Lita berusaha memejamkan matanya namun suara mereka semua terlalu keras. Suara tawa yang didengar Lita sangatlah mengganggu lubuk hatinya. Hati Lita menjadi perih ketika ia mendengar suara tawa dari ayahnya.

Semakin Lita acuh dengan kebahagiaan mereka, disitulah hati Lita semakin pedih dan berdenyut perih. Lita harap hatinya bisa ditukar dengan batu yang keras. Dengan begitu hatinya tak akan selemah ini sekarang dan dirinya tak akan merasakan rasa sakit ini.

Ayah Lita tak pernah bisa tertawa selepas itu ketika bersama Lita. Lita kembali memikirkan prasangkanya, apa mungkin Lita memang benar-benar sudah dilupakan dan tak dibutuhkan lagi. Apa benar ayahnya sudah tak menganggapnya ada lagi. Apa benar ayahnya sudah benar-benar melupakan bahwa Lita itu ada dan masih hidup. Entahlah Lita merasa gundah dengan keadaannya sekarang.

Lita memberanikan diri untuk turun dan ingin bergabung bersama ayahnya. Dengan langkah juntai Lita menghampiri keluarga kecil itu. Terbesit rasa takut di hati Lita saat ia ingin mendekati ayah dan keluarga barunya itu.

"Ayah."

Panggilan itu sontak membuat kegiatan keluarga kecil itu terhenti. Tatapan sinislah yang pertama Lita dapatkan dari Mita dan ibunya. Lita meneguk ludahnya. Apa dirinya membuat kesalahan dengan datang menghampiri mereka.

"Ngapain lo kemari? ngerusak suasana aja," ucap Mita sinis.

"Ayah," tutur Lita yang memanggil ayahnya dengan suara yang sangat sendu. Namun, belum ada respon sama sekali dari ayah Lita.

Cukup lama Lita menunggu jawaban dari ayahnya. Dan pada akhirnya ayah Lita mau merespon ucapan Lita.

"Iya, ada apa?" jawab ayah Lita dengan nada datar.

Bulir-bulir air mata luruh seketika saat Lita mendengar ayahnya mau merespon panggilannya.

"Apa ayah lupa sama Lita? Kenapa ayah ga sayang sama Lita? Kenapa ayah memperlalukan Lita layaknya anak pembawa beban?"

Entah dorongan darimana Lita berani mempertanyakan itu semua. Padahal Lita tau apa konsekuensinya jika ia berani memeprtanyakan hal itu.

PELITA {Tamat} (Telah Selesai Direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang