1 5 ·

119 25 8
                                    

Nielwink short fanfic🍫

×××

Sebagian orang yang mengenal Jihoon dengan baik dibuat kebingungan atas penampakan wajah lusuh Jihoon yang menyedihkan. Sekarang baru pukul 1, itu artinya belum sampai enam jam Jihoon dan mahasiswa koass lainnya berkegiatan di rumah sakit.

"Lesu banget deh? Kenapa lo?" Seseorang berkuncir satu asal-asalan berdiri di depan Jihoon yang bermalasan di bilik perawat.

Mendengung, Jihoon menjawab dengan bibir tertekuk, "Biasalah masalah anak muda," ujarnya cuek.

"Hamil?"

"Ngomong apa sih lo!" pekik Jihoon marah. Wajahnya mengkerut dan memandang tidak suka pada teman satu siklusnya ini.

Satu tangan orang itu mengusap lengannya yang lain yang tadi dipukul Jihoon. Ia berdecak keheranan, "Lo ga jelas sih. Perawat-perawat pada protes soalnya suasana jadi suram tau, katanya gegara Park Jihoon yang heboh tiba-tiba diem, sedih, ga bersemangat, uhh," katanya sambil memperagakan satu persatu kondisi Jihoon menurut pengamatannya.

Jihoon terduduk lemas, "Lo bisa kasih gue saran ga."

"Itu nyuruh?"

"Nanya."

"Nadanya kaya nyuruh."

Jihoon menggeram, "Apa aja dah mana yang Kwon Eunbin seneng aja dah," ucapnya sarkas.

Yang dipanggil Eunbin terkikik, nampak sekali baru saja iseng. "Saran apa deh, sini gue kasih petuah kayak bapak gue."

Sehabis satu helaan napas, Jihoon berucap sembari menyusun kalimat yang tepat. "Lo pernah ga sih, ngelakuin kesalahan tapi ga ngerasa itu salah lo?"

Eunbin manggut-manggut sok mengerti.

"Gue rasanya cuma bersikap sebagaimana sikap orang pada umumnya. Tapi gue abis itu malah ngerasa bersalah banget, padahal gue.. yakin kalo gue tuh ga salah.. Lo ngerti ga sih?" seru Jihoon frustrasi.

"Gue ga ngerti sebenernya," sahut Eunbin cepat, "Tapi kayanya ya, lo salah tapi menolak salah. Kayanya gitu sih."

"Tapi dia yang mancing emosi gue duluan. Dia yang bikin masalah, wajar dong, gue bilang ga suka dan marah?"

Dua orang perawat yang lewat terlihat menguping pembicaraan keduanya. Eunbin berdehem seraya mendekat, ia membungkuk, "Coba inget lagi. Lo ngomongnya kasar ga? Sekesal apapun lo, lo ga boleh gitu. Udah tenggorokan jadi sakit, detak jantung makin kenceng, lo sendiri ngerasa ga enak. Capek marah-marah eh, nyesel."

Diamnya Jihoon sedikit menakuti Eunbin yang sesungguhnya tak begitu dekat dengan laki-laki penyebar aura positif itu. Ia hanya mengetahui bahwa Jihoon adalah mahasiswa pandai yang terkenal selalu bisa mendekatkan diri kepada konsulen*. Selebihnya, Eunbin dan Jihoon hanya mengobrol beberapa kali dan bertukar pikiran di dua kali pertemuan kelompok.

"Intinya, lo salah ㅡkalo emang lo ngerasa ga enak banget sampe jadi uring-uringan kaya sekarang, lo setidaknya juga harus minta maaf. Walaupun dianya salah, kan lo bisa ingetin baik-baik. Atau kalo emang orangnya bebal banget ya pukul aja sekali kaya yang tadi lo lakuin terus tinggalin, iya kan? Dan kalo memang orangnya yang salah sepenuhnya, lo ga akan ngerasa buruk gini." Eunbin mengakhiri kalimat super panjangnyaㅡmenurut dirinya sendiriㅡ dengan satu tepukan di bahu Jihoon.

"Dek, kamu yang disitu! Antar darah ini ke labor!"

"Ji, gue ke labor dulu, ya. Semangat lo!"

Tidak Jihoon pungkiri bahwa dirinya memang benar sedikit banyaknya melakukan kesalahan.

frequency. ㅡnielwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang