Faded Light

209 22 3
                                    

>>>Prince<<<
Berkendara di waktu sore hari bukan hal yang buruk, melainkan hal yang sangat mengerikan. Mobil-mobil di belakangku sibuk mengklakson karena truk pengangkut karet mogok di tengah jalan. Sial kurasa membawa mobil untuk pergi ke kantor Om Randi. Aku berpikir mungkin sebaiknya tadi aku membawa motorku saja.

Beberapa menit kemudian, jalanan mulai lancar. Jarak kantor Om Randi dari rumahku terbilang cukup jauh juga. Kantor dengan nuansa biru putih itu terlihat cukup ramai di waktu sore ini. Aku memarkirkan mobilku di depan kantor itu. Aku keluar dari mobil dan membanting pintunya begitu saja karena aku sangat terburu-buru. Saat aku masuk, seorang wanita di meja resepsionis menatapku dengan ramah.

"Mbak, saya mau nanya. Pak Randi Lukman ada dimana ya?" tanyaku.

"Pak Randi lagi gak kerja di sini, Mas. Seminggu yang lalu, dia izin kantor buat pergi ke Bandung karena ada acara keluarga. Sekarang, dia lagi di Bogor buat ngerjain proyek apartemen" jawab wanita resepsionis itu.

Berarti selama seminggu lebih ini, Ellen berada dalam penderitaan. Mengapa dia tidak mau memberitahukan ini kepadaku?

"Mbak, boleh minta alamat proyek itu gak?" tanyaku lagi.

"Maaf sebelumnya, Mas. Mas ada keperluan apa ya? Mas siapanya Pak Randi?" tanya wanita resepsionis itu.

"Saya ponakannya, mbak. Please mbak, ini darurat banget" kataku memohon.

Wanita itu berpikir sejenak, ia menuliskan sesuatu pada selembar sticky notes berwarna biru itu. Ia lalu memberikan selembar sticky notes itu kepadaku.

"Ini alamatnya , Mas, gak coba ditelpon aja Pak Randi nya?" tanya wanita itu.

"Udah, mbak tapi gak diangkat. Makasih ya, mbak" ucapku berterima kasih.

Aku bergegas pergi dan mengendarai mobilku di sore yang menuju malam ini. Aku menuju Bogor melalui jalan tol. Hari yang semulanya tadi sore berubah menjadi malam. Dering teleponku berbunyi, aku mengangkatnya. Aku mengira telepon itu dari Ellen tetapi ternyata Marcell yang meneleponku.

"Woy, lu kemana? Gua udah pulang duluan" tanya Marcell.

"Gua pergi dulu, ada penting banget. Udah dulu ya" jawabku.

"Ehhhhh, nyokap lu gak marah?" tanya Marcell lagi.

"Santai lah, nyokap sama sodara gua lagi ke Bali. Udah ya" jawabku sambil menutup telepon.

Aku keluar dari jalan tol dan menyalakan google maps untuk mencari alamat yang diberikan tadi. Setelah 20 menit, aku akhirnya mendapatkan alamat yang kucari.

"Ada keperluan apa, Mas?" tanya salah satu satpam yang sedang bertugas.

"Saya mau ketemu Randi Lukman soalnya ada keperluan darurat, Pak" jawabku singkat.

Ia menaikkan palangnya dan membiarkan mobilku masuk. Aku memarkirkan mobilku dan untungnya aku melihat Om Randi berjalan ke arah keluar. Melihat wajah Om Randi, sontak saja aku langsung mengejarnya.

"OMMM!!!" teriakku memanggilnya.

Om Randi refleks menoleh ke belakang dan menyambutku dengan senyuman ramahanya. Aku datang kepadanya dengan napas terengah-engah.

"Prince, ngapain ke sini?" tanya Om Randi.

"Om harus pulang sekarang" jawabku.

Om Randi menatapku dengan bingung, "Hah? Om kan ada kerjaan di sini"

"Om harus tahu kalau Ellen menderita semenjak Om pergi" kataku dengan tenang.

"Menderita gimana??" tanya Om Randi dengan bingung.

A Letter To Prince [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang