Dirgantara High School (Revisi)

9 1 0
                                    

" ketika menyukai seseorang, rasa yang muncul ketika pertama kali melihat bukan rasa suka, tetapi rasa penasaran"
~ Danendra Elblonsom ~

.
.
.

Beberapa tetes darah membasahi kaus kaki putih milik zefanya. Dengan langkah tertatih zefa berjalan ke uks.

Uks terletak agak jauh dari kelasnya melewati beberapa koridor kelas . Beberapa anak menatapnya.
dari wajah mereka terlihat mereka agak penasaran dengan apa yang terjadi pada gadis cantik itu. tetapi mereka tidak mengenalnya lebih baik bagi mereka untuk mengabaikannya.

Bel tanda masuk berdering dikoridor membuat mereka bergegas masuk kedalam kelas.

" yah darahnya ngalir terus. harusnya tadi aku segera ke uks. Ninggalin bekas luka apa tidak ya?" bicara sendiri sepertinya menjadi kebiasan zefa terkadang membatin terkadang juga berguman .

Gadis bersurai malam itu tidak menyadari jika sosoknya diperhatikan oleh sosok lain dibelakangnya.

Devan anggara kelas 2 Ips 1.
Nama yang tertulis di name tagnya.
Cowok yang banyak digandrungi oleh para gadis penghuni Dirgantara High School. Berperawakan tinggi, mempunyai sifat humoris, wajah rupawan.
Anggota tim basket, Band, dan juga wakil ketua Osis.

Devan menghampiri gadis yang berjalan tertatih didepanya. Dilangkahkannya kakinya agar menyamai gadis itu.

" eh dugaanku benar, kamu gadis petakilan tadi kan?!!" Tanya devan kepada zefa.

" duh... Anak tatib yang tadi " ujar zefa dalam hati.

" emm iya, ada apa ya kak, mau lapor Bk ya??, please jangan ya kak. Ga kasihan apa liat kakiku lecet begini" kata zefa kepada devan.
" dan juga ini kan gara-gara kakak" imbuh zefa dengan wajah pura - pura melas.

Pemandangan yang sangat langka karena sifat judes zefa yang tiba-tiba hilang bak ditelan planet pluto.

Mungkin bayang-bayang dipanggil ke Bk sangat menghantui zefa. Bisa dicabut bea siswanya jika dia banyak buat onar. Benar-benar mimpi buruk fikir zefa.

Devan agak terpaku sejenak melihat puppy eyes zefa beberapa detik lalu.
Lalu tatapannya mengarah ke lutut zefa yang tergores batu itu.

" loh kok gara- gara aku" sahut devan
" tapi ya udah deh aku minta maaf, mau ke Uks ? "

Zefa mengangguk sebagai jawaban.

" aku antar kamu sebagai permintaan maaf " ujar devan sambil tersenyum.
senyum yang benar-benar manis diwajah tampannya.

" ehh... Tidak perlu kak, gu.. ehh aku bisa sendiri. Permintaan maafnya diganti jangan tulis namaku dibuku ketertiban saja ya " bisa-bisanya disaat seperti ini zefa menawar permintaan maaf.

Tapi permintaan zefa tidak digubris devan. cowok itu malah membawa tangannya merangkul pundak kecil zefa.
menuntun zefa berjalan ke Uks.

" Eh.. kak tidak perlu" ujar zefa sambil berusaha melepas rangkulan devan.
Risih itulah yang sekarang zefa rasakan.

" kamu susah jalan, aku bantu jalan ke uks, atau mau gue gendong? " tawar devan.

I'm Not a Philophobia ( dalam Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang