WHEN ICE MEETS FIRE

106 18 9
                                    

Hayoon tersesat di antara banyaknya orang-orang yang sibuk berjalan. Menoleh ke segala arah beberapa kali pun, yang ia lihat hanya orang asing tak dikenal. Perempuan kecil itu berlari kecil dengan jantung yang berdebar kencang, mencoba menemukan keberadaan Sunghoon yang ada entah di mana.

Ini semua karena Hayoon usil menyelinap masuk ke sebuah toko untuk bersembunyi, dan berakhir kehilangan sosok Sunghoon karena sang kakak tidak menyadari kepergiannya yang tiba-tiba.

Hayoon menyesal. Sungguh. Matanya sudah merah, ingin menangis. Tetapi, sebuah perkataan Ayah beberapa waktu lalu tiba-tiba terlintas di benak.

"Anak hebat gak boleh cengeng, gak boleh nangis. Nangis cuma buat anak yang lemah. Ingat itu, Hayoon, Ayah gak punya anak yang lemah."

Hayoon menarik napas panjang, mencoba mengatur emosi dan air mata. Dia harus tenang. Dia bukan anak yang lemah.

"Permisi, dek. Toilet ada di mana, ya?"

Sebuah suara membuat Hayoon menoleh. Dia menatap terkejut pada seorang gadis berambut panjang dan berponi yang sedang menggenggam sebuah eco bag warna merah.

"Maaf, aku enggak tau," jawab Hayoon dengan suara kecil karena masih berusaha menahan tangis. Apalagi, berada sendirian di tengah-tengah pusat perbelanjaan dan kini didekati oleh seseorang yang tak pernah dilihatnya.

Gadis asing itu memerhatikan Hayoon dengan seksama, menyadari ada yang sedikit ganjil dengan gerak-geriknya. Terlebih, dengan mata yang seolah akan menumpahkan air mata kapan saja.

"Kamu di sini sama siapa? Mama papanya mana?"

Hayoon memajukan bibir dan menunduk. Pertanyaan yang dilontarkan oleh orang itu malah membuatnya semakin ingin menangis. Dia merindukan Kak Sunghoon.

"Kamu tersesat?" tanya orang itu.

Hayoon makin takut saat mengingat bahwa dia sedang tersesat, terpisah dengan Sunghoon. Tangisnya pun pecah, dia memutuskan untuk menjadi 'anak yang lemah'.

Tangisan Hayoon yang tiba-tiba tersebut menyebabkan sang gadis asing kebingungan dan tentu saja panik. Ia tak tahu harus berbuat apa untuk menghadapi seorang anak kecil yang menangis. Semua orang kini memberikan atensi pada keduanya.

"Tenang dulu, tenang. Kakak janji bantuin cari papa mama kamu, deh."

Hayoon menggeleng sambil menyeka air mata. "Aku ke sini sama Kak Sunghoon."

"Oh, sama kakaknya? Oke, Kakak bantu kamu cari dia," balas gadis itu.

Hayoon kemudian jadi sedikit tenang setelah beberapa saat dihibur olehnya-meski masih sedikit terisak.

"Nama Kakak Nako. Nama kamu siapa?" Gadis bernama Nako itu bertanya sambil menggandeng tangan Hayoon mencari kakaknya.

"Park Hayoon, delapan tahun."

"Nah, Hayoon, kakak kamu orangnya gimana? Tadi pakai baju apa?" tanya Nako lagi, mencoba mengetahui ciri-ciri sang kakak agar bisa lebih mudah menemukannya.

"Um ... tinggi, putih, ada tahi lalat di sini, di sini, di sini, sama di sini," jawab Hayoon, menempelkan ujung jari telunjuknya pada beberapa bagian di wajah. "Kata orang-orang, Kakak ganteng. Terus, tadi pakai jaket biru."

"Umur kakak kamu berapa?"

"Mungkin ... 15 tahun? Atau 16? Aku lupa."

"Oke, sekitaran umur Kakak, ya." Nako kemudian berpikir sebentar. "Kalau dibandingkan sama Kakak, tingginya semana?"

Hayoon memerhatikan tinggi badan Nako dengan teliti. "Jauuuuuh. Kakak Sunghoon jauh di atas."

Aduh, sakit juga.

Nako tersenyum masam.

"Oke, ayo kita cari, yaa!" kata Nako dengan riang, berusaha mencerahkan suasana. Mereka kemudian berjalan bergandengan menuju meja resepsionis yang terletak di lantai satu. Akan lebih mudah mencari seseorang dengan cara itu, kan?

"Hayoon!"

Belum saja mereka tiba di depan meja respesionis, Sunghoon menarik tangan Hayoon dengan keringat yang menetes dari pelipis. Tampak sekali ia sudah berusaha mencari adiknya, bahkan berniat untuk menginformasikan kehilangan pada resepsionis.

"Kakak!" Hayoon menangis dan memeluk Sunghoon. Wajahnya ketakutan, terlihat sangat jelas.

Sunghoon membalas pelukan Hayoon dan menggendongnya, kemudian melayangkan tatapan tajam pada Nako yang panik sendiri.

"Eh, aku enggak--- aku cuma---"

"Kamu diapain sama orang itu?" Sunghoon mengabaikan Nako, berbisik pelan pada Hayoon dengan mata yang masih tertuju ke depan.

Mengetahui Hayoon tiba-tiba menghilang dari sisinya dan kemudian digandeng oleh seorang gadis asing dalam keadaan menangis, tidak mengherankan jika dia merasa curiga.

Melihat Hayoon yang masih menangis dan tak kunjung membalas, suasana menjadi makin canggung.

"Aku bantuin dia nyariin kamu. Aku bukan orang jahat." Nako membela diri.

Sunghoon seolah memberikan pernyataan bahwa ia tak begitu percaya dengan tetap melayangkan tatapan tajam. Sembari mengelus rambut Hayoon, dia membalikkan badan, berniat pergi dari tempat itu, meninggalkan segala permasalahan tak penting yang sedang terjadi.

"Makanya kalau punya adek tuh dijagain bener-bener!" seru Nako akhirnya, merasa tak terima sebab diperlakukan seperi kriminal, padahal dia hanya berniat baik. "Dasar gak tau terima kasih!"

Beberapa orang kini memusatkan perhatian pada mereka. Suara-suara bisikan mulai terdengar.

Langkah kaki Sunghoon sempat berhenti.

Tidak, dia tidak boleh membuat keributan. Repurtasinya akan hancur jika orang-orang menyadari bahwa dia adalah 'atlet ice skating' Park Sunghoon. Maka, lelaki itu menurunkan topi, semakin menutupi wajah dan berjalan cepat meninggalkan lokasi kejadian.

Meninggalkan Nako yang kesal setengah mati sambil berkacak pinggang. Karena terlalu kesal dan moodnya sudah hancur, gadis itu pun akhirnya ikut angkat kaki dari bangunan besar itu dan pergi ke parkiran.

Padahal, Nako tadinya semangat sekali mempersiapkan barang-barang untuk pergi ke sekolah barunya. Hanya karena satu orang tak punya sopan santun, dia jadi harus menyerahkan daftar belanjaannya pada supir pribadi dan menunggu di dalam mobil sembari mendengarkan lagu guna menghilangkan rasa kesal. Dia bahkan sampai melupakan keinginannya untuk pergi ke kamar mandi.

Nako tak bisa menghilangkan kilas balik tatapan orang-orang yang memerhatikan keributan kecil tadi. Ia memegang dada, gugup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ICE PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang