16

4.2K 348 7
                                    


Rea dan Arel kini berada di salah satu taman dekat kota. Mereka- ah, tidak.
Tepatnya Arel, akan menemui Aron.

jam sebelumnya....

"Ada yang ingin kubicarakan padamu." Rea menatap Arel serius. Arel yang sedang membersihkan debu, seketika mematikan alat penyedot debunya.

Ia menghampiri Rea, dan duduk di sebelahnya.

"Ada apa Rea?" tanya Arel heran.

"Kemarin aku bertemu Aron. Dan dia akan menjualmu, pada pria tua bangka hitam jelek gemuk." ucap Rea dingin.

Mendengar itu Arel seketika meremas tangannya hingga buku tangannya memutih.

"Kali ini aku benar-benar tak bisa memaafkannya!" Arel menatap Rea dengan perasaan bercampur aduk.

"Jadi aku memiliki sebuah rencana. Aku memberitahunya untuk menemuimu di taman dekat sini, aku mengirimkan pesan padanya atas namamu."

Setelah melacak nomor ponsel Aron, Rea mengirimi Aron sebuah pesan palsu seolah Arel lah pengirimnya.

"Yang perlu kau lakukan hanyalah berbicara padanya, apa rencana selanjutnya. Kau harus bisa memancingnya untuk mengatakannya."

Arel sedikit terkejut.

"A-apa, menemuinya? Tidak mau!" Arel menatap Rea dengan pandangan "mengapa kau tega sekali?"

"Arel.. ayolah, kau ingin segera membalaskan dendammu kan? Kau ingin dia merasakan terkutuknya dunia ini kan?" bujuk Rea halus.

Arel sedikit gelisah hingga akhirnya ia menjawab-

"Baiklah, akan kuikuti rencanamu."

Kembali ke taman...

"Apa dia sudah datang? Dia masih saja tidak tepat waktu!" Aron terlihat cukup kesal saat mendapati Arel tak ada di taman.

Namun ia salah, Arel sudah bersiap sedari tadi. Ia juga memakai anting tempel yang Rea berikan, agar Rea dapat mendengar percakapan Aron dan merekamnya.

"Apa kau sudah siap?" tanya Rea pada Arel yang terlihat gugup.

Rea mengusap anting itu, mengaktifkannya.

"Ya, aku siap!" Arel lalu bergerak maju, ia berjalan menuju saudara kembarnya.

Aron yang menyadari kedatangan Arel tersenyum sinis.

haha, datang juga rupanya

"Astaga, kak! Aku tak percaya kau berada di sini!" Aron memeluk Arel seolah telah lama tak berjumpa dengannya.

Arel yang risih segera mendorongnya perlahan.

"Singkirkan tangan bajinganmu itu, Aron!" Aron semakin tersenyum mengejek.

"Aku tidak percaya, kau bahkan sudah bisa melontarkan kalimat sarkas padaku. Hah, kau memang sudah berubah kak." Aron seolah-olah terharu dan mengusap air mata palsunya.

"Jadi, ada perlu apa, hingga kakakku yang cantik ini ingin menemuiku?" tanya Aron dengan nada yang menyebalkan.

"Aku butuh tempat lain untuk bicara." jawab Arel.

Kini Aron dan Arel duduk saling berhadapan di salah satu meja cafe yang terletak tak jauh dari taman.

"Jadi, bisakah kita mulai pembicaraannya?" tanya Aron serius.

"Baiklah, aku akan langsung pada intinya. Aku ingin mendeklarasikan bahwa kau bukan lagi adikku. Aku memiliki kehidupanku sendiri di sini. Dan jangan menggangguku lagi, maka aku masih bisa memberikan maaf untukmu."

My Gigolo So Cute [Not Gay]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang