18 •• Guru ••

19 9 2
                                    

"Sepertinya tanaman yang anda tanam tak terlihat bermasalah dalam perawatannya..." Ia mendongak. Memperhatikan bambu-bambu kecil yang digunakan untuk mengalirkan air ke masing-masing pot.

Semua tanaman itu dialiri air dengan teratur dan saluran irigasinya juga bagus. Sepatutnya, semua tanaman itu tumbuh dengan baik. Tapi yang terjadi di depan matanya benar-benar lain.

Kedua matanya membulat saat memperhatikan tanaman di ujung ruangan. Tanaman pertama yang mendapatkan aliran air dan menyalurkannya pada tanaman lain.

"Anda... Tau tanaman aeternum?" Ia menoleh ke arah wanita tua di belakangnya.

Wanita itu terlihat kembali tersenyum. Lalu mengangguk.

"Tanaman cantik itu? Ya... Tentu saja wanita tua ini tau tentang tanaman itu..." Ia tak melunturkan senyumannya saat mengucapkan kalimatnya.

Benedict melebarkan senyumnya. "Anda memilikinya?"

Kini, senyuman wanita itu meluntur. "Kenapa menanyakan hal itu?"

Pria itu kembali menunduk. Memperhatikan tanaman layu di hadapannya. Ia memeluk lututnya sendiri dengan gusar.

"Sebenarnya... Saya sedang mencari tanaman itu... Tapi yang saya ketahui hanya... Tanaman itu langka dan sekarang sedang musim tumbuh di negeri Thalus. Tak mungkin saya bisa kembali dari sana dengan selamat karena sedang ada perang besar disana... Jadi saya mampir kemari karena mungkin masih bisa ditemukan disini..." Bahunya turun. Ia mengingat kembali beberapa hal yang membuatnya kesulitan hingga saat ini.

Beberapa saat , ia mendengar suara tawa dari wanita itu. Menoleh, wanita itu memandangnya dengan senyuman yang lebih lebar dari sebelumnya.

"Ada beberapa informasi yang aku tau dari tanaman itu..."

"Be—"

"Tapi kau tau itu tidak gratis, bukan?"

Kepalanya kembali berfikir. Jika saja Benedict menggunakan uangnya untuk membayar informasi dari wanita itu, mungkin saja uangnya tak akan cukup untuk membayar tanaman itu. Tapi jika ia mencari tau sendiri...

Ia bisa saja tak pulang karena mencari tau hal itu.

Kalau begitu...

"Bagaimana kalau... Izinkan saya memperbaiki saluran irigasinya tanpa anda membayar??? Itu... Cukup?"

Lagi. Wanita itu hanya tersenyum lebar dengan menunjukkan giginya.

"Itu jauh lebih dari cukup. Tapi kau yakin bisa melakukannya?"

"Ya!!" Ia segera bangkit dari tempatnya. Berjalan mendekati saluran air. Mematikannya sementara dan kemudian menurunkan pot tanaman yang berada tepat di bawah saluran. Menukarnya dengan beberapa pot yang ada di sekitarnya.

Pria itu juga menggunakan tangannya langsung untuk mengganti tanah yang berada di dalam pot dengan persediaan tanah pupuk yang tersedia di sudut ruangan tenda. Kemudian kembali memasangkan pot tanaman itu kembali ke posisi yang ia tukarkan.

Bangkit dari posisi jongkoknya, Benedict menyalakan kembali aliran air ke tanaman yang dipajang. Ia menghela nafas lega setelah pekerjaannya selesai. Memperhatikan sejenak hasil dari yang ia kerjakan.

Kembali menukarkan posisi pot yang ia rasa masih belum tepat, lalu kembali memperhatikan tanaman-tanaman itu.

Perlahan, warna hijau daun yang layu tampak kembali segar dan sehat. Ia menghembuskan nafas panjang. Merasa beban di bahunya kembali terangkat.

"Bagaimana??? Ini cukup???" Benedict memutar tubuhnya. Memperhatikan wanita tua yang terlihat begitu terkejut melihat apa yang ia kerjakan.

Melangkah mendekati deretan tanamannya, ia memegang beberapa daun tanaman yang dipajang. Dan suara tawanya kembali terdengar.

My Empress | CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang