6. Jagat dan Bulan serta karakteristiknya

67 24 70
                                    

HAPPY READING!
Pengen tau ni, dari kota mana aja yang baca?

Siapa tau nih kenal, siapa tau ada yang berjodoh. Kan bisa jadi ya, cerita ini jadi platform jodoh dadakan wkwk.








Yang kamu butuhkan adalah yang kamu lakukan setiap harinya.

"Jagat, tolong ambilkan buku paket Fisika di laci tengah, yang biasa kamu ngambil latihan soal. Ketinggalan soalnya nih."

"Baik Pak."

"Yang lain, kerjakan ini sambil nunggu Jagat. Oke!"

"Lah Pak, Jagat ngga suruh ngerjain nih?" cetus Mifta.

"Ya kali kamu ngerjain di buku, Jagat ngerjain di papan tulis, kan ngga lucu," timpal Pak Jay. Inilah yang membuatnya terkesan lebih akrab dengan muridnya.

"Bulan mah, dah jamin benernya," komen David.

"Jagat juga iya kok," elak Reno.

"Tapi Bulan punya cara cepetnya, Jagat mah bertele-tele," bela David.

"Kan biar detail," bela Reno.

"Yang singkat aja ada, ngapain yang rumit?" bela Pandu.

"Loh, si Bulan kemana?" tanya Pak Jay, baru saja menyadari murid jempolannya tak duduk di bangku paling belakang.

"Biasa Pak, ga usah kaget gitu banget lah ya, keliatan tuanya," cerocos Mifta, memproklamasikan kelatahnnya.

"Upsss," kejut Mifta, menutup mulutnya dramatis. Sengaja.

"Udah sadar diri kok, saya udah ga seganteng dulu, tapi lebih interest sekarang," bangganya memutar jam tangan emas yang melekat di pergelangan tangan kirinya.

"Wah, jam tangannya baru lagi ya Pak?" komen Mia.

"Udah lama kok, 259, 200 detik yang lalu," balas Pak Jay, membuat semua anak kicep, menghitung berapa hari umur jam tangan yang dipakai guru the best mereka.

"Dua ratus lima sembilan dibagi enam puluh, berapa?" tanya Mifta pada Dito, teman duduknya, sambil menulis di sampul bukunya.

Dito merebut bolpoin Mifta, "empat koma tiga enam enam enam enam enam enam enam enam enam enam enam enam enam enam enam enam enam en..-

"Enam mulu, guenya kapan!" potong Mifta menonyor kepala Dito yang asik menulis huruf sembilan terbalik itu di sampul buku Mifta.

Dito tersenyum geli, "bilang aja tiga hari Pak, kasian si Mif mikirin sepuluh bagi dua berapa," kata Dito menonyor kepala Mifta yang duduk di sebelahnya.

"Lemot kali ngitungnya," komen Mia lirih.

"Nging nging nging nging nging!" Naya menirukan bunyi nyamuk dengan nyaring.

"Hust!" desis Manda yang duduk di belakang Naya dengan mendorong kursi Naya dari belakang menggunakan kakinya.

"Ini bunyi lemot, nging nging nging!" balas Naya tanpa menurunkan nada suaranya.

"Itu lemut Nay," balas Pak Jay.

"Hehehe, sengaja Pak."

"Beda vokal Nayaka. Lemut itu nyamuk, kalau lemot itu..-

"Mifta!" teriak seisi kelas kompak.

"Aku diam aku salah, hiks malangnya nasib cogan!" kata Mifta dramatis.

Naya membuka mulutnya, hendak menyayikan salah satu lagu sinetron di Indosiar, tapi mulutnya telah dibekap lebih dulu oleh Sapna dari belakang, "diem lu tuyul."

Takut NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang