✿ 1 ✿

200 18 14
                                    


 "Minggir! Ini bukan urusan lo!" 

"Goooolllll!" suara sorakan para laki-laki yang saling merangkul bercampur suara teriakan perempuan menggema di lapangan besar sekolah itu. Sore itu juga, Halilintar mencetak gol sebanyak 2 kali dalam 91 menit. Senyuman penuh kemenangan terukir jelas di wajah Halilintar membuat banyak perempuan disana menggeliat dan berteriak histeris.

"Latihan hari ini selesai!" sebuah suara membubarkan mereka semua, Halilintar membawa tas selempang bolanya dan berjalan menuju kamar mandi diikuti beberapa laki-laki lain. Sementara yang perempuan berjalan meninggalkan lapangan untuk pulang, beberapa dari mereka juga ada yang memilih tetap berada disana.

Setelah mengambil tas ranselnya, (Y/N) bangkit dari duduknya dan berjalan keluar lapangan menuju parkiran. Menyusuri koridor sekolah. Hari ini dia sangat senang karena bisa menonton latihan sepak bola Halilintar, lumayan lah, bisa lihat wajah senyum Halilintar yang jarang ditampilkan di sekolah.

Setelah menaikki tangga, (Y/N) berjalan menghampiri sosok gadis yang memiliki rambut hitam panjang lurus dan mata lavender. Poninya sedikit bergelombang di ujungnya. Dia memakai pita ungu di rambutnya. 

"Filo!" suara dari (Y/N) membuat gadis itu mendongakkan kepalanya, Filo tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Filo!" suara dari (Y/N) membuat gadis itu mendongakkan kepalanya, Filo tersenyum. "Udah selesai?" (Y/N) hanya mengangguk. Filo kemudian mengambil tasnya, bersama (Y/N) berjalan ke mobil BMW putih yang letaknya agak jauh.

Suara deru mobil terdengar setelah dua perempuan itu memasuki mobil, pertanda kendaraan itu akan berjalan sebentar lagi. (Y/N) melihat ke arah jendela, menatap Halilintar yang nampaknya masih mengobrol dengan temannya.

"Halilintar itu ganteng banget, ya," ujar (Y/N) tiba-tiba. "Bisa nggak ya, gue dapetin dia?" tanya (Y/N) entah kepada siapa, Filo yang ada disebelahnya hanya diam. "Filo." (Y/N) menghadap ke arah Filo, bertanda dia bertanya kepada cewek itu.

"Kalau gue jawab enggak, ntar lo sakit ati," jawab Filo seadanya. Membuat raut muka (Y/N) berubah menjadi murung, "Kenapa?" tanyanya dengan nada kecewa. "Hah ... gue bukannya ngejek ya, tapi cewek kayak lo nggak level sama dia, (Y/N). Mesti Halilintar maunya cewek yang cantik, bening, kaya raya. Lo kalau mau dapetin dia, harus berubah, (Y/N),"

(Y/N) terdiam sejenak sebelum mengangkat suara, "Emang perubahan itu penting ya?" pertanyaan (Y/N) membuat Filo terdiam. Filo kan, tidak dapat nilai bagus di pelajaran Bahasa Indonesianya. Jadi pasti tidak bisa menjawab.

"Ya ... tergantung niatnya sih, mau berubah jadi baik atau buruk. Tapi nggak semua orang bisa berubah sesuai keinginannya," (Y/N) manggut-manggut, paham walau Filo tak menjelaskannya dengan baik dan benar. 

"Kadang misalnya kalau gue udah nyaman sama sifat seseorang, terus dia berubah," Filo menghela nafas, "Pasti bakalan nyesek banget," Filo tertawa pelan di akhir ucapannya. Perkataan Filo yang barusan entah kenapa mendorong pikiran (Y/N) untuk mengingat masa lalunya.

"Gue senengnya kalo gue dicintai karena gue sendiri, Fil. Bukan karena gue sama kayak orang lain,"

✿✿✿

Halilintar mengelap meja dapur sambil menyeka keringat yang bercucuran di dahinya. Setelah selesai, Halilintar meletakkan lapnya di meja lalu berjalan ke gudang. Saat membuka pintu gudang, debu-debu mulai menusuk rongga hidungnya membuat Halilintar terbatuk-batuk.

"Uhuk! Uhuk! Gila, kotor banget ni tempat," Halilintar menekan tombol saklar, gudang yang tadinya gelap berubah menjadi terang. Dengan hati-hati, Halilintar berjalan dan mengambil sapu yang tergantung di paku.

Setelah menutup pintu gudang, Halilintar mulai menyapu lantai dapur sampai bersih. Kemudian berjalan ke gudang lagi untuk mengambil lap pel dan mengepel lantai dapur.

Setelah semua tadi selesai, pemuda itu mulai merebahkan dirinya ke kasur. Melepas topinya dan mengibas-ngibaskan topinya layaknya kipas. Halilintar menatap handphone-nya di meja, pasti banyak yang mengiriminya pesan dari kontak tidak dikenal.

368 pesan dari kontak asing, 3 pesan dari Taufan, dan 2 pesan dari Gempa. Bukannya malas, tapi Halilintar sudah sangat capek membalas pesan-pesan dari penggemarnya itu. Mesti Taufan yang ngasih nomer gue, pikir Halilintar.

Halilintar lebih memilih untuk bersantai dalam posisi tidur telentang. Bukannya dijadikan pembantu, tapi orangtuanya terus bekerja dari pagi sampai malam hingga tak sempat mengurus rumah. Pembantu yang sudah disediakan oleh orangtuanya untuk mengurus rumah dan menemani Halilintar kini siapa sangka, dia telah hamil hingga terpaksa memberhentikan pekerjaannya beberapa hari. Jadi Halilintar yang mengurus rumah.

Halilintar jadi teringat bagaimana dia populer dulu, padahal dia sama sekali tidak berniat menjadi seperti itu.

2 tahun yang lalu ...

BRAK! Suara barang jatuh terdengar jelas di telinga Halilintar, namun pemuda itu tidak mempedulikannya dan memilih untuk melanjutkan menaikki tangga. Tapi langkahnya terhenti sekali lagi ketika dia mendengar sebuah suara bentakan seseorang, "ANJING! Jalan pake mata!"

Halilintar berburu-buru membalikkan badan, berlarian kecil menuruni tangga sampai dia melihat ada cewek yang lagi bertengkar dengan cewek di depannya. Cewek itu kemudian mendorong bahu cewek di depannya dengan keras hingga terjatuh.

"Eh! Lo apaan-apaan sih?!" Halilintar berusaha melerai. Namun cewek itu malah mendorong Halilintar dan menatapnya tajam, "Minggir! Ini bukan urusan lo!" ujar cewek yang mendorong Halilintar tadi dan langsung menjambak rambut cewek yang dia dorong tadi.

"Akkh! Sakiiiit!" cewek yang dijambak itu meringis kesakitan, namun tidak dipedulikan oleh cewek yang menjambaknya itu, malah semakin memperkuat tarikannya pada rambut itu. Namun tiba-tiba saja dirinya terdorong ke belakang hingga terbentur tembok, "Lo nggak papa?"

Cewek yang habis dijambak itu hanya menganggukkan kepalanya saja, benar-benar syok dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia dapat merasakan tangan Halilintar yang mengusap-usap bekas jambakkan tadi. Namun pandangannya tiba-tiba memburam, lalu perlahan dirinya mulai hilang keseimbangan.

"Lovy,"

"Lovy,"

Cewek itu melenguh pelan, perlahan membuka matanya. Membuat Halilintar bernafas lega, "Lo udah bangun? Kepala lo nggak apa-apa 'kan?" tanya Halilintar dengan nada khawatir. Lovy membulatkan matanya, "Lo ... eh, kok gue bisa ada disini?" tanyanya heboh.

"Iya, tadi lo pingsan," jawab Halilintar kemudian menyodorkan sebuah tas. "Ini. Punya lo 'kan?" Lovy mengangguk, menerima tas tersebut. "Iya. By the way, makasih ya, yang tadi. Gue tertolong banget," Lovy tersenyum, dibalas juga dengan senyuman Halilintar. "Santai aja."

Flashback end.

Yah, semenjak itulah. Kebaikan Halilintar saat itu tersebar kemana-mana membuatkan dia populer. Halilintar memang cuek, tapi dia pasti akan menolong seseorang yang disakiti siapapun itu.

PRANG! Kaca jendela kamar Halilintar tiba-tiba saja pecah. Membuat pemuda itu tersentak kaget dan langsung buru-buru melihat keluar jendela. 

"Maaf, Kak,"

Bersambung ..






Thunderstrom, Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang