Perempuan itu tercipta dari tulang rusuk pria. Sebagaimana Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam. Maka menjadi sebuah kewajiban jika lelaki harus menjaga baik-baik perempuan yang ditakdirkan menjadi istrinya. Karena sejatinya istrinya itu merupakan bagian dari tubuhnya sendiri. Begitulah setidaknya filosofi tentang perempuan tercipta dari tulang rusuk pria. Semestinya seorang lelaki atau suami berusaha keras menjaga bagian tubuhnya sendiri, yaitu istrinya.
Maka mutlak adanya jika lelaki itu tercipta sebagai pemimpin. Secara otomatis kedudukan lelaki naik satu level ketika menikah, yaitu menjadi imam. Lebih spesifik lagi Quran menyebut dengan sebutan qawwam ketika seorang lelaki berubah status menjadi suami. Seperti di surah An Nisa ayat 34. Dimana suami atau laki-laki adalah leader.
Leader secara makna, lebih tinggi dari sekedar pimpinan. Karena leader artinya pemimpin yang bukan sekedar memerintah dan menyuruh khas pemimpin. Seorang leader artinya pemimpin yang menginspirasi tim nya untuk bekerja sama mencapai satu tujuan yang ditetapkan.
Seorang suami adalah ketua tim, kepala proyek, pimpinan produksi dari perusahaan bernama rumah tangga. Seorang suami harus memiliki master plan, proposal, rancangan, kurikulum hingga bagaimana langkah pelaksanaannya. Memiliki banyak ilmu dan wawasan hingga mampu menyetir jalannya rumah tangga meski ada sejuta masalah atau halangan menghadang. Ia sudah paham solusi dan jalan keluarnya.
Tentu saja dalam frame agama, master plan yang wajib dipakai oleh seorang suami adalah Al Qur'an dan Sunnah. Ilmu dan wawasan yang dimiliki tentu saja ilmu agama. Paham segenap hukum syara' sebagai panduan ketika menemui kendala dan masalah. Agama sebagai solusi dan jalan keluar tiap masalah.
Maka jadilah muslimah visioner. Memiliki kriteria pendamping seperti yang telah agama tetapkan. Begitu sempurna agama indah ini. Hingga tentang pendamping hidup pun sang Rabb telah memberi panduan. Dimana jika kita patuh dengan panduan tersebut InsyaAllah akan selamatlah hidup di dunia dan akhirat. Sakinah, mawaddah dan rahmah.
Abdillah menatap lalu lintas jalan yang terlihat dari kaca jendela kamar tempat paklik Hamdan dirawat. Jalanan kota Singapura yang bersih dan teratur sungguh kontras dengan jalanan kota Solo. Abdillah memang menjadikan pemandangan lewat jendela kamar sebagai tempat melepas penatnya.
Hampir lima hari berada di Singapura, Abdillah mulai diliputi rasa rindu. Suara tilawah para santri, suara para muridnya yang bersahutan kala menyemak bacaan kitab, hiruk pikuk pondok yang hanya sepi ketika malam datang dan segenap keruwetan suasana pondok yang tentu tak akan bisa dijumpai di kota modern seperti Singapura ini.
Abdillah terus menatap jalanan yang terlihat makin ramai. Jam memang telah menunjukkan pukul delapan pagi. Aktivitas kerja mulai tampak di sana. Abdillah mulai hapal dengan ritme hidup orang Singapura yang tak beda dengan kehidupan orang-orang Indonesia yang hidup di perkotaan. Bekerja dan bekerja. Sibuk dan sibuk. Seolah dunialah tempat tinggal selamanya.
Abdillah menghela napas. Melirik sekilas paklik Hamdan yang masih tergolek lemah dibalik selimut. Dua buah selang infus menempel di tangan pakliknya itu. Kemarin adik kandung almarhumah ibunya tersebut baru saja menjalani kemoterapinya yang pertama.
"Memang kami sudah menemukan metastase sel kanker dari paru-paru ke organ lain. Tetapi kami masih mempunyai harapan untuk bisa menghambat pertumbuhan sel kanker dengan kemoterapi. Semoga usaha ini berhasil, meski..."
"Meski apa dok?"
Dokter berkacamata, khas etnis Chinese berkebangsaan Singapura yang saat itu ada di depan Abdillah terlihat menghela napas berat.
"Meski sebetulnya kami pun tidak menjamin akan berhasil. Ya kami akan berusaha"
Abdillah mengingat keterangan dokter Benjamin, dokter onkologi medis yang cukup terkenal di rumah sakit Mount Elizabeth,Singapura. Dokter Benjamin lah yang memang direkomendasikan oleh dokter Harlan. Mereka berdua pernah bekerjasama di sebuah rumah sakit internasional beberapa tahun silam. Tentu saja semua disampaikan dalam bahasa inggris oleh dokter Benjamin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)
SpiritualMenemukan pelabuhan hati di kehidupan dunia tentu saja harapan tiap insan. Bertemu dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Itu inginnya. Tanpa melebihkan pun mengurangkan tentang hakikat takdir. Asa yang selalu dilangitkan terjawab ijabah...