9. The Dream Catcher

8 3 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul 5. Aku merasa berbeda dari sebelumnya. Bada segar dan seperti ada semangat melaksanakan hari. Tentu saja, aku sukses memiliki kekuatan Penangkap Mimpi. Meskipun panjang, tapi aku tak merasa lelah dan ingat semuanya. Ayah dan Ibu, paku perak, Putri Dewi, dan Namukum.

Karena aku merasa bugar, aku workout saja. Sudah lama aku tidak workout pagi-pagi. Terakhir aku lakukan dua minggu yang lalu. Workout-nya 1 jam, istirahatnya dua minggu. Ku rasa setengah jam cukup untuk mengawali workout lagi. Badanku merasa pegal-pegal. Di tengah push-up tadi, aku terpikirkan laki-laki bertopi fedora yang datang ke rumah Paman Kang beberapa hari yang lalu. Siapa ya dia sebenarnya? Kenapa dia membahas aku? Sepertinya akan ku cari tahu jawabannya lewat kekuatanku ini, kalau bisa sih.

Aku meregangkan tubuh dan hendak membuka kunci pintu depan rumah. Dari balik kelambu, terlihat mobil antik parkir di depan pagar Paman Kang.

"Hmm, pria itu lagi. Pagi-pagi sudah disini saja."
Gumamku.

Baru saja aku batin orang itu, ternyata dia sudah ada disini. Pintu depan Paman Kang terbuka, berdirilah laki-laki berkemeja mahal dan Paman Kang sedang beradu bicara. Aku mengintip saja dari balik jendela. Tiba-tiba mereka berdua menatap ke rumahku. Aku langsung berbalik dan mencari kesibukkan. Tapi, kesibukkan apa? Oh iya, mari kita menyapu rumah.

Bermenit-menit lewat, aku sudah sampai di pintu depan. Lalu, ada yang mengetuk. Sedikit was-was aku buka pintu itu perlahan.

"Hangyul."
Panggil Tante Kang.

"O-oh, hai, Tante."

Haah, aku pikir laki-laki bertopi fedora itu. Ku intip, ternyata mobil itu sudah tidak ada, cuma Tante Kang saja yang hadir. Dengan gestur canggung, Tante Kang menyodorkanku sesuatu.

"Hangyul, terimalah ini."

Uang kertas 100 ribu sebanyak 5 lembar ia sodorkan. Apa ini hari gajianku? Kan belum waktunya.

"Apa ini, Tante?"

"Terima saja."

"Ini uang apa, Tante?"

"Ini adalah uang dari kantornya Ayahmu."

"Benarkah?"
Aku ragu untuk mengambil. Apa ini benar-benar dari kantornya Ayah? Ku rasa uang ini dari lelaki tua bertopi fedora itu.

"Benar. Nah, simpan dan gunakan baik-baik ya."

Tante Kang tersenyum lembut dan memaksaku menerima uang itu. Sebelum Tante Kang memutar badan, aku memanggil untuk bertanya satu hal penting.

"Tante."

"Hm?"

"Di depan rumah Tante tadi, mobilnya siapa?"

"Ah, i-itu adalah sahabat karib Ayahmu. Dia juga yang menyampaikan uang ini untuk diberikan padamu."

"Tapi, kenapa tidak langsung diberikan padaku, Tante?"

"Dia bilang kalau khawatir teringat Ayahmu dan membuatmu sedih. Oh iya, katanya kamu demam?"

Oh? Secepat itu Tante Kang merubah topik. Rupanya ada yang disembunyikan dariku. Aku ikuti saja alurnya.

"Iya, Tante. Tapi sudah sembuh kok."

"Benarkah? Baguslah. Kalau kamu masih merasa tidak enak badan, istirahat saja ya. Tapi, ayo sarapan dulu ke rumah. Bangunkan Hyewon juga."

Aku iyakan ajakan Tanteku. Tante Kang berpaling dan kembali ke rumahnya. Ini aneh, aku tidak tahu kalau Ayah punya sahabat karib. Huh, sudahlah, rezeki tidak akan kemana.

Hangyul, The Dream Catcher [Book 2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang