"Bang,"
"Oit?"
"Lo kok ganteng, sih."
Daniz Minho Jevandinata nyaris terjungkal dari posisinya yang duduk di pinggiran ranjang kala mendengar ucapan adiknya. "Fik??? Lo kesurupan???"
Alfikar Hyunjin Dinata menggeleng suram, memainkan benang di pinggiran bajunya seperti sadboi. "Lo kenal Esa nggak?"
"Nggak."
Hyunjin berdecak. "Mahesa. Pinter, ganteng, manis, cantik, baik—"
"Whipped banget lo kedengerannya." Minho melempar gulingnya ke arah sang adik yang hanya setengah hati mengelak. "Mahesa siapa sih?"
"Anak klub Ekonomi juga kayak lo, seangkatan gue."
"Yeu dikira gue inget semua anak klub apa ya. Gue udah lulus ntah dari kapan tahun, anjir. Kalo seangkatan lo berarti pas dia baru gabung, gue udah nggak terlalu aktif, dong?" Minho mengingat-ingat. "Nggak inget. Ada ciri khusus lain nggak?"
"Hm... Tegas? Suaranya bagus? Tinggi? Hampir sama tingginya kayak gue."
"Hm... OH?! Anak kelas satu yang songong itu, ya." Minho menjentikkan jari. "Mahesa Seungmo? Seungkwan? Seungsik? Ya itu lah namanya, kan?"
Kali ini ganti Hyunjin yang melempar bantal pada kakaknya. "Seungmin!"
"Iya itu, lah." Minho berujar setengah tak peduli. "Kenapa emangnya? Gila itu anak bisa banget marah-marahin senior karena kita ribut waktu dijelasin, songong." Minho mendengus. "Dulu pernah dia duduk di depan gue sekali, gue udah kicep aja nggak berani ribut sama sekali, eh taunya dia malah nggak pernah noleh."
"Menurut lo dia gimana?"
"Kalo ini buat target kerdusan lo lagi, gue nggak mau komentar, dah." Minho menjatuhkan tubuh ke ranjang dan mengesah puas. "Seinget gue oke kok anaknya, mukanya di atas rata-rata, pinter juga kayaknya. Cuma jarang senyum, anjir. Judes, mana keliatannya lebih sering diem aja."
Itu Mahesa kalo nggak deket. Hyunjin memandangi kakaknya itu dengan mata menyipit, membuat Minho bergidik.
"Dek... Muka lo jangan deket-deket! Ntar nafsu lagi lo sama gue."
"Pala lo mledug," Hyunjin menepuk wajah Minho dengan bantal. "Gue lagi mikir bagian mananya dari muka lo yang lebih dari gue."
"Yaelah, ngape si. Kita berdua kan anak bunda yang paling ganteng. Pakai mau banding-bandingin segala lagi lo."
Hyunjin merengut. "Tapi kan lo si anak baik. Daniz Minho Jevandinata, juara umum dari SD. Calon dokter hewan! Catatan kriminal nyaris nggak ada." Dia mendecih. "Sedangkan gue, si brengsek Alfikar Hyunjin Dinata. Juara lomba makan kerupuk se-RT waktu SD. Calon beban negara, catatan kriminal—ya nggak ada sih karena gue masih di bawah umur—tapi pernah matahin kaki orang, buat geser bahu orang sampai nggak bisa balik, ngerobek telinga orang sampai putus, ngegeser rahang orang, nyolok mata orang pakai pecahan botol—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Demesne [1/2] +Jilix
Short Story(n.) territory Karena Jisung punya caranya sendiri, untuk memuja Felix dalam tiap hembus nafasnya [Local!Au]