15 🍒 reuni

5.1K 873 94
                                    

Maaf kalau jelek dan pendek banget, I've tried my best tapi cuman bisa nulis trashy chapter ini T_T

🍒🍒🍒

Langit sudah sepenuhnya menggelap ketika mobil Yeri berhenti di basement apartemen tempat Karina dan Irene tinggal. Ini adalah kali kedua Yeri datang ke tempat itu, namun tentu saja dengan perasaan yang sepenuhnya berbeda. Kali pertama datang, Yeri diliputi oleh rasa jengkel didominasi rasa khawatir karena Karina memintanya datang dalam situasi yang penuh urgensi. Dan sekarang, Yeri merasa campur aduk. Jujur saja, dia gugup, namun rasa takut akan penolakan mamanya lebih besar. Sembilan belas tahun hidup dengan menyalahkan dirinya sendiri akan kepergian Irene sungguh berpengaruh terhadap perasaan Yeri saat ini.

Sedari tadi, atmosfir di antara Yeri dan Karina terasa begitu tebal. Kini, seraya menghela napas panjang, Yeri tidak langsung keluar begitu mesin mobilnya mati. Dia terdiam cukup lama, mengabaikan eksistensi Karina di sampingnya yang menatapnya penuh harap.

"Kak?"

"Diem. Jangan bacot dulu, anak setan."

"O-okay..."

Melihat Karina memundurkan tubuh hingga punggungnya menabrak jendela mobil setelah mendengar perkataan kasarnya, Yeri untuk kedua kalinya menghela napas. "Sorry."

Senyuman Karina terulas. "Gapapa, Kak."

"Lo tuh ya--" desis yeri, "--jangan iya-iya mulu kalau dijelekin orang! Lawan dong! Lo ngebuat gue jahat sendiri setiap kali marahin lo kalau lo pasrah aja kayak tadi!"

"Aku tau kok Kak Yeri gak serius marahin aku," Karina menyengir, "jadi aku gapapa."

"Dih, terserah lo. Ya udah."

"Ya udah apa, Kak?"

"Ya udah, cepet turun." Yeri berdecak. "Mau lo di basement lama-lama?"

"Oh iya." Tanpa banyak kata Karina langsung menuruti perkataan yang lebih tua. Dia membantu Yeri mengeluarkan koper dari dalam bagasi mobil sebelum mengikuti langkah kakaknya itu menuju lift yang akan membawa mereka ke atas.

"Ma? Je suis là!" (Ma? Karina pulang!)

Hening.

Tidak ada jawaban ketika mereka berdua masuk ke dalam apartemen, berdiri kaku di depan pintu. 

"Ma?" Panggil Karina lagi, kali ini lebih nyaring namun tak kunjung mendapat respon. Karina sudah akan mencari Irene di kamar, tetapi niatnya itu dia urungkan tatkala terdengar suara langkah kaki dari arah dapur.

"Oh, Karina udah pul--Yeri?"

Irene terpaku. Jantung ibu dua anak itu seperti berhenti berdetak beberapa saat ketika matanya terkunci pada wajah perempuan muda yang seminggu terakhir ini tidak pernah berhenti datang di pikirannya. 

Yeri tersenyum kikuk. Dia was-was, terlebih lagi karena Irene hanya diam menatapnya dengan raut wajah tak terbaca. "Hmm, hai?"

"'Hai', Yeri bilang?!" Tubuh Yeri hampir terjengkang ke belakang saat tanpa dia duga, Irene tiba-tiba merengkuh tubuhnya erat dalam sebuah pelukan. "Yeri ninggalin Mama sambil nangis, bikin Mama khawatir, tapi bisa-bisanya Yeri bilang hai sekarang?!" Tangis Irene mendadak pecah. Yeri juga tidak dapat menahan dirinya untuk tidak ikut terisak, karena sungguh, dia mengharapkan yang terburuk, tetapi Irene tampak begitu terluka, dan Yeri juga dapat merasakan nyeri yang sama. "Yeri tega bikin Mama merasa jadi ibu yang paling buruk karena udah ngebuat anaknya merasa gak diinginkan!" Isak Irene, mengelus rambut Yeri hati-hati. "Yeri tega ninggalin Mama gitu aja tanpa mau dengar penjelasan Mama. Mama udah tersiksa selama ini hidup jauh dari Yeri, jadi Mama mohon, jangan pernah tinggalin Mama lagi ya Nak... Mama mohon..."

[✔] JuicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang