Happy reading
~~Keesokan harinya, Shani terbangun di sofa Gracia. Shani mengedarkan pandangannya, namun Gracia masih belum kembali. Shani beranjak dari sofa menuju lemari es dan mengambil minuman dingin disana. Saat Shani hendak membuka pintu kamar Gracia, pintu apartemen terbuka lebih dahulu.
Shani bersandar sembari memegang minumannya, menatap datar pada Gracia yang sedang tersenyum canggung kepadanya.
"B-bentar kan?" tanya Gracia berjalan mendekati Shani.
Shani hanya memutar bola matanya saat Gracia sudah berada di hadapannya. Shani memperhatikan sebuah luka yang berada pada bibir Gracia, ia tidak melihat luka itu semalam. Jadi dapat dipastikan luka itu Gracia dapatkan saat ia pergi semalam.
Shani dengan sengaja menghapus jarak diantara dirinya dan Gracia. Saat bibir mereka sudah sangat dekat, Gracia memalingkan wajahnya.
"Kamu belum cuci muka sama gosok gigi!"
"Atau kamu takut perih karna ada luka di bibir kamu?" ucap Shani dengan nada datarnya.
"Sama siapa?" tanya Shani menatap dingin pada Gracia.
Gracia menghembuskan nafas lelahnya. "Kalau kamu mikir luka di bibir aku itu karna ciuman, kamu harus buang jauh-jauh pikiran kamu itu."
"Terus?"
Gracia diam di tempatnya karna ia bingung bagaimana ia harus menjelaskan pada Shani, karna tidak mungkin ia berkata jujur jika ia sedang bekerja.
"Abis berantem" jawab Gracia pada akhirnya.
"Kenapa berantem?"
"Pengen aja" jawab Gracia asal.
"Oh mentang-mentang sekarang jago berantem, semua orang diajak berantem gitu?" tanya Shani dengan nada sarkastiknya.
"Ga gitu! Tapi yaudahlah kalau kamu mikir gitu. Aku males berantem, cape" ucap Gracia berjalan meninggalkan Shani menuju kamar mandi.
Shani berjalan menuju dapur kecil di apartemen Gracia. Shani mengambil dua butir telur dari dalam lemari es, ia bermaksud untuk membuat sarapan untuk Gracia. Shani juga menyiapkan bahan-bahan lainnya yang diperlukan untuk membuat sebuah omelet.
Setelah beberapa menit Shani selesai dengan omelet buatannya. Ia tersenyum bangga pada hasil karyanya. Shani mengecek jam di pergelangan tangannya, lalu segera bergegas bersiap untuk pergi. Namun sebelumnya Shani membuat tulisan di atas piring menggunakan saus tomat, lalu ia tersenyum geli setelah membaca tulisannya sendiri, 'sowwie:('.
Setelah menyiapkan sarapan untuk Gracia, Shani bergegas pergi tanpa berpamitan pada Gracia terlebih dahulu. Shani tidak memiliki banyak waktu untuk terus menghindar dari pihak media karna mengingat dirinya merupakan seorang CEO.
Beberapa menit setelah Shani pergi, Gracia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menutupi tubuhnya. Gracia langsung menuju ke kamar untuk memakai pakaiannya, dan Gracia baru menyadari bahwa Shani sudah tidak berada di apartemennya lagi.
Setelah memakai pakaiannya, Gracia berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air. Gracia tersenyum saat melihat sebuah omelet yang Gracia yakin itu merupakan buatan Shani. Saat Gracia hendak mencicipi omelet tersebut, pintu apartemen terbuka dengan sendirinya.
"GRE! KAMU DIMANA?"
"Dapur!" jawab Gracia yang sudah mengetahui siapa seseorang yang memasuki apartemennya tanpa mengetuk terlebih dahulu. Karna hanya ada satu orang yang memiliki kunci cadangan apartemen Gracia yaitu saudara kembarnya, Anin.
KAMU SEDANG MEMBACA
LB BOOK II: ENDLESS PAIN [END]
Fanfiction"Kenapa rasa sakit ini ga ada habisnya?" "As long as you're here, I'll enjoy this endless pain" [28 Feb 2021 - 08 Agust 2021]