"Naka, anak mommy, bangun yuk sayang." Radella berbaring disebelah Naka, menusuk pipi gembul anak nya dengan telunjuk.
"Kanaka, yuhuuu ... bangun pangeran," kali ini Radella mengabsen wajah Naka dengan ciuman. Naka kali ini terusik, anak itu menjauhkan wajah mommy nya dengan kedua telapak tangan.
Kurang ajar memang.
"Mommy sanaa, aku masih ngantuk," jawab Naka kesal, ia sedang memimpikan menaiki punggung daddy nya yang berubah jadi kuda.
Dalam mimpi pun, Davin masih ternistakan oleh Naka.
"Bangun dulu sayang, waktu nya makan siang,"
Naka menggeleng ribut, "noo, nggak mau makan, capek ngunyah," jawab nya asal masih dengan mata terpejam. Radella geleng-geleng kepala mendengarnya.
"Nanti mommy kunyahin, hmm?" Naka bergidik jijik dengan terpejam.
"Kanaka Haidan Allaric, jangan buat mommy berubah jadi hantu betina ya!" Geram Radella karena sang anak yang malah menyamankan tidur nya.
Kanaka ini susah sekali jika disuruh makan, vitamin, madu, susu penambah nafsu makan sudah Radella berikan, tapi tak ada yang manjur.
Mendengar nama nya di absen secara lengkap, membuat mata Naka otomatis terbuka, karena alarm bahaya sudah Radella keluarkan.
Anak itu menatap sang mommy. Lalu dengan kurang ajar nya, tangan kanan Naka terangkat dan ditempelkan di kening Radella. Ia usek-usek kening mommy nya lumayan keras, "pergi, kamu nggak di butuhin di sini. Pergi dari tubuh mommy ku, jadi pengangguran sana," ia lalu menggumam tak jelas tanpa suara.
Masih dengan tangan yang menempel, Naka bergerak mengambil gelas berisi air lalu meminum nya. Seolah tau apa yang akan terjadi, Radella beringsut mundur dan berlari keluar kamar Naka.
"Mommy jangan lari, setan betina nya masih ngikut itu," teriak Naka.
"Cepet turun, Naka!" Balas Radella dengan berteriak juga.
Bahu Naka menurun, air yang akan disemburkan ke mommy nya terpaksa ia telan.
Anak itu lalu pergi ke kamar mandi, dan setelah nya turun ke bawah untuk makan siang.
🌤
"Di makan, bukan di pinggirin, sayang,"
"Sayur nya latihan baris berbaris," jawab Naka tanpa melihat Radella. Tangan nya dengan lincah menyingkirkan sayur brokoli ke pinggir dengan rapi. "Nah kan, jadi rapi, mom,"
Radella berdecak, tak tahan melihat tingkah Naka yang memainkan makanan nya, ia berjalan memutari meja makan untuk menghampiri Naka.
Radella mengambil alih sendok dan garpu dari tanga anak nya, lalu mulai menyuapi Naka dengan makanan sehat yang sudah ia hidangkan.
"Buka mulut nya," Naka menggeleng sambil menutup rapat mulut nya.
"Ayo, makan dulu. Sebentar lagi daddy pulang,"
"Ngapain? Daddy bolos kerja?" Saat mulut anak nya sedikit terbuka, Radella menggunakan kesempatan itu untuk memasukkan makanan.