7

491 44 13
                                    

Tengah malam Jihoon terbangun. Masih setengah tidur Jihoon berjalan menuju dapur untuk meminum sekotak susu cokelat yang ada di freezer. Menghabiskan susu cokelat itu sampai habis lalu membuangnya ke tempat sampah.
Kembali berjalan, hingga menuju tangga dengan kaki kecilnya yang tidak seimbang karena masih dalam keadaan setengah sadar.

"Tuan" Panggilan itu menghentikan langkah kecilnya.

"Heung?" Jawabnya dengan nada yang terdengar menggemaskan akibat dirinya yang masih mengantuk.

"Hati-hati" Ucapnya. Jihoon hanya mengangguk sambil mengacungkan tanda oke di ibu jarinya tidak lupa tersenyum.

"Terimakasih" Jawab Jihoon bahkan dia tidak tahu siapa orang yang menyuruhnya untuk hati-hati itu karena efek mengantuk.

Sedikit berpegangan pada pembatas tangga dengan hati-hati Jihoon memegangnya takut terjatuh.

"Aku ingin cepat ke kamar" gumannya, bahkan Daniel, orang yang tidak dia sadari itu terkekeh gemas melihat Jihoon yang sedang mengeluh karena tidak sampai-sampai pada kamarnya.

"Boleh kubantu?" Daniel kembali menghampiri Jihoon.

"Kau siapa?" Jihoon malah berganti bertanya.

Mencoba tidak kaget. Daniel tahu jika Jihoon benar-benar sedang dalam keadaan mengantuk serta lelah. Wajar baginya.

"Ah kemarilah dan gendong aku sampai ke kamar" Tanpa Daniel duga Jihoon sudah mengulurkan tangannya ke atas.

Majikannya ini benar-benar seperti anak anjing yang sedang merengek. Tanpa basa basi Daniel langsung menggendong Jihoon di satu sisi tangan berototnya. Rasa familiar dimana Daniel pernah menggendong Jihoon waktu Jihoon tertidur di mobil itu terasa tidak asing lagi.

Tangan mungil Jihoon sudah melingkar pada lehernya kuat. Masih bingung dengan sifat Jihoon yang terkadang berubah-ubah seperti ini, Daniel hanya bisa mengulum senyum dan kembali menganggap perasaan yang selama dia alami bersama Jihoon itu bukanlah apa-apa lagi keesokan harinya. Mengingat saat dirinya mencium bibir manis milik majikannya itu dan mencoba untuk menganggap tidak terjadi apa-apa diantara mereka.

Kembali fokus, Daniel membawa Jihoon menuju ke kamar bernuansa cerah milik Jihoon itu yang saat ini sudah terlelap tidur di bahu lebarnya. Daniel kembali terheran, bagaimana bisa Jihoon tidur secepat itu.
Meletakkan tubuh Jihoon berhati-hati, menidurkan nya dan mengusap pelan pipi berisi yang selalu tercetak warna merah muda disana, bagaimana tidak banyak yang terpesona dengan pemimpin perusahaan seperti Jihoon ini, pikir Daniel.

"Selamat malam Tuan" ucap Daniel lirih sebelum melangkahkan kaki panjangnya keluar.

.

.

Siangnya di kantor perusahaan Jihoon

"Ekhem, kenapa kalian diam saja?" Tanya Jihoon melihat kelima modelnya saat ini yang masih canggung untuk memulai percakapan.

Kedua tangan mungilnya sudah melipat di dada sambil berkeliling di meja dengan kursi yang sudah di duduki oleh ke lima model pilihannya.

Merasa tidak ada jawaban, Jihoon mendengus mengalah, berakhir dia duduk dan memulai percakapan nya.

"Oke tadi kau Soobin sudah berkenalan dengan mereka?" Tanya Jihoon dan langsung saja diangguki oleh Soobin. Pria yang paling tinggi dia antara ke empat model nya.

"Yeonjun?" Tanya Jihoon. Sebagai model yang sudah lama bekerja di perusahaan Jihoon seharusnya Yeonjun sudah tidak canggung lagi bertemu dengan model baru lainnya.

"Maaf Ji, seperti nya kami harus lebih mengenal satu sama lain dahulu"

Jihoon berdehem ria. Dia mencoba memahami bahwa tidak secepat itu mereka berlima akan langsung terbuka terhadap seseorang begitu saja.

BODYGUARD | NielWinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang