Part03

10.7K 604 17
                                    

Happy Reading ...

Sinar matahari memasuki celah-celah jendela. Membangunkan seorang gadis yang sedang berbaring di lantai.

"Eugh ...." lenguhan halus keluar dari bibir manis dan mungil itu. Ia mengedarkan pandanganya di lihatnya Melvin sudah tidak berada di tempat tidurnya.

"Kemana dia?" gumannya kemudian melirik kearah jam dinding. Seketika matanya terbuka lebar.

"Enam tiga puluh? Hah, gue telat anjir. Pantesan Melvin gak ada, mungkin dia udah berangkat ke skolah." Dengan gerakan cepat Syifa bangun dan langsung masuk kekamar mandi untuk melakukan ritual mandinya.

Kurang lebih sepuluh menit Syifa sudah memakai seragam sekolah lengkap. Dengan cepat ia keluar dari kamar dan bergegas untuk ke sekolah.

Sesampainya Syifa di pinggir jalan ia celingak-celinguk mencari kendaraan yang akan di naikinya ke sekolah. Namun, sudah dua menit ia menunggu tidak ada satupun angkot yang lewat.

"Aduh gimana ini, sepuluh menit lagi bel," katanya panik." Apa gue lari aja ya," lirihnya dengan menarik nafas pelan.

"Oke anggap aja olahraga pagi Syifa. Lo bisa jangan lemah," ucapnya dengan menyemangatkan dirinya sendiri dan langsung berlari.

Huft ...

Sampailah Syifa di depan sekolah SMA Kencana. Namun, dewi fortuna sedang tidak berpihak kepadanya. Gerbang sekolah telah terkunci, Syifa melap keringat di pelipisnya, sekarang ia bingung harus bagaimana.

"Aduh, gimana nih, gue telat ya kali gue balik lagi," ucapnya dengan nafas tersenggal-senggal.

"Panjat pagar aja deh, semoga gak ketahuan," gumannya. Namun, baru selangkah ia maju telinganya sudah di jewer oleh seseorang.

"Bagus! Bagus! Panjat pagar. Kamu itu perempuan kenapa berpikiran seperti itu. Ha?!" Teriak guru BK yang memang sedang memeriksa jika masih ada murid di luar gerbang.

Syifa meringis karena merasakan telinganya sangat sakit." Aduh ibu maafkan saya, saya khilaf bu. Maaf ya," mohonnya dengan berusaha melepaskan jeweran maut itu.

"Nggak ada! Kamu harus saya hukum! Lari dilapangan sepuluh putaran. Cepat?!" bentak ibu Meli yang super-duper killer. Syifa tidak bisa berkata-kata lagi, ia hanya bisa mengangguk pasrah dan menjalankan hukumannya.

Syifa sedang berlari di lapangan bola basket yang lumayan luas. Tiba-tiba gerakannya terhenti saat melihat sebuah objek seorang pria sedang bersama seorang wanita. Yang Syifa kenal pria itu adalah Melvin. Dan perempuan itu. Siapa dia?

Dadanya kembali sesak air matanya mengalir bebas melihat Melvin mencium wanita itu di keningnya. Pertahanan Syifa runtuh, rasanya ia sudah tidak kuat.

'Kenapa sakit sekali, sebenarnya siapa wanita itu,' batin Syifa.

* * *

Kedua sejoli itu sedang duduk di depan teras kelas mereka. Gadis yang memiliki wajah cantik dan imut, bola mata yang bulat menambah kesan kecantikannya serta bibir tipis yang pink merah mudah. Gadis itu adalah Aurellystia yang sekarang adalah pacar Melvin. Melvin dan Aurel sudah menjalani hubungan selama dua tahun. Oleh karena itu Melvin sangat membenci gadis yang berstatus sebagai istrinya sekarang, karena ia tidak ingin menyakiti hati pacarnya.

"Vin, kamu gak akan ninggalin aku, 'kan?" tanya Aurel tiba-tiba.

Melvin terdiam mendengar pertanyaan gadis yang amat di cintainya itu.

"Kenapa ngomong gitu?" Bukan menjawab Melvin malah bertanya balik.

Aurel menghela nafasnya pelan. Lalu menatap Melvin dalam." Aku takut Vin, nanti kalo diantara kita ada yang pergi gimana? Misalnya kalo tiba-tiba aku ngehianatin kamu, maupun kamu sebaliknya gimana?"

"Syutt... gak usah ngomong gitu, aku gak bakal pergi dan kamu juga gak akan pergi dari aku." jelas Melvin dengan mengecup kening Aurel lembut.

Aurel hanya tersenyum dan menatap Melvin. 'Semoga aja Vin, aku rasa sekarang kamu seperti udah jauh dari aku,' batin Aurel sendu.

'Maafin aku. Aurel kalo semisalnya aku berubah,' batin Melvin.

Disisi lain, Syifa gadis itu merasakan kepalanya pusing dan sakit di bagian dadanya, mukanya yang pucat keringat yang bercucuran di dahinya. Mungkin karena ia belum sarapan dari tadi malam.

"Aku harus kuat, tinggal satu putaran lagi." ucapnya dengan menyemangati dirinya sendiri. Namun, baru saja ingin berlari pandanganya gelap dan kepalanya berputar lebih cepat sakit di dadanya semakin bertambah. Karena memang Syifa punya penyakit mag.

Bruk!

Tubuhnya terjatuh ketanah dan itu mengundang pekikan histeris dari semuah murid yang sedang berjalan di koridor. Melvin dan Aurel yang mendengar pekikan tersebut berlari melihat apa yang terjadi. Setelah sampai, seketika tubuh Melvin menegang melihat gadis yang sedang terbaring di tanah adalah istrinya. Rasa bersalah kemudian menjalar di seluruh tubuhnya. Tapi dia bisa apa?

"Astaga Syifa?!" teriak Lidya teman sekelas Syifa.

"Woy, Sean bantuin Syifa kasian." teriaknya kepada Sean yang juga teman sekelas Syifa. Sean yang mendengar itu dengan cepat membopong tubub Syifa ala brydal-style. Semua yang melihat itu bersorak ria. Pasalnya Syifa dan Sean seperti sepasang kekasih, Sean yang di kenal orang nya dingin setelah melihat Syifa ia seakan berubah seratus persen. Dia juga menaruh rasa kepada Syifa namun belum waktunya ia utarakan. Tunggu waktu yang tepat katanya.

"Aduh gimana nih, pasti magnya kambuh." ujar Lidya membuat Melvin menatap Syifa yang sedang di bawah Sean ke UKS.

'Dia punya mag?' batin Melvin.

"Kasian ya. Gadis itu," sahut Aurel yang membuat lamuan Melvin buyar.

"Hmm." gumanya dengan menatap ke arah UKS. Aurel yang melihat itu menyergitkan alisnya bingung.

"Kamu kenapa liat ke situ terus? Kamu kenal sama dia?" tanya Aurel. Melvin yang mendengarnya pun menjadi gugup dan gelagapan.

"Gak, aku gak kenal sama dia," alibinya berharap Aurel percaya.

Aurel menganggukkan kepalanya walaupun dia masih sedikit curiga.

TBC.

Married By Accident (MBA_COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang