(.◜◡◝)
-
Hari ini cuaca sangat terik, AC yang tersedia di dalam kelas pun seakan tidak berfungsi, dibarisan paling belakang terdapat Jendra yang sedang melamun, pikiran nya terus menerus memutar ucapan Adrian, sebenarnya ini bukan kali pertama ia mendonorkan darahnya untuk Jidan, tapi mengingat kejadian malam dimana ia dipukul habis habisan, ia ragu , bahkan rasa pening tidak hilang dari kepalanya, ia hanya takut terjadi sesuatu padanya.
"Tapi apa peduli mereka kalau gue kenapa napa" Gumamnya pasrah. Nakula yang kebetulan teman sebangku Jendra menoleh.
"Kenapa?" Tanyanya, Jendra terkekeh kecil lalu menggelengkan kepalanya.
Nakula menghela nafas kasar, sungguuh ia sangat lelah dengan sikap Jendra yang sangat tertutup padanya, padahal ia sudah menganggap Jendra sebagai adiknya sendiri, walaupun umur mereka tak jauh.
"Ekstensi gue di lo itu apa sih? Jen lo itu udah gue anggap adik gue sendiri, lo boleh bagi beban yang semua lo tanggung ke gue" Jelasnya kesal.
Jendra lagi lagi tersenyum, "gue gapapa Nakulaaaaaa" Balasnya berusaha meyakinkan.
Nakula menatap malas Jendra, sungguh jika jendra bukan sahabatnya sudah ia pukul habis habisan.
"Terserah deh" Finalnya pasrah.
Jam menunjukkan pukul 15.00 ini udah waktunya pulang sekolah seharuanya, tapi Jendra tidak, ia membawa langkahnya menuju ruang osis dengan terburu buru.
"Eh Taro, lo kemarin yang ngumpulin surat undangan rapat orangtua kann?" Tanya Jendra saat sampai diruang osis bertemu dengan Taro teman yang menjabat sebagai wakil ketua osis.
Taro mengangguk dan menunjukkan surat yang di maksud jendra, "pucet banget lo, sakit?" Tanyanya khawatir.
Jendra buru buru menggelengkan kepalanya. "inget lo ketua osis disini, tanggung jawab lo lebih besar dri yang lain, harus jaga kesehatan" Ucap Taro mengingatkan, "ah iya jangan lupa ada rapat hari ini" Lanjutnya.
"Hah? Rapat?" Pekiknya terkejut. Taro menatap Jendra binggung, pasalnya temannya itu tidak pernah lupa apa yang sudah diagendakan.
"Ahhh iyaa gue lupa kalau bentar lagi mau Pensi" Ucapnya sesal.
Ceklek
"Assalamu'alaikum" Ucap beberapa anak osis yang siap untuk rapat. Jendra menatap mereka dengan tatapan pasrah, ahh sepertinya ini benar benar tidak bisa ditinggalkan.
Akhirnya Jendra melakukan rapat itu dengan sedikit cepat, ya walaupun jam sudah menunjukkan pukul 17.30, itu berarti ia sudah sangat terlambat untuk pergi kerumah sakit.
Ia buru buru berlari menuju parkiran, sebelum ia berangkat, Jendra memilih untuk mengirimkan pesan pada Jidan.
*Isi chat nya*plis anggap itu jam 17.30 >_<*
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Jendra || Lee Jeno
FanfictionIni hanya kisah tentang hidupku, jika tidak mau membaca tak apa, ayah pun sama, ia tidak peduli apa apa tentangku, hehehe (.◜◡◝)