007 : Nobar

11 2 1
                                    



Langit telah berganti warna menjadi jingga. Cahaya senja menembus ke dalam mobil seseorang karena kaca mobil yang sedikit dibuka. Cowok yang berada di dalamnya menyugar rambut, menunggu orang yang sudah terlihat berjalan ke arah mobilnya yang terparkir.

Leo keluar. Dia  hendak membuka pintu penumpang, namun pergerakannya terhenti saat salah satu dari dua cewek yang sama-sama berambut pendek berbicara.

"Yailah, segala dibukain. Bucin amat lo, Le."

"Dih, sirik lo? Kak Mark gak pernah ngelakuin gini ke lo, ye, kan?" timpal Leo sambil membuka pintu dan menyuruh yang satunya untuk masuk ke dalam.

Emang pada dasarnya Ninda- orang yang Leo suruh masuk- sedang capek, dia menurut saja. Dia kini duduk, menyandarkan punggungnya dengan mata yang dipejamkan. Ninda baru membuka matanya saat mendengar suara pintu kemudi tertutup.

"Sebelum lo nanya, dia capek habis kena lima seri."

"Gue gak ngomong sama lo, btw."

"Yaudahlah, gue diem aja di belakang. Anggap aja gue bantal guling."

Leo hanya melihat Hanin yang berada di kursi belakang, dari spion depan. Dia menghidupkan mesin mobilnya, melaju dengan kendaraan lain yang akan keluar dari area parkiran. Hingga mobil yang dikendarai oleh Leo melaju cukup jauh, dia menolehkan kepalanya ke samping.

"Liat ke depan, Le. Gue masih mau lihat Jungkook, ya. Gue belum liat MV-nya, nih. Gak lucu kalau tetiba kecelakaan karena lo sibuk liatin gue," ujar Ninda sambil mengulurkan tangannya, menyentuh pipi Leo untuk dia gerakan ke arah depan.

Iya. Hari ini hari jumat. Sesuai dengan apa yang dikatakan Leo tempo hari, kini mereka berdua plus Hanin, mungkin ditambah pasukan Leo yang lain, akan nonton bersama MV terbaru dari boy band asal Korea itu di rumah Leo.

"Ya gimana gak gue liatin, baju lo kotor banget, buset. Udah nyungsruk di mana, neng?"

"Pffftt.."

"Sumpah, Le. Gue udah niat nih gak mau ngomong apapun lagi, tapi denger lo ngomong gitu, gak bisa nahan gue. Le..Le, jangan kebanyakan gaul sama Ecan makanya."

Leo mengangkat sebelah alisnya, "gue gak salah? Emang bajunya kotor banget, abis ngepel lapangan ya, lo?" dan setelah Leo mengakhiri ucapannya, Ninda menghadiahkan tabokan keras pada paha Leo yang hanya menggunakan celana pendek.

"Perih, Nin. Kenapa sih?" tanya Leo sambil mengusap bekas tabokan Ninda.

"Lo yang kenapa? Ngada-ngada banget mulut lo."

Hanin kembali menahan tawanya, "kan udah gue bilang, Ninda abis kena lima seri. Wajar kali bajunya kotor, orang push up di lapangan rumput, pasti bangun-bangun kotor lah."

"Oh gitu. Kenapa gak bilang dari tadi?"

"Gue udah ngomong dari awal, maliiihh"

Ninda memutar badannya ke belakang. Menggelengkan kepala kecil ke arah Hanin, "udah kak, jangan diladenin, gak bakal nyampe ke dianya juga."

"Mulutnya. Gue gini-gini juga jago basket ya."

"Apa hubungannya sama basket?" tanya Ninda sambil memutar tubuhnya kembali, melihat pada Leo.

"Basket juga butuh strategi, mikirin strategi juga butuh otak."

"Berarti yang dibutuhin otaknya coach."

"Kenapa harus otaknya coach?" tanya Leo yang tak mengerti tujuan Ninda dengan kalimatnya barusan.

"Kan yang mikirin strategi tim itu coach, bukan lo."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

22 (On Hold) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang