🥀part 4🥀 ✔

108 73 16
                                    

0o0

"Tuhan, izinkan Lita sehari saja merasakan

kehangatan pelukan seorang ibu. Bolehkan?"

0o0

🥀🥀🥀🥀🥀

Di malam hari, Lita duduk di atas lantai. Lita menatap polos sebuah pelita yang selalu setia menerangi kamarnya dengan cahaya redupnya. Lita baru mengingat bahwa besok adalah hari ibu.

Seluruh perangkat OSIS mengharuskan setiap siswa untuk membawa ibu mereka masing-masing. Semua ini dikarenakan seluruh perangkat OSIS hendak melaksanakan dan mengadakan sebuah acara untuk semua para ibu.

Para ibu yang hebat. Para ibu yang telah melawan banyak hal demi kebaikan dan kebahagiaan sang anak. Para ibu yang telah mengorbankan banyak waktu, tenaga, uang hanya demi untuk kebahagiaan anaknya.

Disitulah letak kegelisahan dan kesedihan Lita sekarang. Siapa orang yang akan turut hadir sebagai ibu Lita. Bunda Lita sudah pergi jauh dan tak akan pernah kembali. Sedangkan ibu tiri Lita sama sekali tak pernah peduli.

Lita mulai berdialog dengan pelita yang ada dihadapannya.

"Pelita, besok siapa yang bakal dateng buat jadi bunda Lita. Bunda udah pergi jauh, ayah juga gak akan mungkin mau dateng."

"Tuhan, Lita pengen ngerasain pelukan bunda lagi. Kembaliin bunda tuhan. Kembaliin bunda sama Lita. Lita janji bakal jaga bunda."

"Tuhan, izinkan Lita sehari aja ngerasain pelukan bunda. Lita mohon."

"Tuhan, kirim bunda kedunia ini sehari aja. Lita mohon, Lita ga tau lagi mau ngajak siapa."

"Bunda....."

Lelah memikirkan hal ini, Lita memutuskan untuk tidur saja. Lebih baik Lita mengistirahatkan tubuhnya dulu.

*.*.*

Antara yakin dan tidak, Lita memutuskan sebaiknya dirinya tak bersekolah hari ini. Tak apa jika Lita nantinya harus terkena sanksi, Lita tak peduli akan hal itu.

Jam sudah menunjukan pukul 08:00, Lita sama sekali belum menampakan kemunculannya di sekolah. Lita masih tetap berada di kamar yang saat ini dalam keadaan gelap. Lita sebenarnya sudah bersiap untuk ke sekolah lengkap dengan seragamnya. Namun, berkali-kali Lita mengurungkan niatnya itu.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang menggedor-gedor pintu kamar Lita dengan sangat kencangnya. Lita sampai terkejut. Dengan tangan yang gemetaran Lita membuka pintu kamarnya.

Lita menunduk takut, karena takut melihat tatapan ayahnya yang begitu menakutkan. Yap, orang yang menggedor-gedor pintu kamar Lita barusan itu ayah Lita.

"Kenapa kamu ga ke sekolah?" tanya ayah Lita dengan nada yang tinggi.

"Tt-api ayah--."

"Tapi apa? Kamu kira sekolah kamu itu murah. Udah dibesarin ga tau diri. Cepet ke sekolah sana!" perintah ayah Lita dengan nada bentakan yang sangat kasar.

Lita bergegas mengambil tas sekolahnya dan segera memakainya dipundak. Bulir-bulir air mata memenuhi seluruh bagian mata Lita. Setetes demi setetes air mata membasahi pipi Lita. Sekeras mungkin Lita menahannya namun sama saja air mata ini tetap menuntut ingin turun.

PELITA {Tamat} (Telah Selesai Direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang