BAGIAN 5

114 8 0
                                    

Rangga terus mendesak. Bahkan saat Bajingan Gunung Merapi mencelat ke atas, pemuda itu telah lebih dulu melompat melepaskan tendangan.
"Uts!" Tendangan Rangga dapat dihindari Bajingan Gunung Merapi dengan memutar tubuhnya. Rangga terus mengejar, tubuhnya ikut berputar bagai gasing, lalu meliuk tajam melepaskan pukulan kedada lewat jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'. Dan...
Des!
"Aaakh..." Bajingan Gunung Merapi menjerit kesakitan begitu dadanya terhantam pukulan Rangga. Tubuhnya terlempar beberapa langkah ke belakang. Namun begitu dia cepat bangkit. Wajahnya tampak meringis sebentar, kemudian mendengus geram memandang pemuda itu.
"Keparat! Siapa kau, he?!" bentak Bajingan Gunung Merapi.
"Tak perlu bajingan tengik sepertimu mengenalku!"
"Sombong! Hm... Aku akan menuliskan namamu pada nisanmu, Goblok!"
"Aku ditakdirkan tidak mati di tanganmu. Jadi tidak usah repot-repot," sahut Rangga enteng.
"Kau akan lihat, aku mampu mengubah takdir!" dengus Bajingan Gunung Merapi seraya menarik napas panjang.
Kedua tangan laki-laki bergerak ke bawah perut dan kembali ke atas. Lalu kedua tangannya berhenti di dada, dan dengan cepat dihadapkan ke Pendekar Rajawali Sakti. Seketika telapak tangannya keluar angin kencang menderu ke arah Pendekar Rajawali Sakti.
"Heaaa...!"
Wus!
Rangga cepat bagai kilat melenting ke atas, sehingga pukulan jarak jauh Bajingan Gunung Merapi menghantam angin.
Jder!
Satu batang pohon yang cukup besar di belakang Rangga roboh terhantam pukulan jarak jauh Bajingan Gunung Merapi.
Pendekar Rajawali Sakti merasakan kalau pukulan yang dilancarkan laki-laki itu cukup hebat, dan bertenaga dalam tinggi. Untuk itu Rangga tidak bisa gegabah. Dalam keadaan marah begini, Bajingan Gunung Merapi agaknya akan mengumbar seluruh kemampuannya.
"Yeaaa...!"
Kembali laki-laki berkumis tipis itu menebar pukulan mautnya. Dan sekali lagi, Rangga mampu menghindar. Tubuhnya cepat mencelat ke atas. Setelah berputaran beberapa kali, tubuhnya menukik tajam dengan tangan dihentakkan ke depan lewat jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali'.
"Hiyaaa...!"
Wusss!
Saat itu juga meluruk sinar merah membara dari telapak tangan Rangga, yang mengarah ke Bajingan Gunung Merapi. Bajingan Gunung Merapi kalang kabut melenting ke udara menghindari cahaya merah itu meluruk ke arahnya.
Jder!
Betapa kagetnya Bajingan Gunung Merapi melihat tanah tempatnya tadi berdiri telah berlubang sebesar kubangan kerbau, terhantam sinar merah tadi. Barulah laki-laki bersurjan ini sadar kalau yang dihadapinya bukan orang sembarangan.
Srang!
"Kau boleh mampus sekarang juga!" desis Bajingan Gunung Merapi garang begitu mendarat dan langsung mencabut kerisnya.
"Heaaa...!" Bajingan Gunung Merapi langsung meluruk sambil mengebut-ngebutkan kerisnya.
Wut!
Sring!
Dengan terpaksa Pendekar Rajawali Sakti melenting ke belakang sambil jungkir balik menghindari serangan. Begitu mendarat di tanah secepat kilat Pedang Pusaka Rajawali Sakti dicabutnya. Bahkan langsung dibabatkan ke arah keris dalam genggaman Bajingan Gunung Merapi.
Trang...!
"Heh?!" Baru melihat cahaya biru yang memancar dari pedang pemuda itu saja Bajingan Gunung Merapi terperanjat. Apalagi ketika senjatanya berbenturan. Untung saja, Rangga tidak mengerahkan jurus tenaga dalamnya.
Sebaliknya, Rangga pun merasa kagum melihat kehebatan senjata keris hitam berlekuk dua belas itu. Ternyata senjata itu tidak bisa dianggap sembarangan. Masih terasa getaran aneh tatkala senjatanya beradu. Namun dia tidak mau membuang-buang kesempatan. Karena pada saat itu, Bajingan Gunung Merapi masih terhuyung-huyung menjaga keseimbangan. Secepat kilat, dilepaskannya satu tendangan menggeledek.
Begkh!
"Aaakh...!" Untuk kedua kalinya Bajingan Gunung Merapi terjungkal roboh tak berdaya sambil memekik kesakitan. Dari mulutnya tampak meleleh darah segar. Laki-laki itu cepat bangkit seraya memandang Pendekar Rajawali Sakti dengan tajam.
"Kuakui kau hebat. Tapi tidak berarti kau mampu meringkusku! Bajingan Gunung Merapi tidak boleh tertangkap siapa pun!"
Belum sempat Rangga menjawab ketika laki-laki itu mengeluarkan sebuah benda dari balik celana dan melemparkannya ke depan.
Busss...!
Benda sebesar jempol kaki itu langsung meledak. Dan dengan cepat menebarkan asap hitam yang menghalangi pandangan.
"Ufff... Keparat..." maki Rangga geram seraya menutup pernapasannya. Asap hitam itu bukan saja menghalangi pandangan, tapi juga menebar racun cukup ganas. Buru-buru Rangga menyelamatkan Dara serta seorang gadis lain yang nyaris menjadi korban Bajingan Gunung Merapi di balik semak-semak.
Sambil membopong kedua gadis itu. Pendekar Rajawali Sakti terus berkelebat menjauhi tempat itu dengan pengerahan ilmu meringankan tubuh yang telah sangat sempurna. Baru ketika telah cukup jauh, larinya dihentikan.
"Kenapa kau biarkan dia kabur begitu saja!" semprot Dara ketika telah diturunkan dari pondongan dan telah dibebaskan totokannya.
"Berbahaya kalau menerobos asap beracun itu..."
"Seharusnya tidak kau biarkan dia lolos." Dara masih menggerutu kesal.
"Aku punya cara sendiri meringkusnya. Dan setelah mengetahui wajahnya, maka kurasa kau tidak perlu lagi ikut. Pulanglah. Dan cari Lastri! Aku berjanji membawa kepala Bajingan Gunung Merapi ke tempatmu!" ujar Pendekar Rajawali Sakti.
Dara hendak berseru mencegah, tapi Pendekar Rajawali Sakti telah berkelebat menghampiri kudanya. Dara bahkan masih termangu, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

166. Pendekar Rajawali Sakti : Bajingan Gunung MerapiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang