•) Cafuné : Psithurism (ft. Attack Titan)

626 74 4
                                    

Mikasa berdiri di atas jurang memperhatikan Eren yang menggigit tangannya sendiri didampingi Hange dan Moblit, sedangkan yang lain menyebar untuk memastikan tidak ada orang lain di sana.

Eksperimen pengerasan.

Jika Eren mampu melakukannya, mereka bisa memulai ekspedisi Dinding Maria. Mereka bisa mengambil kembali apa yang telah dirampas dari mereka. Mereka bisa pulang ke rumah.

"Mikasa," Hange memanggilnya, "jagalah Eren dulu. Aku, Moblit dan lainnya akan pergi mengambil peralatan tambahan."

Dia menjawab tegas, "Baik, ketua!"

Kemudian mereka meninggalkannya. Mikasa kembali mengawasi Titan Eren di bawahnya. Dia menggeram, masih berusaha untuk bicara. Tidakkah dia ingin menyerah saja, pikir Mikasa. Eren harus menciderai dirinya sendiri tiap kali ingin berubah, itu akan segera sembuh bagi Eren namun tidak bagi Mikasa. Ngilunya juga ikut dia rasakan.

Mikasa melepas napas dengan berat, lalu melompat dari jurang dan berjalan menuju Titan Eren. "Eren," panggilnya. "Kau mau keluar dulu?" Titannya menggeleng. "Kalau begitu setidaknya duduklah. Kita tunggu Ketua Hange dan yang lain kembali."

Eren menggeram lagi. Kali ini dia menurut, lalu duduk di bawah tebing dan melipat lututnya, bersandar. Mikasa ikut duduk di sampingnya. Memperjelas perbedaan ukuran tubuh mereka yang benar-benar luar biasa.

Selanjutnya tidak ada yang bicara. Toh, Eren sendiri tidak akan mampu mengatakan apapun. Struktur rahang titannya tidak memungkinkan dia melakukannya. Hening. Hanya desiran angin menembus dedaunan yang terdengar. Suara-suara hewan malam ikut menghilang, teredam olehnya. Kesunyian yang menenangkan meliputi mereka.

Tiba-tiba tangan Eren—tangan titannya—meraih rambut Mikasa. Menggosokkan ibu jari raksasanya di surai jelaga gadis itu, berusaha membuatnya selembut mungkin.

"Eren?" Mikasa meraih jari besar itu. Dia tidak berhenti, bahkan sekarang dengan hati-hati mengelus pipinya. "Kau sedang apa—"

"Hei, Eren!" Teriakan Hange menyela mereka. "Lihat yang kubawa! Sekarang ayo nguli!" Hange mengajak dengan antusias—ya, dia selalu begitu.

Eren berdiri dan berjalan menuju Hange yang membawa gelondongan kayu. Meninggalkan Mikasa di belakangnya dengan rambut acak-acakan dan pipi merah padam.

»◇◆◇«

Psithurism (n.): the sound of the leaves rustling as the wind blows through the trees.

Note:

Note:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diganti dengan alasan ide sedang acak"an🙃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diganti dengan alasan ide sedang acak"an🙃

Yup, saya nulis di hp dan di atas adalah cerita EreMika yang belum selesai saya susun alurnya. Tapi-tapi... Leaks meresahkan sekali😭 Maunya lanjut, meski memakan waktupun harusnya saya bisa. Tapi—argh. Rasanya yang sulit dijelaskan mengingat seakan-akan semua orang percaya dengan leaks dan saya jadi gak mood😭 Dan ada fans aot bilang tetap bikin fanfict seakan tidak menghormati ending sesungguhnya. Saya nyess banget di sini. Terjungkal, terjerembab, tertampar, tertusuk jleb!

Semudah itu saya bisa patah arang.

Sisa 'Cafuné' itu sebelum ending. Sedangkan 'Selcouth' harusnya tidak melawan arus dan kalau mampu, 'Leannan' masuk AU. Meski saya sendiri tidak yakin bisa selesai kalau tetap dibikin ( ꈨຶ ˙̫̮ ꈨຶ )

Entahlah. Intinya saya tidak ingin jadi disrespectful. Harus tahan jari :" Atau mungkin saya hanya salah tafsir di bagian itu ¯\_༼ ಥ ‿ ಥ ༽_/¯

Sekian, curhat saya. Terimakasih sudah mampir!

CafunéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang