Radella masuk ke kamar anak kesayangan nya, bisa dilihat Naka yang tidur dengan posisi tengkurap. Wanita satu anak itu menggeleng takjub. Apa tidak sesak? Pikirnya.
Radella lalu berjalan menuju jendela besar yang gorden nya masih tertutup. Ia tarik tali untuk membuka kain bermotif abstrak itu.
Cahaya matahari seketika menyeruak masuk ke ruangan baby blue milik Naka.
Pemuda dengan piyama tayo itu nampak tidak terusik. Radella lantas menghampiri kasur sang anak, duduk di sebelah nya dan dengan lumayan kasar menepuk nepuk bokong Kanaka.
Pukk
Pukk
Seketika suara teriakan di iringi isakan itu terdengar.
"Huwaaa, sakitt ...."
Radella panik, apa memang sesakit itu pukulan nya? Apa tenaga nya sekuat itu, hingga menyebabkan Naka menangis?
"Naka, maaf, apa sesakit itu? Mommy tidak bermaksud," ucap Radella panik, ia beringsut mendekat.
"Iya, ini, ini, bekas di tusuk. Mommy kenapa nggak peka jadi cewek? Huwaaa ...."
Tangisan anak itu semakin keras.
Seketika Radella menutup mulutnya, kenapa ia bisa bodoh sekali? Kemarin Naka baru saja check-up, dan mendapat banyak suntikan vaksin di area belakang nya. Pantas saja anak itu tidur dengan posisi tengkurap.
"Ya ampun, sayang ... sungguh mommy lupa. Iya, mommy tidak peka jadi perempuan, maafkan mommy, ya?" Ucap nya memelas.
Naka masih dengan posisi tengkurap, wajah nya ia benamkan dibantal. Hingga tangisan itu teredam.
Suara debaman dari kaki yang berlari terdengar, hingga sosok Davin muncul di batas pintu kamar Naka.
"Ada apa? Naka kenapa?" Tanya nya dengan panik. Ia bahkan langsung berlari saat akan mengenakan celana kerja nya. Alhasil, outfit Davin kali ini menggunakan kemeja kerja dengan celana kolor garis-garis biru.
Sepanik itu daddy Davin mendengar tangisan Naka, meskipun sering dinistakan.
"Daddy ..." kepala Naka menoleh kearah Davin yang saat ini berjalan mendekat.
"Kenapa sayang, Naka kenapa menangis?" Tanya Davin. Tak di duga, tangan Naka merentang ingin meminta gendong pada daddy nya.
"Gendong, mommy jahat," adu Naka dengan masih terisak.
Dengan senang hati Davin menyambut tubuh Naka, menggendong anak itu ala koala, mengusap punggung nya berulang kali.
Dalam hati Davin bersorak, akhirnya dirinya lebih unggul dari pada Radella, tak apa jika harus olahraga pagi dengan mengangkat beban berpuluh kilo anak nya.
"Mommy jahat?" Tanya itu di angguki Naka, kepala nya sudah terbenam didada bidang Davin.
"Jahat kenapa?"
"Mommy pukul bokong Naka, padahal itu bekas di suntik, sakit ... huwaa ..." tangisan itu pecah kembali. Radella merasa sangat bersalah sudah menyakiti bokong anak kesayangan nya. Ia menutup seluruh wajahnya dengan telapak tangan, mendengar tangisan Naka membuat hati Radella teriris, apalagi itu karena dirinya.