Part42

7K 381 31
                                    

Happy Reading ...

Di sebuah taman kota. Kedua orang sejoli dilanda keheningan. Mungkin, sudah se-jam lebih, mereka berada di tempat itu. Dan tidak ada satupun yang membuka suara.

Melvin lelaki itu hanya memandangi Syifa yang duduk di sampingnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Sementara, Syifa sekarang tengah dilanda kegugupan yang luar biasa. Ia meremas rok nya kuat dan sesekali melirik ke arah Melvin.

Lagi-lagi, suasana hanya di isi dengan keheningan. Syifa sebenarnya merasa risih. Jika, Melvin terus menatapnya tampa berkedip.

"Aku pergi," pamit Syifa yang sudah bangkit dari tempat duduknya.

"Lima menit," ucap Melvin membuat langkah Syifa terhenti.

Syifa menghembuskan napasnya kasar. Ia berhenti tanpa harus berbalik.

"Cepetan! Aileen pasti nyari aku." Syifa berucap ketus membuat Melvin tersenyum kecut. Lelaki itu berdiri dari duduknya dan menarik tangan Syifa lembut. Agar, ikut duduk kembali.

Syifa merasakan darahnya berdesir saat bersentuhan dengan Melvin. Ia  hanya diam, mengikuti Melvin dan kembali duduk di tempat semula.

Setelah mereka berdua telah duduk. Melvin tersenyum begitu lebar.

"Aku seneng, liat kamu balik," ungkap Melvin yang tak di balas oleh Syifa. Lagi-lagi Melvin tersenyum kecut. Ia sadar, kesalahannya susah untuk di maafkan. Bahkan, tidak akan pernah bisa.

"Aku minta maaf," guman Melvin membuat Syifa terkesiap menatapnya.

"Gak ada yang perlu di maaf, 'kan. Aku udah lupain!" ketus Syifa memalingkan wajahnya kembali.

Melvin terkekeh kecil. Dan itu membuat Syifa semakin merasakan nyeri di hatinya. Kenapa harus berpura-pura kuat? Jika dirinya sendiri lemah. Syifa tidak suka itu!

"Makasih dan selamat. Jangan lupa undang aku," ucap Melvin lagi dengan bersusah payah menahan cairan bening agar tidak terjatuh.

"Aku pergi."

Grep!

Tubuh Syifa diam mematung saat Melvin memeluk tubuhnya erat dan menangis. Ia merasakan matanya memanas. Tetapi, dengan sekuat mungkin Syifa berusaha untuk tidak menangis.

Syifa memberontak kuat hingga pelukan Melvin terlepas.

Plak!

Ia bangkit dan menatap Melvin nyalang. "Jangan pernah sentuh aku!" bentak Syifa menatap Melvin tajam.

Melvin mengusap air matanya lembut. Dan, kemudian tersenyum lebar. Syifa memalingkan wajahnya dengan bersedekap dada. Jujur saja, ia tidak tahan melihat Melvin seperti itu.

"Tampar lagi, Syifa."

Plak!

Lagi-lagi tamparan mendarat di pipih Melvin. Melvin bukannya marah, ia malah tersenyum begitu manis.

"Kamu mau bunuh aku juga, gak apa-apa," lirih Melvin menatap mata Syifa dalam.

"Aku tau, kesalahanku sangat-lah fatal. Bahkan, tidak bisa untuk di maaf, 'kan ...." Melvin menjeda ucapannya sebentar, "Aku boleh curhat?" tanya Melvin yang tidak mendapat jawaban dari Syifa.

"Aku menyesal, sangat menyesal. Aku egois? Yah, bahkan sangat, egois."

"Waktu itu. Dalam sehari, aku kehilangan semuanya." Melvin mengusap air matanya yang lagi-lagi keluar.

"Aku kehilangan kamu, Mama, Papa, semua fasilitas, aku menjadi miskin. Bukan hanya itu, aku juga sempat jadi pengamen jalanan, untuk mencari uang makan, setiap malam. Aku, tidur di pinggiran trotoar dengan selimut memakai kardus. Haha ... aku selalu merindukanmu. Dan, melihatmu di antara banyak bintang.

"Aku selalu berdoa, kau baik-baik saja di sana. Aku memikirkanmu hingga terlelap, dan bangun pagi hari aku melakukan kegiatan yang sama. Mengamen untuk mencari uang makan. Mama, sama Papa, tidak pernah mencariku. Papa berkata kepadaku. Aku anak menjijikan, aku tidak pantas hidup."

Tanpa di undang. Air mata, Syifa terjatuh mendengar semua cerita Melvin. Apakah Melvin se-menderita itu. Ia tertegun saat Melvin mengusap lembut air matanya.

"Kamu jangan nangis, kamu gak salah ...," lirih Melvin.

"Aku lanjut," ucap Melvin tersenyum lebar.

"Seminggu aku hidup seperti itu. Hingga, suatu hari di mana aku bertemu dengan Edward. Kamu tau Edward, 'kan? Orang yang aku tuduh sebagai selingkuhan kamu,  dia ngebantu aku dan memberikan aku pekerjaan. Aku sempat menolak, karena masih sangat kesal dengan dia. Tetapi dia memaksaku, dan akhirnya aku menerimannya."

Melvin menarik tangan Syifa lembut. Karena, sedari tadi mereka sedang duduk.

Melvin tersenyum. Sementar, Syifa menangis sejadi-jadinya.

"Aku bahagia, Syifa. Kamu udah nemuin orang yang terbaik buat kamu. Aku gak papa, aku ikhlas melepas kamu, dan aku ... akan mengurus surat penceraian kita ...,"

Deg!

Syifa menatap Melvin tak percaya. Secepat itukah Melvin berjuang untuknya? Apakah secepat itu Melvin melepaskannya.

"Kamu jangan pikir aku lelah berjuang," tukas Melvin seakan tau akan pikiran Syifa.

"Aku gak lelah, aku hanya ingin belajar ikhlas, aku ingin lihat kamu bahagia," jelasnya dengan mengecup kening Syifa lembut. Syifa memejamkan kedua matanya dengan terus menangis. Tidak! Bukan ini yang dia inginkan.

"M--melvin ...," lirih Syifa dengan mulut bergetar memanggil Melvin yang akan beranjak.

Pergerakan Melvin terhenti, "Jangan pikirkan aku, Syifa. Aku selalu berdoa yang terbaik buat kamu." Melvin berucap demikian dan langsung pergi meninggalkan Syifa dengan banyak goresan luka di dalam hatinya. Ia senang karena Syifa mau bertemu dengannya atas bantuan Edward.

Sepeninggalan Melvin. Syifa terduduk lemas di rerumputan. Syifa menenggelamkan kepalanya di kedua lututnya dan menangis histeris. Ia tidak rela. Jika kalian tanya kenapa Syifa kembali? Jawabannya, itu karena Melvin. Tetapi, kenapa Melvin berhenti berjuang untuknya. Soal Leon? Ia tidak mencintai lelaki itu, ia menganggap Leon sebagai seorang Kakak. Tidak lebih.

* * *

Melvin mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia terus saja menangis dan menertawakan nasibnya sendiri. Lagi-lagi, Melvin menambah kecepatan mobilnya hinggat tak memperdulikan keadaan sekitar.

Melepaskan? Yah, itu jalan yang benar. Walaupun, rasanya begitu sakit.

Suara gemuruh petir saling menyahut dengan hujan begitu deras. Sehingga, membuat Melvin tidak terlalu leluasa menatap jalanan. Jika kalian pikir Melvin memperlambat jalan mobilnya. Kalian salah! Melvin malah menambah kecepatannya kembali. Hingga tiba-tiba, ada sebuah truk yang melaju dari arah depan mobil milik Melvin.

Teng!2

Melvin seakan oleng mengendarai mobilnya. Ia tidak bisa lagi mengotrol dan tiba-tiba, rem mobilnya menjadi blank!

Suara petir dan deras hujan semakin bertambah. Melvin di dalam mobilnya seakan kalang kabut sedang menstabilkan kendaraanya. Dan ...

Brak!

Mobil milik Melvin menabrak truk itu. Hingga, mobilnya sendiri berantakan di jalanan. Melvin lelaki itu terlempar dari dalam mobil. Akibat, tabrakan yang paling menggenaskan itu. Darah segar keluar dari kepalanya di campur dengan air hujan yang deras serta suara petir yang seakan mengatakan. Kisahnya telah berakhir.

Melvin tersenyum tipis. Walaupun, ia rasa badannya remuk semua.

'Selamat tinggal, dunia,' batin Melvin kemudian menutup kedua bola matanya.

TBC.

Married By Accident (MBA_COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang