Pertemuan Pertama

7 2 0
                                    

"Kak, udah selesaikan meditasinya ?" Tanyaku

"Udah dek"jawab Ibra, kakak kelas jurusan Kimia

"Latihannya masih Minggu depan bukan ?"tanyaku lagi

"Iya, kamu mau pulang awal ?"tanya Ibra

"Iya kak, ada buber bentar lagi di jurusan, jd mau tanya dulu boleh izin telat nggak sama panitianya"

"Ohh oke, kamu pulang aja duluan"
Lanjut Ibra

"Thanks, bye kak"pamitku

"Bye,dek"

Aku langsung berlari ke gedung belakang, maklum aku jurusan elektronika yang mayoritas dihuni laki-laki, dan sedikit perempuan.

Sampai, di gedung belakang aku langsung melihat beberapa kakak kelas bersih-bersih jurusan ada juga asisten guru jurusan, aku mendekat.

"Kak, telat Dateng buber apa gak papa ?"

"Kamu siswi jurusan elektronika ?"
Tanya asisten guru jurusun, yang mengambil seluruh perhatian kakak kelas yang sedang bersih-bersih.

"Iya kak, aku siswi jurusan elektronika, angkatan baru tahun ini" kataku

"Yakin ?, Gak salah jurusan?, Bukan jurusan akutansi ?, Atau paling nggak multimedia gitu ?" Tanya asisten guru jurusan lagi, yang membuat semua kakak kelas memperhatikanku lebih intens

"Yakin kok, emang ada masalah ya kak ?" Jawabku yakin, sekaligus penasaran

"Gak ada masalah, cuma sayang karna kamu cacat masuk jurusan elektronika, karna ke cacatan kamu juga jurusan elektronika kita menuai berkah" jawab asisten jurusan yang membuat semua kakak kelas heboh, bersiul, dan berlomba mengenalkan diri padaku.

Alisku berkerut, aku bingung dengan ucapan asisten guru jurusan di depanku, jadi aku bertanya lagi padanya tanpa menghiraukan perkenalan atau siulan kakak kelasku lainnya yang berisik menutku.
"Memang aku cacat dimananya kak ? Aku punya 2 tangan dan kaki kok"

"Hehehehe.. kamu gak cacat dalam artian itu, yang aku maksud kamu itu 'cacat' 'calon cantik' " jawab asisten guru jurusanku.

Aku diam, wajahku merah sampai ke telinga, aku bingung mau berkata apa. Tapi diantara kebingungan dan rasa Maluku aku tidak sengaja melihat salah satu kakak kelasku yang hanya diam disaat teman yang lain berisik, dia tetap melanjutkan pekerjaannya sambil sesekali melihatku.

Saat pandangan kami bertemu, aku semakin malu, dan memutuskan pergi secepat mungkin.

'ahh sial dia sangat manis'batinku dalam hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang