Long time (Revisi)

9 1 0
                                    

Bunyi bell terdengar seantero sekolah pertanda berakhirnya pembelajaran hari ini. Zefa melangkahkan kakinya keluar dari gedung sekolah.

Kaki jenjangnya menapaki jalanan aspal dengan daun berguguran disekitarnya. Beberapa anak jalan kaki sepertinya.

lainya tentu membawa motor sport atau mobil mewah milik mereka.

Dirgantara high school merupakan sekolah elit yang tentunya banyak anak pengusaha atau pejabat ada disini.

Rambutnya yang bersurai malam itu ia lepas ikatannya.

Helaian rambut panjangnya berkibar ditiup angin. Sambil bersenandung kecil menyanyikan lagu favoritnya ia mengulir layar HPnya.

" syukurlah hari ini aku libur kerja " guman zefa

Dari arah belakang motor sport berwarna hitam melaju melewatinya lalu berhenti tepat didepannya.

Dengan terpaksa zefa menghentikan langkah. Raut cantiknya menatap penasaran cowok yang masih mengunakan helm berwarna hitam didepannya.

Cowok itu lalu turun dari motor sambil melepaskan helm. Untuk sejenak zefa terpaku diam.

" lo...!" Raut terkejut zefa berubah sedetik kemudian menjadi raut jengkel.
Cowok itu menghampirinya.

" ada apa dengan lutut lo? " pertanyaan khawatir keluar dari cowok Berperawakan tinggi itu.

Meskipun beberapa bulan tidak bertemu. wajah cowok itu tetap sama dimata zefa. Alis mata yang agak tebal dengan rambut hitamnya, hidung mancung tegas sangat sempurna diwajahnya.
meskipun ia berwajah datarpun akan tetap menawan dimata para gadis.

" dimana aja lo selama ini Ren?!, lo yang ajak gue sekolah disini lo juga yang Ninggalin gue sendiri disini " raut jengkel masih setia menemani wajah cantik zefa.

" maafin gue little candy, yuk aku anter pulang " ujar cowok bernama daren itu disusul senyum tipis diwajah rupawannya.

Ditariknya pelan tangan zefa menuju motornya. Lalu dipakaikannya helm merah ke kepala zefa.

Tangannya menepuk puncak helm yang ada di kepala zefa.

" nah helmnya cocok buat lo, lo suka warna merahkan?, buruan naik " ujar daren,
Kelemahan bagi zefa karena tidak bisa marah- marah lebih lama ke sahabatnya itu.

" emang lo tau dimana apartment baru gue " tanya zefa kepada daren.

" tidaklah" jawab daren disusul tawa renyah darinya.

" dasar " sahut zefa sambil tersenyum.
Setelah zefa naik, daven menghidupkan mesin motornya.

" jangan lupa pegangan fa "

" iya " lalu zefa mengalungkan tangannya ke perut daren, ini sudah menjadi kebiasan mereka.

Dulu daren pernah memarahi zefa karena pegangan dipundaknya

" lo kira gue tukang ojek fa, dan juga kalo lo megangnya dipundak itu ga aman saat gue nyetir, lo nanti bisa saja tidak sengaja dorong atau narik gue, bahaya tau, sini tangan lo lingkarkan diperut gue " omel daren dahulu.

Motor itu melaju membelah jalan raya.
Disela mengemudi motornya daven bertanya.

" mau jajan?"

" boleh"

" mau makan atau ngemil "

" emm... makan gue laper soalnya "

" mau makan dicafe kanan jalan itu? " tunjuk daren dengan dagunya.

" jangan! itu tempat kerja gue "

" lo kerja? "

" iya udah beberapa bulan ini " jawab zefa sambil menopangkan dagunya di pundak daren.

I'm Not a Philophobia ( dalam Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang