•) Cafuné : Bolide

545 72 4
                                    

"Mikasa, Mikasa." Eren berusaha membangunkan gadis kecil yang tidur di sampingnya. "Mikasa!" Dia mengguncangnya ketika tidak kunjung mendapatkan reaksi. Ingin sekali Eren berteriak, tapi takut membangunkan ayah dan ibunya. "Mikasa! Mikasa!"

'Pulas sekali,' pikir Eren. Wajah Mikasa sangat damai dan polos. Sebenarnya terkesan lebih manis dibandingkan dengan wajah tripleksnya sehari-hari. Tapi Eren tidak mau melewatkan momen ini. Jadi dia kekeh tetap membangunkan Mikasa.

"Mikasaaa!" Eren mengguncangnya lebih kasar. Kesal, akhirnya dia menjepit hidung Mikasa. Gadis tak berdosa itu bergerak panik kehilangan oksigen dan bangun setelah Eren melepaskan hidungnya. Napasnya memburu, mata memandang Eren dengan nyalang.

"Eren..."

"Akhirnya, kau bangun juga." Tangannya mengambil milik Mikasa. "Ayo!"

"Tunggu, ke mana?" Mikasa setengah menolak, tapi menurut akibat masih setengah tidur.

"Bukit."

"Tapi ini masih gelap, Eren!"

"Tidak apa-apa, ini hampir fajar."

"Tunggu!" Mereka berhenti di ambang pintu. Mikasa melepas genggaman tangan Eren dan menghampiri nakas, menyomot syal merah yang terlipat rapi. "Ayo!"

Eren mengangguk dan memimpin jalan. Shiganshina yang miskin memiliki penerangan yang sangat minim. Sepi dan sunyi, satu-satunya yang patut disyukuri adalah karena itu asli. Setidaknya pembunuh berantai tidak akan menaruh minatnya di distrik kecil ini. Namun mereka berdua masih harus mengendap-endap. Tukang daging dan pedagang sayur biasanya akan membongkar dagangan di jam-jam sekarang. Dan tidak ada yang mau ketahuan.

Eren mendecih jijik melihat prajurit garisun yang bermalas-malasan. Mereka tertidur pulas, bahkan tidak sadar ada anak kecil berkeliaran di sekitar gerbang. Dengkuran keras dan aroma alkohol menjadi bukti mereka habis mabuk-mabukan lagi semalam-Hannes tentu saja termasuk di sana.

"Dasar tidak berguna!" cemooh Eren pelan saat melewati mereka. Mikasa di belakangnya hanya diam, tidak ingin membenarkan juga tidak menyangkal. "Aku harap Armin sudah sampai di sana."

"Armin?"

"Ya, dia juga ikut," kata Eren. "Kami janji akan main, dan aku berjanji padanya untuk membawamu."

Namun hasilnya nihil. Armin tidak ada di pohon mereka. Eren mengerut tidak suka.

"Apa harus kupanggil dia juga?"

"Jangan, Eren!" Mikasa mencegahnya. "Para penjaga bisa terbangun kalau kita membuat ribut."

Eren mengulum bibir. Mikasa benar, mungkin mereka akan terbangun walau masih mabuk dan akan membuat mereka berakhir dimarahi Carla.

"Kalau begitu ayo tunggu di sini." Eren duduk bersandar pada pohon, mengabaikan embun dingin yang merembes membasahi baju. Mikasa juga ikut duduk. Setelah beberapa saat, pikiran warasnya kembali.

"Kenapa kita di sini?" tanyanya.

"Kau baru menanyakannya? Kau tidak memperhatikan selama kita jalan tadi?" Mikasa mengernyit, tidak mengerti. "Lihat langit."

Mata abu-abu gadis itu mengalihkan fokus ke langit gelap. Ia langsung terpana. Bintang-bintang walau tidak seberapa ramai tersebar dengan indah. Semburat keunguan yang sangat samar terlihat di belakangnya, seperti refleksi dari bunga campanula di sekeliling mereka.

"Woah..." Gadis itu menganga kagum.

Eren di sampingnya terkekeh, ikut memandang langit malam. "Armin bilang malam ini cerah sampai subuh. Kita bisa melihat bintang dan awan ungu dengan baik, dan siapa tahu bisa melihat bintang jatuh."

"Bintang jatuh? Apa lagi itu?"

"Euh.. aku juga tidak tahu. Karena itu aku datang, sekalian bertanya pada Armin." Tapi dia juga tak kunjung hadir. Apa dia lupa?

"Ah, itu!-" Mikasa menunjuk antusias ke langit di seberangnya. Ekor bercahaya lewat secepat kilat.

"Jadi itu bintang jatuh?" Beberapa kembali lewat.

Mikasa memperhatikan fenomena itu dengan penuh semangat. Tidak berkedip sedetikpun. Eren juga demikian, hanya saja tidak kepada bintang-bintang. Manik hijau zamrudnya berbinar melihat Mikasa. Mata gadis itu juga berbinar sama terangnya.

"Yah... Sudah selesai." Langit mulai kemerahan karena fajar. Menghapus bintik-bintik di langit secara bertahap.

"Tidak apa-apa," tangan Eren merapikan rambut bangun tidur Mikasa yang berantakan, "lain kali kita lihat lagi dan memastikan Armin ikut."

"Um!"

Mereka berhasil pulang dengan aman tanpa tertangkap. Tidak tahu bahwa itu momen terakhir mereka masih bisa mempedulikan tentang bintang-bintang.

»◇◆◇«

Bolide (n.): a shooting star

Up ajalah (-_- )ノ⌒┫ ┻ ┣ ┳

Jadi... Kepin? :v Lucu, namun menyakitkan.

 Kepin? :v Lucu, namun menyakitkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-_-

CafunéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang