An Accident

20 2 0
                                    

High school student! Park Chanyeol EXO, Joy Red Velvet, dan pembaca
⚠️ Pembaca punya fobia kamera.
Sebuah semesta alternatif dimulai sekarang!

🎶I'm still watching over youFrom far awayWhy am I being like this?(Chanyeol EXO and Punch - Stay With Me)🎶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎶
I'm still watching over you
From far away
Why am I being like this?
(Chanyeol EXO and Punch - Stay With Me)
🎶

Semuanya berjalan baik hari ini, pikirmu menenangkan diri sendiri. Kembali bersekolah setelah menghadapi masalah besar, yang bahkan sekarang bekum selesai, bukanlah perkara mudah. Penetapan saudaramu menjadi tersangka, padahal kamu tahu di dalam hatimu kalau itu hal yang salah, terjadi hanya berselang tiga hari yang lalu. Jelas saja kasus ini masih panas-panasnya. Sekarang satu isi sekolah membicarakannya dan tentu saja kamu tidak bisa menghindar dari terseret dalam pusaran berita burung itu. Kamu bisa mendengarnya, tetapi tidak punya kuasa untuk membantah atau pun membela saudaramu. Media sudah membuatnya tampak seperti penjahat tulen dan kamu yang tidak bisa melawan lebih baik diam daripada membuang tenaga. Satu-satunya yang bisa membuat dirimu bertahan bertahan hanya sahabatmu Joy dan bel pulang yang sebentar lagi berbunyi.

"Jadi, begitulah cara aplikasi Hukum Hess. Karena sebentar lagi bel pulang berbunyi. Sebaiknya persiapkan diri untuk pulang. Sekian pelajaran untuk hari ini," guru kimia itu menghentikan pelajaran. Tentu, langsung disambut oleh sorak sorai para murid.

Teng! Teng!

Dua kali pukulan pada lonceng menandakan para murid bisa keluar kelas. Kamu langsung keluar karena ingin segera kabur dari hari yang melelahkan ini. Kakimu bahkan berlari kecil, seakan-akan sedang dikejar oleh sesuatu. Namun, ternyata gerbang depan sudah dipenuhi wartawan. Kamu bersiap kabur lagi, tetapi terlambat. Mereka sudah bersiap dengan kameranya dan pertanyaan beruntut serta membuat lingkaran rapat. Wartawan yang mengerubungmu tidak peduli teguran satpam atau badanmu yang mulai gemetaran. Mereka hanya peduli bahan berita.

"Benarkah saudara Anda ...."

"Bagaimana tanggapan Anda ...."

"Ini demi kebenaran, Dek. Jawab kami." Pertanyaan itu tidak lagi dapat kamu jawab. Pandanganmu mulai mengabur, kepala serasa berputar, dan dada terasa sesak. Kamu hanya ingin lari dan rasanya kamu berteriak minta tolong dengan kuat. Namun, siapa yang mau mendengar suaramu? Sembilan puluh persen teman satu angkatan menjadikanmu bahan gosip saat ini. Joy? Sahabatmu itu sedang latihan dance untuk perlombaan seminggu lagi, kamu tidak bisa mengusiknya. Lagi pula, dia sedang jauh dari jangkauanmu.

Kamu bingung, sekaligus panik. Kamu merasa takut sekarang pada lensa-lensa itu. Pada cahaya blitz. Kamu terhuyung kebelakang dan berusaha menarik napas lagi. Mengulur tangan di celah kerumunan, berharap ada yang menyambar. Saat badanmu sudah tidak bisa berdiri lagi, seseorang membalas uluran tangannya. Bahkan menarik dirimu keluar dari sana, membelah lingkaran kamera itu. Setelah itu semuanya gelap, kamu tidak tahu siapa yang menarik tanganmu tadi.

Mungkin saja satpam yang baru sadar kalau dirinya kesusahan, begitu pikirmu di kehampaan.

Maka saat bau minyak kayu putih menyengat memasuki indera penciumanmu. Kamu kembali ke kesadaran dan perlahan menelusuri sekitar.
"Ah, apa yang terjadi?" suara kekhawatiran Joy membuat kesadaranmu penuh.

"Entahlah aku tidak ingat...," jawabmu singkat. Kamu masih ingat sebenarnya. Namun, kamu tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi.

"Dia dikerumuni wartawan dan langsung pingsan begitu aku tarik dari sana," suara berat seorang laki-laki yang tak asing bagimu membalas pertanyaan itu, "wajar kalau kamu tidak ingat. Kamu baru saja siuman dan mungkin itu karena kau punya fobia terhadap kerumunan atau ... kamera mungkin? Itu juga bisa terjadi."

Kamu memicingkan matanya ke sebelah ujung tempat tidur UKS yang sedang kau tempati. Ada seorang laki-laki jakung bersandar di tembok dan melipat tangannya. Kesan dingin dan angkuh menguar darinya atau ... itu hanya kesan pertamamu saja karena sebenarnya dia punya banyak teman. Begitulah yang kamu tahu tentangnya, sejauh ini.

"Jadi kamu ... terima kasih," balasmu pelan. Masih belum percaya kalau laki-laki yang terkenal di sekolahmu itu mau menyelamatkan dirimu yang menjadi bahan gosip miring.

"Sama-sama," laki-laki jakung itu tersenyum tipis kemudian keluar dari ruangan itu. Matamu masih terpaku pada tempatnya berdiri tadi, masih mencoba memproses semua ini dan mungkin kamu tidak akan bergerak jika sahabatmu tidak bicara lagi.

"Entahlah, mungkin harimu tidak begitu buruk ...," kata Joy pelan, "seorang Park Chanyeol mau menyelamatkanmu."

"Jadi sungguh? Dia Park Chanyeol? Untuk sesaat kukira aku berhalusinasi."

"Matamu tidak menipu, Kawan. Yang kamu lihat tadi memang Chanyeol, Anak Terkenal. Itu seratus persen bukan halusinasimu."

"Benar-benar tidak terduga. Eh, Joy, tolong berikan handphone-ku. Aku ingin segera pulang," kamu menyibakkan almamater abu-abu dengan nama 'Park Chanyeol' yang sebelumnya menyelimuti tubuh. Kamu mengatur posisinya menjadi duduk dan menadahkan tangan. Joy segera mengambilkan ponselmu. Betapa terkejutnya kamu itu saat mengetahui ada kontak aneh baru di ponselmu.

CY01010000

"Ini pasti kontaknya Chanyeol. Benar 'kan? Hei, hei, hei. 'Ce ye satu nol satu nol nol nol nol', cukup unik juga ....." kamu berdecak lalu tersenyum kecil.

"Dia bilang ingin mengenal dan membantu kita. Sebenarnya, khususnya dirimu, kamu tahu 'kan dia punya kemampuan yang bagus soal komputer? Rasanya itu akan sangat membantumu. Wah, benar-benar kupu-kupu sosial dan dermawan. Awalnya kukira dia sama seperti yang lain, memakan kail berita mentah-mentah," Joy bercerita panjang lebar dan kamu mendengarkan dengan antusias juga karena Chanyeol sepertinya mempunyai sesuatu yang bisa membantumu dalam perkara ini, "Oh, kamu tahu apa, dia juga tersenyum padamu tadi! Mungkin dia menyukaimu dian-diam?"

Kalimat itu membuat raut wajahmu langsung berubah menjadi penyangkalan.
"Apa-apaan! Joy, Tidak mungkin dia menyukaiku tanpa interaksi apapun sebelumnya ... tidak mungkin. Lagi pula dia kupu-kupu sosial, semua orang sepertinya pernah dia beri senyum kalau seperti itu." Kamu menolak perkataan Joy. Orang terkenal seperti Chanyeol menyukaimu secara tiba-tiba tanpa ada interaksi apa pun? Memang hidupmu itu drama Korea? Itu peluangnya jelas mendekati nol. Bahkan rasanya peluangmu bertemu Super Junior sepertinya lebih besar dari itu.

"Kalau belum mungkin segera," Joy tertawa kecil setelah menggodamu habis-habisan, "dan mengembalikan almamaternya Chanyeol adalah interaksi selanjutnya."

"Joy, sepertinya peluangku bertemu Super Junior di gedung SM bakal lebih besar dari kemungkinan dia menyukaiku. Interaksi seperti ini hanya berdasarkan empatinya. Sudahlah aku akan pulang terima kasih sudah membantuku," kamu turun dari ranjang UKS dan membawa almamater besar itu di tanganmu.

"Begitu, ya? Lihat saja nanti," Joy tertawa kecil dan merangkulmu, "Sama-sama. Juga, hati-hati di jalan dan ... semoga interaksi keduanya lancar!"

"Joy!"

"Joy!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dream is an Alternate Universe [Kumpulan Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang