Prolog || Ke rumahmu

2.4K 223 6
                                    

Copyright by Min Aldrenji Zyatado

Bagian 00

Warning !!!

Typo, out of character, terdapat beberapa kalimat tidak jelas, tema pasaran, terdapat unsur dewasa nantinya

[ Perlu di ingatkan kembali, harap dimaklumi jika terdapatnya kalimat yang sama dalam cerita saya. Selamat menikmati. ]

──────────────── 𝔟𝔢𝔯𝔰𝔞𝔪𝔞 𝔞𝔱𝔞𝔲 𝔟𝔢𝔯𝔭𝔦𝔰𝔞𝔥?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──────────────── 𝔟𝔢𝔯𝔰𝔞𝔪𝔞 𝔞𝔱𝔞𝔲 𝔟𝔢𝔯𝔭𝔦𝔰𝔞𝔥?

Gakuenda saat sore tampak cukup ramai. Bus penuh dengan pegawai kantoran pulang kerja. Dunia malam sebentar lagi akan dimulai. Kedai minum akan penuh dengan orang-orang sibuk yang butuh penghiburan.

Tidak dengan Nishimura Riki. Ia memilih untuk tetap di rumahnya, menimbun keuntungan untuk dirinya sendiri. Mabuk itu merepotkan─setidak nya bagi lelaki bersurai pink keunguan itu.

Ia selalu ingin cari aman dengan berangkat kerja dan menyelesaikan tugas tepat waktu. Minum-minum hanya akan menghambatnya, mengurangi waktu tidur serta kesadarannya di waktu pagi.

"Menyebalkan." Sinis Riki ketika menemukan seorang pegawai mabuk di halte bus. Kepalanya terus mencari sandaran, berakhir terbangun karena tubuhnya limbung ke tanah.

Riki mengabaikan lelaki itu dan berjalan menyusuri trotoar. Ia baru saja turun di halte terdekat rumahnya. Lelaki itu hanya perlu berjalan beberapa meter lagi untuk sampai di pintu rumahnya.

Tepat tiga gang sebelum persimpangan menuju rumahnya, Riki berhenti. Ia berbelok ke arah jalan sempit, pintasan yang tembus ke pagar samping rumahnya. Sedikit kumuh mengingat di sana tempat pembuangan sampah rumah tangga.

Di tengah jalan ia berhenti, menemukan sesuatu yang mencurigakan. Seseorang berpakaian resmi─bukan setelan yang biasa dikenakan pakaian kantoran. Lelaki itu terduduk di samping tempat sampah itu mengenakan jas panjang hitam.

Ada hal lain yang membuat sosok asing itu terlihat mencurigakan. Darah di bagian baju, pinggang, dan kakinya. Itu luka yang parah, mungkin berasal dari tembakan atau luka tusuk yang terluka. Ekspresinya tampak sangat kesakitan.

"A-aku akan menelpon rumah sakit," Tangan kanan Riki gemetar seraya merogoh ponsel di dalam tasnya.

"Jangan rumah sakit..." Tahan sosok itu. Suaranya terdengar parau dan tersiksa.

"T-tapi─"

"Bawa aku ke rumahmu..." Mintanya.

Riki mengerutkan dahinya. Ia merasa takut dan bingung. Kediamannya hanya tinggal beberapa langkah lagi, namun membawa orang asing ke rumahnya juga bukan hal bisa dilakukan tanpa pertimbangan matang.

Bersama atau Berpisah? [ Heeki ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang